BAB LIMA

557 65 4
                                    


Gadis itu belum datang.



Freen menatap kesal jam di atas piano. Sekarang sudah pukul sembilan tepat dan gadis itu masih belum datang. Hebat. Hebat sekali.



Freen sudah uring-uringan sejak tiga puluh menit yg lalu. Dan dia akan tetap uring-uringan sampai dia mendapatkan kopi paginya. Dia membutuhkan kopi. Dia membutuhkan gadis itu untuk membuatkan kopi untuknya. Kalau gadis itu menyerah dalam sehari dan memutuskan untuk tidak datang, Freen terpaksa harus pergi ke kafe di ujung jalan untuk membeli kopi lagi. Dan dia akan kebingungan lagi saat harus membuka pintu gedungnya dari luar.



Freen menatap tuts piano di hadapannya dan suasana hatinya semakin muram. Piano itu mengingatkan dirinya pada tangannya yg terkilir.



Bel interkom berbunyi dan memotong jalan pikirannya. Freen nelangkah lebar menghampiri interkom yg terpasang di dinding dan menatap layar kecil di sana. Itu dia malaikat kegelapannya. Akhirnya datang juga.



Freen menekan tombol untuk membuka pintu depan gedung dan menunggu. Dua menit kemudian bel pintu apartemennya berbunyi.



Freen membuka pintu dengan sati sentakan cepat dan menatap Becca yg ternyata sedang berdiri dengan ponsel di tempelkan ke telinga. Melihat Freen, gadis itu cepat-cepat bergumam.



"Rick, aku harus pergi sekarang. Kutelepon lagi nanti, ya?"



"Kau terlambat, satu jam tiga menit." kata Freen ketika Becca sudah menutup ponsel.



Becca meletakkan tas dan kantong plastik yg dibawanya di salah satu kursi berlengan di ruang duduk.



"Akan kubuatkan kopi untukmu,"



"Jadi kenapa kau datang terlambat padahal sudah kubilang kau harus tiba di sini jam delapan tepat?" tanya Freen.



"Jalanannya macet sekali hari ini. Biasanya aku tidak membutuhkan waktu selama itu dari Huntington ke Manhattan," sahut Becca sambil mengangkat bahu.



"Kau tinggal di Huntington?"



"Tidak, aku punya apartemen di sini, di Manhattan, di Greenwich Village. Orangtuaku yg tinggal di Huntington. Aku menginap di rumah orangtuaku kemarin."



Freen hanya bergumam sambil lalu dan menjatuhkan diri ke sofa. Lalu dia mendongak menatap Becca yg masih belum beranjak dari tempat berdirinya.



"Bukakah kau bilang kau akan membuat kopinya sekarang?" tanya Freen.



"Oh, ya. Benar." kata Becca cepat dan berbalik hendak berjalan ke dapur. Tetapi dia teringat sesuatu dan berbalik kembali.



"Ngomong-ngomong, aku bawa sandwich. Karena kau belum sarapan, kau bisa makan dulu sementara aku membuat kopi."



Freen mengamati sandwich dalam kotak plastik yg diletakkan Becca di atas meja di hadapannya.



"Tidak usah. Aku tidak butuh sarapan."



"Semua orang butuh sarapan. Masa kau hanya minum kopi setiap pagi?"



"Ya."



"Coba dulu."



"Tidak."



"Kenapa? Takut aku akan meracunimu?"



Freen mendongak mendengar nada kesal dalam suara gadis itu.



SUNSHINE BECOMES YOU (FREENBECKY VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang