Semicolon 2

711 109 149
                                        

Happy reading...


Mew terus mengecupi tangan Kana, berharap anak manis itu segera bangun setelah melewati masa kritisnya.

Kana selamat, karena saat itu Gupi kebetulan ingin memanggil Kana. Gupi tentunya panik saat melihat Kana terbaring di lantai dengan darah di sekitaran tubuh Kana. Gupi langsung memanggil kedua orang tua mereka. Setelahnya Kana dilarikan ke Rumah Sakit. Beruntung, mereka tidak terlambat.

Saat ini, hanya ada Mew dan Gupi di ruangan itu. Mata Gupi terlihat sembab, begitu juga dengan Mew.

"Kak Mew ... ini karena Gupi, ya?"

Mew menoleh saat Gupi mengatakan itu. "Jangan nyalahin diri lo sendiri. Ini semua salah gue juga karena gak bilang kalau lo mau di jodohin sama gue."

"Gupi sayang Kana, Kak Mew. Gupi gak mau ambil Kak Mew dari Kana, tapi Ayah dan Bunda maksa Gupi, katanya Kak Mew bisa jaga Gupi."

"Kak Mew pasti suka dengar Kana cerita, ya? Kana gak pernah mau cerita sama Gupi. Saat Gupi mau deketin Kana, pasti dia selalu menjauh. Dari kecil sudah seperti itu. Gupi tidak dekat dengan Kana, tapi Gupi sayang Kana."

Mew terus mendengarkan Gupi berbicara, tanpa sadar Mew tersenyum. Gupi dan Kana itu sangat mirip, tapi kepribadian mereka jauh berbeda.

"Kak Mew jangan di tatap Gupi nya." Gupi menunduk sambil memainkan jarinya. "Gupi malu," ucapnya pelan.

"Gupi, lo itu manis. Lo juga anak yang kuat, sama kayak Kana. Terus berjuang, ya. Lo pasti bisa sembuh."

Gupi mengangguk semangat. "Hum! Gupi sudah berjuang sampai sejauh ini, jadi Gupi pasti bisa sembuh, kok. Terima kasih ya, Kak Mew." Gupi tersenyum menunjukkan deretan gigi rapinya, membuat Mew terkekeh kecil.

“Mereka itu sama-sama sakit, tapi rasa sakit yang di terima mereka berbeda.”

Bunda terisak di samping hospital bed anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunda terisak di samping hospital bed anaknya. Hanya ada penyesalan saat melihat sang anak terbaring lemah di sana.

"Kana maafin Bunda, Bunda terlalu fokus pada Gupi sampai Bunda tidak memperhatikan Kana lagi. Maaf ya, sayang. Cepat bangun malaikat Bunda."

"Na, semuanya karena kelalaian kita. Jangan menyalahkan diri kamu sendiri."

Kirana menoleh ke samping, di mana suaminya berdiri di sana. Kirana tidak sanggup membendung air matanya lagi, ia menangis sejadinya membuat sang suami sedikit panik.

"Hey, jangan menangis seperti itu. Kasihan Kana terganggu." Rajendra menarik pelan tangan Kirana, membawa istrinya sedikit menjauh.

"Mas, maaf." Hanya itu kata yang mampu keluar dari bibir Kirana, setelahnya ia memeluk erat sang suami.

"Disini yang salah kita berdua. Kita perbaiki, ya? Kita mulai semuanya dari awal."

Kirana mengangguk dalam pelukan suaminya. "Tapi sepertinya bagi Kana sangat susah untuk memulai semua dari awal. Kamu sadar tidak, dari kecil Kana jarang dapat perhatian dari kita? Kita bahkan tidak tau, bagaimana dia di sekolah, bagaimana kesehariannya."

MewGulf One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang