Amanda menghabiskan akhir pekan dengan perasaan campur aduk. Pesan dari pengguna misterius di aplikasi kencan terus terngiang-ngiang di pikirannya. “Aku rasa sudah saatnya kita bertemu. Apa kamu siap?” Pertanyaan itu membuatnya bimbang. Ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan, namun rasa takut dan keraguan masih menghantui.
Di sisi lain, Reza juga merasakan hal yang sama. Ia mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Amanda lebih dari sekadar rekan kerja. Setiap kali mereka berbicara di aplikasi kencan, ia merasa semakin dekat dan terhubung dengan Amanda. Namun, ia juga takut untuk mengungkapkan kebenaran.
Pada Senin pagi, Amanda datang ke kantor dengan perasaan gugup. Ia tahu bahwa ia harus berbicara dengan Reza, baik tentang pekerjaan maupun perasaannya. Di ruangannya, ia mulai mempersiapkan presentasi terbaru untuk proyek aplikasi kencan mereka.
Ketika Reza memasuki ruangannya, Amanda merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Amanda, bisakah kita bicara sebentar?" tanyanya.
"Tentu, Pak Reza," jawab Amanda, merasa sedikit gugup.
Reza duduk di depannya. "Saya ingin mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan kerja kerasmu. Proyek ini tidak akan berhasil tanpa kontribusimu."
Amanda tersenyum. "Terima kasih, Pak Reza. Saya senang bisa menjadi bagian dari proyek ini."
Reza menatapnya dengan intens. "Ada satu hal lagi yang ingin saya bicarakan..."
Sebelum ia bisa melanjutkan, ponsel Amanda bergetar. Pesan dari pengguna misterius di aplikasi kencan masuk. Amanda membuka pesan itu dan merasa jantungnya berdetak kencang. Pesan itu berbunyi: "Aku di kafe dekat kantor kita. Bisa kita bertemu sekarang?"
Amanda merasa bimbang. Di satu sisi, ia penasaran dan ingin tahu siapa sebenarnya orang di balik profil itu. Di sisi lain, ia merasa bahwa momen ini sangat penting untuk karier dan masa depannya di perusahaan.
Reza, yang melihat perubahan ekspresi di wajah Amanda, bertanya, "Ada sesuatu yang penting?"
Amanda menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. "Tidak, hanya pesan dari seorang teman. Saya akan memikirkannya."
"Baiklah. Jika kamu butuh waktu, ambillah. Saya menghargai segala yang sudah kamu lakukan," kata Reza sebelum meninggalkan ruangan.
Amanda duduk termenung. Ia tahu bahwa rahasia di balik kode semakin mendekatkan mereka ke titik di mana kenyataan dan dunia maya akan bertabrakan. Ia harus siap menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya.
Dengan tekad yang kuat, Amanda mengambil jaketnya dan menuju kafe yang disebutkan dalam pesan. Ketika ia memasuki kafe, ia melihat seorang pria duduk di sudut dengan wajah yang familier. Pria itu adalah Reza.
Reza melihat Amanda dan tersenyum. "Amanda, aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini."
Amanda merasa seluruh dunianya berhenti sejenak. "Reza? Jadi kamu yang selama ini menjadi pengguna misterius di aplikasi kencan?"
Reza mengangguk pelan. "Aku juga tidak menyangka bahwa orang yang aku ajak bicara setiap malam adalah kamu. Tapi sekarang aku tahu, dan aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Amanda, aku menyukaimu."
Amanda merasa air mata mengalir di pipinya. Semua ketakutan dan keraguan yang ia rasakan selama ini tiba-tiba lenyap. "Aku juga menyukaimu, Reza. Aku hanya takut bahwa perasaan ini akan merusak segalanya."
Reza mendekati Amanda dan menggenggam tangannya. "Kita bisa menghadapi ini bersama. Tidak ada yang perlu kita takutkan. Kita bisa menjaga profesionalisme di kantor dan menjalani hubungan kita dengan hati-hati."
Amanda mengangguk. Ia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi ia merasa siap untuk menghadapi apa pun bersama Reza. Di kafe itu, di tengah hiruk-pikuk kota, mereka menemukan keberanian untuk mengungkapkan perasaan mereka dan memulai babak baru dalam hidup mereka.
Dengan senyum di wajah mereka, mereka meninggalkan kafe, siap menghadapi dunia dengan keyakinan bahwa cinta bisa ditemukan di tempat yang paling tidak terduga, bahkan di balik layar komputer.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DIBALIK LAYAR
RomanceAmanda adalah seorang pengembang perangkat lunak berbakat di sebuah perusahaan teknologi besar di Jakarta. Cerdas namun canggung dalam kehidupan sosialnya, Amanda lebih nyaman berkomunikasi dengan kode daripada dengan manusia. Diam-diam, ia mengemba...