BAB DELAPAN

377 44 10
                                    

"Oh celaka!" Becca terkesiap kaget ketika mengeluarkan ponsel dari tasnya. Freen sudah mencoba menghubunginya berkali-kali, tetapi Becca tidak menyadarinya karena ponselnya berada di dalam tasnya yg ditinggalkan di kursi penonton. Becca bergegas mengenakan celana jins dan sepatu, lalu berpamitan kepada guru tarinya.

Freen pasti marah besar, pikir Becca cemas dan cepat-cepat menelepon Freen. Becca berlari-lari kecil menyusuri koridor diantara deretan kursi penonton ke arah pintu keluar.

Pada deringan kedua, suara Freen pun terdengar diujung sana.

"Becca? Kenapa kau tidak menjawab teleponku?"

"Maaf, aku tidak mendengar bunyi telepon."

"Apakah kau tahu sudah berapa lama aku menunggu?"

"Maaf," ulang Becca.

"Kau ada di mana sekarang? Aku akan segeran ke sana."

"Berhenti," kata Freen tiba-tiba.

Becca otomatis berhenti melangkah walaupun dia tidak mengerti apa yg dimaksud Freen.

"Apa?"

"Ya, berhenti seperti itu." kata Freen.

"Sekarang berputar ke kiri."

Becca menuruti kata-kata Freen. Dan mata Becca melebar kaget, ketika melihat Freen duduk beberapa kursi jauhnya dari tempatnya berdiri. Freen tersenyum kecil kepadanya sambil menurunkan ponsel dari telinga.

Becca mengerjap heran. Pertama, karena Freen tersenyum. Freen belum pernah tersenyum kepadanya selama Becca mengenalnya. Freen memang sering tersenyum hambar dan sinis, tetapi itu tidak bisa dihitung sebagai 'senyuman' bukan? Kedua, karena Freen ada di sana. Becca tidak tahu mana yg lebih mengherankan baginya.

"Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Becca sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah-olah mencari seseorang yg bisa menjelaskan kenapa Freen ada di sana, lalu kembali menatap Freen.

"Sudah berapa lama kau di sini?"

Freen memasukkan ponselnya ke saku celana dan berkata ringan.

"Ngomong-ngomong, kau sudah boleh menurunkan ponselmu."

Becca tersentak dan menyadari ponselnya masih ditempelkan ke telinga. Dia buru-buru memasukkannya kembali ke dalam tas. Dia baru ingin mengulang pertanyaannya ketika Freen menyelanya.

"Jadi itu yg dinamakan tari kontemporer," gumam Freen sambil memandang ke arah panggung tempat para penari sibuk berlatih.

Becca tidak tahu apakah Freen sedang membicarakannya atau para penari di panggung itu. Apakah Freen melihatnya menari tadi?

"Aku tidak menyangka kau mendengarkan lagu-lagu Italia," lanjut Freen sambil kembali menoleh ke arah Becca.


Oh ya, Freen sudah ada di sini ketika Becca menari tadi.


"Aku bahkan tidak menyangka kau tahu lagu itu lagu Italia."


Freen menatap Becca dengan mata disipitkan, tetapi kali ini Becca tidak merasa ingin mundur teratur. Tatapan Freen kali ini bukan tatapan dingin dan bermusuhan. Dan omong-omong, Freen juga tidak marah-marah karena tidak bisa menghubungi Becca dan terpaksa harus menunggu. Mengherankan sekali.


"Aku ini musisi," sahut Freen dengan sebersit nada angkuh dalam suaranya.


"Tentu saja aku tahu semua jenis lagu dan musik."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUNSHINE BECOMES YOU (FREENBECKY VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang