Siang ini cukup cerah, namun tidak untuk perasaan Bella, kala matanya tak sengaja menangkap keberadaan cowok resek yang tadi hampir menculiknya. Entah apa yang dilakukan lelaki itu di depan pagar rumahnya saat ini.
Bella mendengus keras-keras, lalu tetap berjalan keluar seraya menjemur tasnya yang baru saja dicuci. Dan Bella bisa mendengar suara motor bergerak mendekatinya.
Itu Rendy, sesuai dugaannya.
"Mau apa? Mau jadi penguntit lo, sampe datengi rumah gue."
"Lo kelihatan kayak anak SMP kalo pake baju rumahan gini, mana celananya pendek lagi."
"Mau apa?" Bella melirik sinis.
"Jalan, yuk."
"Nggak-"
"Gue suka sama lo, Bella."
Bella terdiam, tubuhnya juga ikut menjadi kaku, ia menoleh ke arah Rendy dengan tatapan terkejut. "Lo...apa?"
"Gue suka sama lo." Rendy membuka helm-nya. "Mau jadi pacar gue?"
"Gila lo!" Bella berbalik, melangkah lebar-lebar masuk ke dalam rumahnya, sementara Rendy hanya terkekeh pelan, lalu memasang kembali helm-nya, dan melaju pergi.
Anggap saja dia gila, namun dia benar-benar sedang jatuh cinta pada Bella. Masa bodoh dengan peringatan Devan, ia akan dekati Bella dengan caranya.
Kata Dad, maju terus pantang mundur, sebenarnya itu untuk mengalahkan lawan, namun Rendy akan menggunakan motto itu mendekati Bella juga.
Jatuh cinta pertama kali itu, memang lucu, ya. Hanya dengan melihatnya saja, dada bisa dibuat berdebar tak karuan.
Rendy senyum-senyum bak orang gila sekarang, beruntung helm full face itu membantu menutupinya, jadi pengendara lain tak menatapnya dengan aneh.
Besok, pagi-pagi sekali, ia akan datang lagi, untuk menjemput calon pacarnya itu.
Doakan saja, dia tak diusir juga tak dimaki oleh Bella.
Motor yang dikendarai Rendy, memasuki pekarangan sebuah rumah kecil yang di mana halamannya sudah penuh dengan motor anak-anak lain. Rendy lantas memarkirkan motornya di sebelah motor Devan berada.
Saat ia melangkah masuk, suara bising langsung menyambut, entah itu suara tawa, suara mengobrol dan juga suara gitar dan nyanyian.
"Ren, anjir, mandi siang-siang lo?"
Rendy menoleh karena sapaan itu, dan ia hanya menganggukkan kepala atas pertanyaan dari Bara. Sebelum ke rumah Bella tadi, ia sempatkan mandi agar terlihat lebih segar di hadapan Bella.
la dudukkan diri, di sebelah Sofia -pacar Devan- lalu memejamkan matanya. Dengan iseng, Sofia menutupi wajah Rendy dengan sapu tangan, sampai lelaki berambut coklat itu berdecak lalu meremat sapu tangan itu.
"Sapu tangan punya Bella itu," ujar Sofia, Devan bercerita padanya selama perjalanan kemari, itu sebabnya sekarang dia ingin menggoda Rendy.
Mendengar hal itu, Rendy buru-buru membuka kembali sapu tangan itu dan merapikannya berharap tak kusut, namun nasi sudah jadi bubur, sapu tangan itu tak berbentuk lagi.
"Sini, gue cuci-"
"Nggak," Rendy menyembunyikan sapu tangan itu ke dalam jaketnya. "Pantes wanginya beda, bukan wangi parfum lo."
Sofia terkekeh. "Ya iya, orang tadi Bella baru pinjemin ke gue."
"Lo buat apa?"
"Tadinya buat luka, tapi nggak gue pake karena Devan keburu dateng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinestesia
Teen FictionNiat Rendy untuk mendekati dan menjadikan Bella sebagai pacar itu sungguh-sungguh dari dalam hatinya, tapi sang gadis yang ia dekati malah berpikir jika Rendy hanya menjadikannya taruhan. Rendyansyah Erlangga. Rendy tidaklah menyerah untuk mendapatk...