5

100 18 6
                                    

Prritt!!

Peluit panjang ditiupkan tanda pertandingan penyisihan dimulai. Hexa dan kawan-kawan bermain dengan gemilang hingga dalam sekejap mereka berhasil melumpuhkan 1 lawan.

"Inget, hari ini ada empat pertandingan sekaligus. Kalau kita lulus hari ini, minggu depan tim kita akan masuk babak semifinal. Kalian harus tetep semangat dan kompak sampai akhir pertandingan." Marco memberi arahan.

"SMK Bina Bakti Nusa!"

"PASTI BISA!! Woooo...." Sorak semua pemain serempak.

Prittt!!

Pertandingan demi bertandingan pun berlangsung. Permainan cantik mereka suguhkan dengan penuh fokus dan kerjasama team yang baik. Menjelang menit-menit akhir, Hexa terlihat mulai kehilangan fokusnya. Beberapa kali tubuh yang muda lunglai dan jatuh ke lantai lapangan.

"Lu ga apa-apa Xa? Kalau lu ga sanggup rolling aja." Rifki datang membantu menopang tubuh sang sahabat.

"Ga, apa-apa. Gua cuma oleng dikit." Ujar Hexa dengan nafas yang terengah.

"Xa! Mending lu istirahat aja! Lagian poin juga udah lumayan jauh. Amanlah kita! Jaga kandang biar ga kebobolan doang mah serahin sama gua dan anak-anak." Roi juga terlihat khawatir dengan keadaan sang kapten.

"Xa, jangan maksain diri. Perjalanan kita masih panjang. Kalau lu gugur disini kita gimana? Bisa jadi bebek penyet kita di semi final nanti." Rio turut prihatin.

"Ga lah ---- udah, lu bertiga ga usah khawatir. Gua bisa jaga diri kok. Habis ini gua ga akan terlalu porsir. Gua bakal jalan cantik aja sekenanya."

"Bener lu ya?!" Ancam Rifki.

"Iya --- bawel banget sih lu! Idenya siapa sih yang milih dia jadi wakil kapten? Bisa di ganti aja ga sama kang cilok depan?" Ledek Hexa yang membuat ketiga temannya akhirnya tertawa.

"Sialan lu! Ya udah, ayo fokus lagi!" Rifki membubarkan barisan.

Sementara itu di pinggir lapangan, Arlingga pun merasa resah dengan penampakan Hexa yang mulai kehabisan daya.

"Co! Hexa suruh istirahat aja! Tuker sama si Chandra!" Ide Arlingga.

"Udah biarin aja, bentar lagi kok. Tinggal beberapa menit aja, aman." Sahut Marco yang terfokus pada jalannya pertandingan.

"Tapi Hexa udah kecapean, Co! Lu ga lihat?! Anaknya bahkan udah ga sanggup lari?!"

Tatapan tajam Marco kini mengarah pada pemuda kekar itu.

"Lu kenapa sih? Dari tadi ribut mulu soal Hexa! Hexa gini lah, Hexa gitulah! Hexa capeanlah, belum fit benerlah, bla bla bla bla ---- naksir lu sama Hexa? Bilang!" Tembak Marco.

Richard yang berada diantara kedua pemuda itu merasakan aura di sekitarnya menjadi lebih angker dari malam jumat keliwon.

"Wo.. woo.. santai.. santai... Bro ... Santai... semua bisa di bicarakan dengan kepala dingin..." Richard melerai keduanya.

"Mendingan juga nih ya, kalian fokus sama anak didik kita lagi main di lapangan, ga etis dong kalau lu berdua baku hantam disini? Ya kan?" Bujuk Richard dan keduanya pun saling membuang pandangan.

"SMK BINA BAKTI NUSA PASTI BISA!! SMK BINA BAKTI NUSA PASTI BISA!!" Richard memilih untuk menjadi pemimpin yel yel untuk memacu semangat juang anak didiknya di lapangan.

Bagaikan jodoh, bola oranye itu kembali menghampiri sang kapten tampan dari SMK Bina Bakti Nusa. Hexa yang sudah kehabisan tenaga tak punya pilihan lain selain mengeksekusi bola tersebut dimenit akhir pertandingan. Marco yang mengerti gelagat yang muda pun lantas berteriak lantang.

[BL] Batas WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang