Larasita Maira pernah hampir kehilangan nyawa karena memulai pernikahan pertamanya dengan cara yang salah. Kejadian itu cukup mengguncang batinnya, yang kemudian membuatnya sadar dan berusaha memperbaiki diri.
Waktu berlalu, dan Laras kembali dihada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Laras melepas kepergian Dirga dan Hapsari dengan perasaan nelangsa. Ia menyayangkan Dirga yang meninggalkannya dalam ketidakpastian. Padahal mengatakan langsung saja pun ia tak masalah. Ia akan maklum jika memang Dirga tidak bisa mengabulkan syarat yang ia ajukan.
Harus menunggu sampai kapan? Pikir Laras pilu. Dalam hati ia tak berhenti memanjatkan doa agar apapun yang terjadi nanti adalah yang terbaik untuknya.
Rencana Laras untuk mengistirahatkan tubuhnya di dalam kamar harus sirna kala mendengar suara pintu yang diketuk. Ia kembali menuju pintu, dan membukanya tanpa memeriksa lebih dulu lewat jendela. Dan, saat melihat sosok yang berdiri di depan pintu rumahnya, Laras seperti lupa cara menarik napas.
Meski sempat dikabari Tsabitha kalau wanita itu akan datang untuk mengambil kue, tetap saja Laras tercengang melihat wanita itu benar-benar datang. Dan keterkejutan Laras harus berlanjut saat tiba-tiba saja tubuhnya terhuyung ke belakang karena tak siap menerima dorongan keras dari kedua tangan Tsabitha.
"Tidak tahu malu!"
Laras baru berhasil menegakkan kembali tubuhnya saat sebaris cacian lolos dari bibir Tsabitha. Tidak hanya itu, satu tamparan juga dihadiahi Tsabitha kepadanya. Laras memegangi pipinya yang sedikit perih. Meski begitu refleksnya masih sangat baik, karena sebelah tangannya mampu menahan tangan Tsabitha yang kembali berusaha mengantarkan satu tamparan lagi untuknya.
Tsabitha kembali menarik lengannya dengan kasar. Sementara Laras menyembunyikan lengannya yang gemetar ke belakang tubuhnya. Kejadian masa lalu tiba-tiba saja hadir dalam bayangnya. Rasa takut jelas muncul, tapi Laras berusaha sekeras mungkin menutupinya.
"Kamu benar-benar wanita tidak tahu diri, Laras!" sentak Tsabitha dan Laras refleks memundurkan tubuhnya. "Tidak cukup membuat Dirga mengkhianati aku dengan mempertahankan rumah tangga kalian, ha? Sekarang, kamu mau menghancurkan kami dengan memaksa Dirga jujur pada ibunya tentang kami, iya?"
Laras menguatkan diri. Jika ia terlihat lemah, maka Tsabitha akan semakin merasa lebih kuat atas dirinya, begitu pikir Laras. "Lalu, kamu dan Mas Dirga mau menyembunyikannya sampai kapan? Bukannya kamu harusnya berterima kasih karena aku memudahkan jalan kalian?"
"Mudah, kamu bilang?" Tsabitha tersenyum sinis. "Lalu kamu bangga, setelah merasa berhasil memperjuangkan kebaikan dalam pikiran tolol kamu itu? Jangan kamu pikir kamu sudah menang!"
"Ini bukan tentang menang atau kalah. Aku hanya melakukan yang terbaik yang aku bisa selama menjadi istri Mas Dirga!"
Tsabitha mengangguk, berjalan mendekati Laras membuat Laras terdesak mundur. "Ya ... karena kamu memang kalah! Kamu sudah kalah! Lihat, Dirga pergi kan? Tanpa mengungkap kebenaran tentang kami di depan ibunya? Kamu harusnya tahu Ras, kalau Dirga belakangan ini hanya terbawa suasana bersama kamu. Bukan karena ia benar mencintai kamu. Dia masih Dirga yang sama, yang memanfaatkan kamu demi membuat ibunya bahagia!"