3. Sosok Ayah

344 49 1
                                    

Riki duduk dalam kamar ayahnya pagi ini. Riki melihat sekeliling kamar ayahnya, dan yah kamar ayahnya tempo dulu ternyata banyak beraneka ragam alat musik, semalam saat ia kedinginan ternyata ayahnya datang, membawa Riki ke rumah bahkan dalam kamar ayah.

Riki memperhatikan Sunghoon yang kini tengah memainkan piano keyboard, "Ayah tidak membantu paman park di toko?" tanya Riki.

"Aku bukan ayahmu, berhenti memanggilku ayah" jengan Sunghoon.

"Yah maksudku kak" ralat Riki, sungguh memanggil ayahnya dengan sebutan 'kak' sungguh aneh.

"Aku tak pernah bekerja di toko, aku malas soal pekerjaan mending bersantai" ujar Sunghoon, dan Riki mengangkat alisnya, di masanya ayahnya bukan tipe pria bermalas malasan, ayahnya itu gila kerja.

"Bukannya kau gila kerja? Bangun pagi-pagi sekali sudah ada di ruang kerja" kekeh Riki.

"Aku? Sejak kapan? Aku tak suka bekerja, aku suka main musik seperti ini atau rebahan, dan paling aku suka sih kencan dengan Sim Jaeyun yang bohay" kekeh Sunghoon, dan Riki ikut terkekeh. Ia tak meyangka di masa muda ayahnya benar-benar pemalas berbeda jauh saat di masa depan.

"Jaeyun?" Riki pura-pura bertanya.

"Hmm dia pacarku, aku benar-benar mencintainya, namun yah dia selalu cemburu dan kami putus semalam" curhat Sunghoon dengan wajah murungnya.

"Kau harus mengajaknya jadian lagi, minta maaf padanya" bujuk Riki.

"Otak ku buntu, bagaimana caranya?" keluh Sunghoon.

"Aku akan memikirkan seharian ini, aku akan membantumu"

"Kau serius?!" tanya Sunghoon dan Riki mengangguk.

"Baiklah kalau begitu pikirkan sambil bekerja, kau datang untuk kerja di toko kan?" kesal Sunghoon dan Riki nyengir baru sadar.

"Hehehehe iya aku akan kerja, tapi bagaimana denganmu, apa kau akan tidur lagi? Bukankah pagi ini kau ada kuliah?" Tanya Riki pada ayahnya yang berbaring lagi.

"Pergilah! Aku malas kuliah!" malas Sunghoon dan Riki memasang wajah jengah.

Yah, sehari saja ia tak ke sekolah, ayahnya itu bakal ceramah dan memarahinya, dan ternyata di masa lalu kemalasan ayahnya lebih parah.










...

Riki menyapa paman park dalam toko komik dan novel itu, toko itu sangat besar, Riki tak menyangka jika di area rumah besarnya, dulu toko buku komik dan berbagai novel.

"Hari pertamamu bekerja saja sudah terlambat" kesal sang paman, dan Riki tertawa canggung. "Pelajari komik-komiknya agar kau bisa mempromosikan pada orang-orang" perintahnya dan Riki mengangguk saja.

.

.

Setelah pekerjaannya beres dan pelanggan berkurang, Riki duduk di pinggir toko masih berfikir agar ayah dan ibunya balikan pokoknya harus balikan atau ia tak akan lahir.

Riki menggaruk kepalanya frustasi hingga "kakak kau menduduki bukuku" sebuah suara khas bocah 5 tahun menyadarkan Riki, bocah berkulit putih susu, cantik, dan pipi gembil.

Riki beranjak dan memberikan buku bocah itu "kenapa kau disini, dimana ibumu?" tanya Riki.

"Hmmm aku selalu di titipkan di toko ini dan paman park menjagaku, karena kalau kata paman park kedua orang tua sibuk emmm.... kuliah iya, kakak siapa? Aku baru melihat kakak?" cerewet anak itu dengan nada jadelnya, dan itu membuat Riki gemas sendiri, di zamannya bocah itu pasti tua 5 tahun darinya.

"Aku Riki pegawai baru disini, kau siapa?"

"Aku Sunoo!" ucap bocah bernama Sunoo dengan nada riang, "kakak kenapa melamun disini?"

"Orang tua ku bertengkar kau punya usul?" tanya Riki walau sosok bocah tapi tetap saja bertanya.

"Hmmm..... apa yaa?" Sunoo berpikir sambil tangannya di dagu, dan hal itu tak luput dari pandangan Riki yang menatap gemas pada Sunoo, karena seakan akan bocah itu mengerti. "Aku tahu! Bagaimana kalau kakak suruh saja ayah kakak buat lagu untuk ibu kakak" cengir bocah itu memamerkan gigi-gigi kelincinya.

"Nah!!! Pintar!!!" senang Riki sambil ia mencubit gemas kedua pipi Sunoo dan berlalu menuju kamar ayahnya.















...

Jaeyun berjalan murung mengingat ia galau karena patah hati, siapa yang tak cemburu jika punya pacar tapi nempelnya sama gadis lain, tiap hari pula.

Pria imut itu berniat akan membuka gerbang rumah mewahnya, namun matanya tertuju pada tempat surat disana, dan ada kaset dengan tulisan 'to Jaeyun'.

Tangan putihnya mengambil kaset itu dan membawanya hingga ia sampai di kamar. Dia mengambil alat pemutar kasetnya (walkman) dan memasang handsetnya. Jaeyun mendengar suara dari dalam rekaman itu, sebuah suara tak asing dan sangat ia rindukan, ya suara Park Sunghoon.

"Halo Jaeyun, aku hanya ingin menjelaskan padamu bahwa ku sangat mencintaimu, tapi karena kau tak mau melihatku lagi dan selalu menghindariku, aku tak punya kesempatan lagi mengatakannya"

Ucapan Sunghoon dalam rekaman itu membuat Jaeyun menangis, ia menangis saking bahagiannya karena Sunghoon berusaha mengejarnya seperti ini, sejujurnya ia sangat merindukannya.

"Aku ingin sekali meminta maaf padamu, dan aku mohon berikan kesempatan untuk pria seperti diriku ini, aku membuatkan lagu permohonan maafku untukmu, dan tolong dengarkan sampai habis dan bila kau memaafkanku dan memberiku kesempatan, datanglah di ruang musik dalam fakultas bisnis besok siang"

Jaeyun tersenyum dan menghapus air matanya, ia senang sangat senang mendengarkan lagu yang diciptakan Sunghoon hanya untuknya. Ia bahkan memeluk walkmannya dan mendengarkan alunan musik seorang Park Sunghoon.

.

.

.


.




Tbc..

Disini Sunoo aku buat lebih tua lima tahun ya dari Riki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disini Sunoo aku buat lebih tua lima tahun ya dari Riki. Dan kalian pasti bisa nebak sih Sunoo ini anaknya siapa wkwkwk. Sampai sini dulu ya, di tunggu selanjutnya, see you....ketemu lagi di minggu depan ^^

Back to 05 [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang