1. Pertemuan Yang Tak di Inginkan

376 34 0
                                    

Let's gaurrr!











Sudah hampir satu minggu Syabira mendiami kedua orang tuanya. Selama hari-hari setelah keputusan sialan papanya itu, Bira lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di kamar. Ia akan keluar ketika tak ada siapapun, termasuk kakak sulungnya. Danadyaksa, atau biasa ia panggil bang Aksa.

Syabira sempat menuntut pembelaan pada abangnya itu. Tetapi yang ia dapat justru sebaliknya. Aksa bersifat oposisi dan mendukung keputusan kedua orang tua mereka. Semakin jenuh dan kesal perasaan Bira tentunya.

Neira yang merupakan sahabat terdekatnya itu tak bisa berbuat banyak selain memberi dukungan, walau sejujurnya ia turut kesal. Kalau berada di posisi Syabira ia juga akan berontak dan mungkin kabur dari rumah. Tapi di sisi lain ia sadar bahwa kebutuhannya masih sepenuhnya di biayai oleh sang ayah.

Hm. Menyebalkan.

"Jadi besok lo habis ngampus langsung pulang, ay?" terdengar suara Neira di balik sambungan telpon milik Syabira.

"Iya, bang Aksa katanya mau jemput. Takut gue kabur" ada decakan sebal di akhir kalimat si gadis berkulit putih pucat itu.

"Di jalanin aja dulu, gue doain semoga calon suami lo cowok baik-baik, dan gak aneh plus bangsat kayak mantan satu-satunya lo dulu"

Helaan napas keluar dari bibir Syabira. Rasa kesal kembali hadir kala mengingat perlakuan mantan bejatnya kala itu. Huh, rasa traumanya belum juga hilang pasca kejadian beberapa tahun yang lalu. Sungguh, mantannya itu telah memberinya pandangan yang berbeda pada hampir tiap laki-laki.

"Amin deh. Ya udah Nei, gih bobo. Besok ada kelas pagi. Maaf ya gak bisa berangkat bareng kayak biasa, ntar gue traktir mie ayam cak Yanto deh"

"Asik, gini nih yang namanya sahabat sejati. Oke, babai ayangggg. Mmuuuaaacchhh"

Syabira hanya menanggapi ocehan sahabatnya itu dengan kekehan kecil, lalu mematikan sambungan telponnya.

Ia kembali merebahkan dirinya di atas kasur empuk miliknya. Kedua netranya menatap langit-langit kamar dengan pikiran gundah.

Besok adalah pertemuan antar keluarganya dengan keluarga calon suaminya. Bira sama sekali tak tahu menahu tentang sosok yang sudah di jodohkan dengannya itu. Jangankan bertanya, membahas tentang itu saja Bira ogah.

Tanpa sadar ia menghentak-hentakkan kakinya hingga sprei hitamnya berantakan.

Bira ingin kabur saja rasanya!




•••





Sesuai dengan apa yang di katakan Aksa, bahwa hari ini ia akan menjemput adik satu-satunya itu. Pemuda itu telah menunggu Bira di dalam mobilnya sembari memainkan ponselnya yang penuh akan notifikasi dari grup kantornya.

Tok tok.

Aksa tersenyum kala menatap sang adik di balik kaca mobilnya. Ia langsung menekan tombol unlock agar Syabira dapat masuk.

"How was your day, cantik?"

Syabira hanya tersenyum simpul dengan tatapan malas.

"Abang pasti tau kalau hari ini adalah hari yang paling aku hindarin" gumamnya sembari memasang seatbelt di tubuhnya.

Aksa mengusak pelan kepala Bira hingga membuat gadis itu mencebik kesal.

"Abang yakin pilihan mama sama papa itu yang terbaik untuk kamu, dek"

"Udahlah gak usah di bahas, buruan pulang. Ntar si papa tantrum gara-gara ngira aku kabur"

My Gay Hubby | JAEMINJEONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang