"Makasih, Mbak." Bella meraih es krimnya, usai mendapat kembalian, lalu bergegas keluar dari minimarket depan komplek.
Namun langkahnya terhenti, kala melihat gerombolan orang-orang dengan motor-motor besar di samping mereka, Bella sontak melipir ke balik tiang dengan jantung berdegup kencang.
"Apa mereka geng motor yang ngikutin gue sama Rendy kemarin?"
Bella memilih untuk mengintip, sedikit memicingkan mata, dan melihat dari jauh itu rabun sekali. Ada logo yang sama persis seperti milik Rendy di jaket itu. Bella menghela napas lega, mereka Crownd.
Lantas Bella kembali melanjutkan langkah, dan sialnya ia harus melewati Crownd untuk bisa ke rumahnya. Insiden kejutan tadi siang itu membuat ia malu, karena seluruh anggota Crownd yang ada di sekolahnya ikut menonton.
"Bel? Eh bener, Bella."
Bella menghentikan langkahnya lagi, lalu buru- buru menoleh dengan kaku. "H-hai -eh, Vico?"
Revico adalah sosok yang menegurnya, lelaki itu lantas berdiri dan menghampiri Bella. "Bukannya kaki lo lagi sakit?"
"Udah diobati tadi, nggak sakit banget lagi."
"Habis dari minimarket?"
Bella mengangguk. "Iya, gue beli es krim? Lo mau?"
Revico menggeleng dengan senyuman tipis, ia benar-benar memperhatikan Bella kali ini, menurutnya, tidak heran jika ketua mereka bisa menyukai Bella, sebab gadis ini memang terlihat lucu karena tinggi badannya yang hanya sebatas bahunya, wajahnya bisa cantik dan manis dalam waktu yang bersamaan.
"Gue balik, ya-"
"Gue anterin."
"Eh, nggak usah." Bella menggeleng ribut. "Rumah gue deket, kok."
Namun Revico tetap berjalan ke arah motornya. "Pesen Rendy, kita harus pastiin lo aman, Bel," sahut salah seorang yang ada di rombongan itu, Bella tidak mengenalnya, namun Bella pernah melihatnya.
Revico kembali mendekatinya, kini sudah dengan motor sport merahnya. "Ayo naik."
Bella menghela napas, jika sudah begini ia mana bisa menoleh, lantas itu ia bergegas naik. "Masuk ke komplek ini."
"Oke, pegangan -maksud gue, genggam aja baju gue."
Bella mengangguk walau Revico tak melihatnya, dan motor sport itu pelan-pelan mulai melaju, menyebrangi jalan sebelum akhirnya berhasil masuk ke dalam komplek dengan aman.
Beruntung, Bang Leon sudah berangkat siang tadi, jadi lelaki itu tak akan marah melihat dirinya diantar oleh anak geng motor lainnya.
Revico bahkan tak sampai melajukan motornya selama 5 menit, mereka sudah sampai.
Dan sekarang Bella kebingungan, bagaimana caranya ia turun dari motor besar ini? Sebab biasanya Rendy yang akan menggendongnya turun, sangat tak mungkin jika Revico yang melakukan itu padanya.
"Bener ini 'kan rumahnya?"
"I-iya, anu Vic, lo bisa turun dulu, nggak?"
"Oh, gue lupa!" Revico bergegas turun, lalu ulurkan kedua tangannya untuk membantu Bella turun, ia sering melihat Rendy dan Bella di parkiran, jadi ia tahu. "Gue bantu turun."
"Enggak papa, gue bisa sendiri, kok."
"Eh, sorry." Revico kembali menarik tangannya, dengan raut wajah tak enak. "Maaf-maaf."
Bella mengangguk, ia kali ini berusaha turun sendiri, dengan cara melompat dan berakhir ia hampir terjatuh karena kakinya nyeri lagi, beruntung Revico dengan sigap memegangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinestesia
Teen FictionNiat Rendy untuk mendekati dan menjadikan Bella sebagai pacar itu sungguh-sungguh dari dalam hatinya, tapi sang gadis yang ia dekati malah berpikir jika Rendy hanya menjadikannya taruhan. Rendyansyah Erlangga. Rendy tidaklah menyerah untuk mendapatk...