Let's go!
"Kenapa gak angkat telponku? Aku memang gak bisa bertindak banyak untuk membatalkan pernikahan itu, tapi kamu harus percaya kalau aku sama sekali gak tertarik sama perempuan yang ku nikahi"
Kaivan menatap pria jangkung di hadapannya dengan tatapan memelas. Ia dapat menilai bahwa pria yang bukan lain adalah kekasihnya itu masih marah atas pernikahannya kemarin.
"Sayang, please... Jangan diemin aku"
Mendengar lirihan penuh permohonan itu sontak membuat si pria jangkung luluh. Pandangannya mulai tertuju pada paras sang kekasih. Netra mereka saling beradu.
"Kenapa aku harus tau dari orang lain? Harusnya kamu ngomong lebih awal biar aku gak merasa di bodohi"
"Bukan gitu. Iya, maaf. Memang salahku karna dari awal gak berani bilang masalah ini ke kamu. Tapi jujur, aku takut... Aku takut kamu memilih untuk mengakhiri apa yang sudah kita bangun hampir 2 tahun lamanya..."
Deka menatap kedua mata Kaivan teliti, mencari celah kebohongan di balik manik indah itu. Dan ia tersenyum lega kala yang di temukan hanyalah kejujuran semata.
"Kenapa harus takut? Aku kan udah janji bakal terus mempertahankan semuanya, gak peduli dengan semua masalah yang siap nerpa hubungan kita"
Kaivan mendesah lega dan reflek tersenyum.
"Jadi, setelah ini gimana? Aku gak bisa lagi tidur di apartemen kamu karna sekarang aku sudah punya tempat tinggal baru, yang di hadiahkan sama papi untuk aku dan istriku"
"Istrimu... tau?"
Kaivan mendadak kembali murung dengan kepala yang tertunduk. Ah, ia bahkan sampai lupa memberitahu kalau mempelai istrinya itu...
"Syabira"
Alis Deka mengerut heran. Tak mengerti maksud Kaivan yang tiba-tiba menyebut nama gadis yang tak asing baginya.
"Maksudnya?"
"C-calon yang ku nikahi itu, Syabira. Mantan kekasihmu dulu"
Deka membeliak netra dengan dada yang seolah di timpa ribuan batu.
"APA?!"
Kaivan tahu reaksi sang kekasih akan seperti ini, ia sejujurnya sudah menyiapkan diri dari jauh-jauh hari. Karna keduanya pun sangat amat sadar bahwa gadis itu adalah korban dari hubungan gelap nan terlarang mereka berdua.
***
Syabira terbangun dengan kantuk yang masih mendera. Matanya ia paksa terbuka seiring dengan dering ponsel yang sejak tadi terus bunyi dan bergetar sampai mengganggu tidur nyenyaknya.
Nama Neira tertera di sana, dan setelahnya ia langsung menekan tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya.
"AYANG LO DI MANAAAAAA?!"
Syabira mengumpat pelan sembari menjauhkan gawai dari telinga malangnya.
"Ck, apaan sih baru bangun juga gue"
"Demi Tuhan ay, bang Aksa dari semalem cemasin lo! Dan pagi ini dia ke kos gue lagi, gue di paksa ngaku karna dia ngira gue sembunyiin lo di kamar kos gueeeeee"
Bira mendecih sebal sembari memandang ruang remang-remang yang menjadi tempat pelariannya semalam.
"Lo tuh pengantin baru, kenapa malah main minggat gitu aja sih? Setidaknya kabarin salah satu keluarga lo kek biar gak buat gempar"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gay Hubby | JAEMINJEONG
Fiksi Remaja"Di bilang cantik sama cewek cantik gue udah biasa. Tapi, pernah gak sih lo di bilang cantik sama cowok boty dengan tatapan dominannya?" -Syabira-