8. Pisang Tanduk

266 25 5
                                    

***



Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang kini memenuhi ruang makan di kediaman Samuel dan Astrid yang merupakan orang tua kandung Kaivan. Suasana cukup mencekam dan menegangkan bagi Kaivan karna ia sedang menjaga martabat nya di depan kedua orang tuanya dan mertuanya.

Sedangkan Bira, gadis itu wajahnya nampak uring-uringan sembari mengaduk makanan di hadapannya dengan tak nafsu.

"Jadi, kapan kita semua di beri cucu?" tanya Astrid dengan antusias.

Kaivan reflek tersedak dan Bira langsung menghentikan aktifitasnya yang sejak tadi tak berhenti memainkan makanannya.

'Jangankan mau punya anak, nafsu ke cewe aja gak ada.' batin Bira.

Ke empat orang tua di meja makan itu rupanya menunggu jawaban dari keduanya. Kaivan menjadi kikuk dan Syabira justru tertawa kecil.

"Syabira" tegur Bayu pelan.

Gadis itu memandang sinis papanya dan kembali fokus pada makanannya. Suasana menjadi sedikit canggung sekarang.

"Ntar gue kasih tips biar cepet jadi ya Kai"

Kali ini Syabira yang tersedak minuman yang baru saja ia teguk. Ia memandang kakaknya itu dengan tatapan tak percaya.

Kaivan hanya bisa berdehem kecil dan tersenyum kikuk.

"Ada-ada saja kamu Aksa, tapi boleh juga sih. Papi gak sabar soalnya mau momong cucu"

Lalu suara tawa yang riuh terdengar di ruang makan itu. Hanya Kaivan dan Bira yang terlihat tetap diam dengan untaian senyap.

Sepulang dari makan malam keluarga yang isinya penuh akan candaan tentang 'memomong cucu', kedua pasutri baru itu nampak canggung selama perjalanan pulang di dalam mobil. Entahlah, mereka berdua sama-sama berpikir bahwa itu adalah hal konyol dan tak mungkin terjadi.

Punya anak? Yang benar saja. Kaivan dan Bira sama-sama menggeleng ribut tatkala pikiran konyol itu terus terlintas di pikiran mereka.

"Malam ini giliran gue yang tidur di kasur, gantian" cibir si gadis yang tengah duduk di kursi sofa kamar yang ia tiduri semalam. Matanya fokus menatap layar ponsel yang menampilkan video pendek dari salah satu platform.

Kaivan nampak tak acuh. Ia memilih pergi ke kamar mandi tanpa mau menanggapi ocehan menyebalkan Syabira.

Melihat itu, Bira reflek merasa geram. Ia memandang sinis siluet tubuh Kaivan yang perlahan mulai menghilang di balik bilik kamar mandi.

"Ih si boty, babi emang. Terserah, gue ngantuk"

Tanpa memperdulikan apapun lagi, Bira beranjak dan mulai menghantamkan tubuhnya keatas kasur empuk berukuran besar itu. Sudut bibirnya refleks terangkat kala merasakan kenyamanan luar biasa setelah kemarin harus tidur diatas sofa sempit di hadapannya.

20 menit kemudian, Kaivan telah menuntaskan kegiatannya di kamar mandi. Ia sedikit tersentak kaget setelah melihat tubuh Bira yang terlentang bebas dengan mata tertutup rapat. Tubuh gadis itu hampir memenuhi semua bagian kasur, dan Kaivan dibuat geleng-geleng oleh tingkah absurd-nya itu ketika tidur.

"Dasar perempuan jadi-jadian"

Kaivan tak akan pernah mau tidur selain diatas kasur. Badannya itu rentan pegal-pegal jika tidak tidur di tempat yang empuk. Wajar, ia sudah terbiasa akan princess treatment dari kedua orang tuanya. Jadi jangan salah kalau kelembutan adalah sahabat terbaiknya.

Namun, kala usai dengan rutinitas dengan serangkaian skincare-nya, Kaivan akhirnya berpikir keras bagaimana cara tuk menyingkirkan gadis bar-bar yang saat ini tengah menguasai satu-satunya kasur di kamar itu. Matanya bergerak kesana kemari sembari terus mencari ide.

Lalu kedua netra cantiknya itu menemukan satu buah bantal dan guling di atas sofa kamar. Ia raih benda itu kemudian beringsut jalan mendekati kasur. Dengan wajah jijik ia dorong tubuh ringkih Bira dengan paksa tanpa takut gadis itu akan terusik dan bangun.

Toh, Kaivan mulai paham akan tabiat Syabira yang nampak seperti orang mati kala tertidur.

Setelah melihat gadis itu sudah berada di sisi kasur yang paling ujung, Kaivan akhirnya tersenyum menang dan kembali berbuat tega lagi dengan menarik bantal dibawah kepala Bira. Hatinya tak kunjung berhenti menggerutu karna ia harus rela membuang harga dirinya dengan membiarkan dirinya tidur satu kasur dengan gadis gila.



•••



Kedua mata gadis yang saat ini tertidur pulas mengerjap pelan. Kepalanya terasa sedikit pening karna tidur tanpa memakai bantalan apapun. Bibir kecilnya tanpa sadar mengerucut, pagi nya di sambut dengan dengusan sebal.

Bira belum sepenuhnya membuka mata, dan masih berusaha keras melawan kantuk yang kuat menderanya. Dahinya tiba-tiba mengernyit heran tatkala merasakan sesuatu yang aneh dibawah kulit tangannya. Ia raba pelan-pelan sembari mulai membuka matanya.

"ANJING!"

Netra Bira membola lebar ketika sadar ada sosok Kaivan tepat disampingnya. Pemuda itu sontak terkejut karna teriakan keras Bira yang memekakkan telinga, di tambah lagi saat ini ia merasakan ada sesuatu yang melingkupi area kemaluannya. Wajahnya langsung tertunduk guna memeriksa junior miliknya.

Keduanya sama-sama terdiam sesaat sebelum akhirnya Syabira dengan cepat menarik tangannya dan kembali berteriak frustasi.

"Bangke itu apaan?! Lo ngapain nyimpen pisang tanduk disitu?! mana tegak gitu anjir. Gelo lu!"

Wajah Kaivan sontak memerah semu dan ia reflek menutup area kemaluannya dengan selimut.

"Itu bukan pisang" selanya gugup.

Satu alis Bira terangkat, tanda ia bingung akan penuturan laki-laki di hadapannya.

"Terus apaan? Gak mungkin itu kont--"

"Itu memang junior saya. Yang kamu pegang tadi itu kemaluan saya"

Tepat setelah mengucapkan kalimat memalukan itu, Kaivan langsung bangkit dan beranjak meninggalkan Syabira sembari mengoceh dalam hati memaki-maki kemaluannya yang masih berdiri tegak lurus.

Sedangkan Syabira masih speechless. Ia menatap intens satu tangannya dengan gelagat frustasi yang jelas.

"Tangan gue... AAAAAAAAA MAMAAAAAAAAAAA"

Gadis itu kembali menenggelamkan dirinya kedalam selimut dengan kedua kaki yang menghentak-hentak keras hingga seprai kasur menjadi berantakan.

Peduli monyet, Syabira kesal, jijik, sekaligus malu sekarang!

Siapapun, tolong asingkan Syabira!!!






>>>


































Sorry lama gak update, rl hectic parah🙏🏻

Tbc.

My Gay Hubby | JAEMINJEONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang