six; beautiful and brave

890 71 12
                                    

Hari ini rumah Rosélle di penuhi oleh kesibukan. Tentu saja selalu seperti itu saat di adakan acara.

Tuan Wilders memang sangat gemar membuat acara sekali setahun di rumah nya. Selain untuk memperluas relasi, pria tua itu juga ingin memamerkan kekayaan nya pada tiap keluarga yang di undang nya.

Namun Tuan Wilders tentu nya tak sembarang mengundang, ia hanya mengundang orang-orang dari kalangan atas atau bisa disebut kasta teratas dan menengah.

Nyonya Wilders alias Nyonya Bellova pun tak kalah sibuk. Ia membantu menyiapkan seluruh dekorasi dan jamuan. Semuanya harus sempurna karena acara itu hanya berlangsung sekali selama setahun dan di saat itu lah mereka dapat memperluas relasi mereka.

Rosélle pun ikut menjadi korban kesibukan orang tua nya. Sejak pagi tuan putri itu sudah di bangun kan dan harus mengekori sang ibu. Bellova ingin agar Rosélle dapat berguna suatu hari nanti. Ia tak ingin sang putri malas-malasan, bukan berarti Rosélle akan di jodohkan dengan seorang Duke jadi gadis itu akan hidup dengan seenaknya.

Bellova mengajarkan Rosélle banyak hal dan menunjukkan apa yang harus ia lakukan untuk menyiapkan pesta. Rosélle memang mengikuti sang ibu namun pikiran nya melayang ke tempat lain.

Benar, Vincent adalah jawaban nya. Gadis itu sibuk memikirkan Vincent, ia sangat merindukan pemuda itu dan terhitung sudah satu minggu mereka tak bertemu. Rosélle sangat merindukan nya.

"Rosélle? Apa kau mendengar ibu?"

"Y-ya? Tentu bu! Aku mendengar mu!"

Nyonya Wilders hanya menghela nafas dan kembali melanjutkan langkah nya hingga tiba-tiba langkah nya kembali terhenti saat mendengar barang pecah. Mata setajam elang itu berlari gelisah mencari dimana kekacauan itu terjadi.

Tepatnya di pojok ruangan, seorang pelayan kini tengah menunduk sembari memunguti pecahan guci berwarna hijau zambrut .

Nyonya Wilders meledak-ledak di tempat, ia berjalan menuju pelayan nya itu dan langsung berteriak penuh amarah.

"Apa kau tidak bisa berhati-hati?! Tangan kotormu itu mau kupotong hah?! Bagaimana bisa kau selancang ini, apa kau tahu berapa harga guci ini? Bahkan harga diri mu takkan cukup untuk mengganti nya!!!"

Terlihat pelayan itu menangis sembari berlutut dan melipat tangan di dada. Mencoba meminta pengampunan.

Namun Rosélle mengenal seperti apa sang ibunda. Saat wanita itu meledak dalam amarah, etika pun takkan ada dalam kamus nya.

Seketika wanita itu akan berubah menjadi dirinya sendiri, ia menjadi sangat pemarah dan tak dapat mengontrol tutur katanya. Rosélle pun tak dapat menolak fakta bahwa ia juga mewarisi sifat tersebut dari sang ibu.

Mengetahui bahwa keadaan tengah sedikit kacau dan perhatian orang-orang tengah teralihkan. Rosélle pun mulai menyelinap dan berlari menuju kamarnya di lantai atas. Ia hanya berharap sang ibu tak menyadari kepergian nya.

Setelah sampai di kamarnya Rosélle langsung mengunci pintunya. Ia berlari lalu membuka laci meja nya, ia mengeluarkan sebuah kertas dan pena bulu miliknya.

Perlahan ia mulai menuliskan kata demi kata yang begitu dipenuhi romantisme. Untuk siapa lagi surat itu tertuju jika bukan untuk sang pujaan hati, Vincent.

Isi Surat ;

Teruntuk Vincent ku terkasih..

Maaf baru memberi kabar, aku sangat merindukanmu. Setiap saat aku selalu memikirkan tentang mu, apa kau baik-baik saja disana? Apa kau makan dengan baik? Apa kau berbahagia? Aku tidak begitu bahagia tanpa mu, aku menginginkan mu lebih dari yang kau tahu.. aku tahu kau sangat sibuk tapi tolong kirimi aku surat sesekali, aku ingin segera bertemu dengan mu, cintaku ..

kabut gairah - vrosé ncTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang