Pagi ini Bia sudah siap dengan seragamnya. Hari ini adalah hari terakhir gadis itu melaksanakan ujian akhir sekolah. Hari ini juga gadis itu melihat Alzio untuk terakhir kalinya.
Bia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar kota. Mengalihkan rasa patah hatinya sejenak. Mungkin dengan itu ia bisa melupakan perasaannya? Perasaan yang ia simpan untuk sahabat sebelas tahunnya itu.
Bia melangkah menuruni tangga, berjalan menuju dapur dimana sang ayah dan bunda telah berada disana.
"Pagi, Ayah." sapa gadia itu sembari mengecup pipi Abimayu yang tengah fokus pada koran tersenyum kemudian melipat koran tersebut.
Bia melangkah ke tempat sang bunda berada, "pagi juga, Bunda." Ia melakukan hal serupa pada Sena, yaitu mengecup kedua sisi pipi paruh baya tersebut.
Setelah semuanya lengkap, mereka mulai bersiap untuk sarapan pagi ini.
Di mejanya sudah tersedia segelas susu, dan sepiring nasi goreng spesial buatan bundanya dengan telur mata sapi sebagai pelengkapnya. Kesukaan Bia!
Namun, gadis itu kembali murung. "Bunda 'kan udah dibilangin, jangan banyak-banyak gerak. Banyak-banyakin istirahat aja," celoteh gadis itu. Walaupun begitu, ia tetap menyuapkan sendok demi sendok ke mulutnya.
"Tau tuh kak. Bunda kamu batu banget," sambung Ayahnya. Sena hanya tersenyum simpul menanggapi.
"Janji deh, ini terakhir kalinya."
"Janji di asese!"
Mereka kemudian tertawa bersama. Menghalau segala rasa sedih dengan saling tertawa, seolah mereka hanya ingin mengalirkan kenangan-kenangan indah saja. Rasa sakit pun tidak akan memiliki celah untuk menggetarkan mereka.
Keluarga yang begitu sempurna.
🐈⬛
Kringgg
"Waktu ujian telah habis, harap mengumpulkan lembar ujian pada pengawas di ruangan masing-masing." Suara tersebut terdengar dari setiap penjuru kelas.
"Silahkan kumpulkan lembar jawaban kalian dengan tertib! mulai dari kamu dulu." Tunjuk salah seorang pengawas pada teman di samping Bia, kemudian disusul gadis itu.
Bia langsung keluar dari ruangan setelah mengumpulkan lembar jawaban ujiannya. Ia berjalan dengan senyuman lebar. Tak ayal gadis itu menyapa beberapa orang yang ia kenal. Ia seolah lupa dengan apa yang membuatnya sakit hati kemarin.
"Finally! Mudah-mudahan lulus. Amin!" Ia kemudian berlari kecil melewati koridor. Niatnya ia akan pergi ke salah satu kafe di depan sekolah untuk yang terakhir kalinya.
Setelah tiba di kafe tersebut, ia dengan tak sabaran memesan. "Mas pesen cheesecake kayak biasa ya!" Tak lupa gadis itu juga mengeluarkan kartu kreditnya dan membayar pesanannya tersebut.
"Tumben nih ga sama si Alzio." Bia hanya tersenyum samar menanggapi.
Ia menunggu pesanannya sembari mendengarkan musik menggunakan airpods miliknya. Gadis itu tersenyum membaca salah satu novel yang ada di genggamannya. Tak lama pesanannya pun datang, bersamaan dengan sepasang insan yang memasuki kafe tersebut.
Mata jeli milik Alzio menangkap sosok Bia yang berada di bagian sudut kafe. Lelaki tersebut juga menarik lengan gadis yang datang bersamanya berjalan beriringan ke temoat Bia berada.

YOU ARE READING
Amicus
Novela Juvenil𝑨𝒎𝒊𝒄𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒓𝒕𝒊 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒋𝒂𝒕𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒂𝒕𝒊𝒏. 𝑺𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒌𝒊𝒕𝒂, 𝒔𝒆𝒑𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒔𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒔𝒂𝒕𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝒌𝒂�...