13

124 14 0
                                    

Bokongnya ia dudukan di kursi belajar Freyan. Disadarkan nya tubuhnya itu di sandaran kursi itu. Selembar kertas yang terlipat itu langsung dibukanya, sehingga memunculkan tulisan yang sudah tertulis cukup lama sampai-sampai tintanya sudah tercetak jelas disitu.

 Selembar kertas yang terlipat itu langsung dibukanya, sehingga memunculkan tulisan yang sudah tertulis cukup lama sampai-sampai tintanya sudah tercetak jelas disitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Floral membaca surat itu dengan menggunakan nada bicaranya. Tak sadar ternyata disaat ia sedang membaca surat itu air matanya telah jatuh menetes dan mengenai pergelangan tangan nya sejak tadi. Diujung pembacaan surat itu, matanya ia pejamkan sejenak sebelum akhirnya kembali ia buka.

" bahagia disana Kak Flora, " ucap Floral dengan nada yang pelan. Ia melipatkan kembali surat itu seperti bentuk awalnya. Setelah itu langsung dimasukkan kedalam amplop coklat.

Amplopnya itu langsung di masukkan kembali ke dalam laci meja belajar Freyan. Ia berdiri dari duduknya dan segera berbalik badan, namun betapa terkejutnya ia ketika melihat Freyan sudah berdiri di belakangnya. Tatapan sendu itu kembali ia dapati dari tatapan Freyan, Floral yang sudah ketahuan membongkar barang-barang privasi orang dihadapannya itu langsung kebingungan mencari alasan.

" kamu udah liat ya? " tanya Freyan. Nadanya lembut seakan diri itu bukanlah Freyan yang asli. Suaranya berubah hanya beberapa menit saja.

" a-aku ga mak-- " ucapan itu tak bisa dilanjutkan Floral. Karena lelaki dihadapannya keburu memotong ucapannya.

" maaf, aku mohon jangan tinggalin aku Flo, " ucapan yang terlontar dari mulut Freyan tentu membuat Floral terkaget. Apa benar dia mengucapkan hal ini kepadanya secara langsung atau dia melihat ku sebagai Flora?

" Frey, kamu ga halu kan? " tanya Floral yang menangkup wajah lelaki itu dengan kedua tangan mungil nya.
Freyan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Bibirnya tampak bergetar, matanya tampak merah, suhu tubuhnya juga begitu panas. Floral yang tidak mau kalau laki-laki dihadapannya ini tambah sakit langsung mengajaknya untuk keluar dan pergi makan.

" engga, aku ga mau makan. Aku maunya kamu temenin aku, Flo " tolak Freyan. Bibirnya melengkung kedepan seperti sedang meminta perhatian dari Floral.

" iya kan memang aku temenin makan nya, mau ya? " bujuk Floral seraya mengusap-usap pipi laki-laki itu. Freyan akhirnya mengangguk karena bujukan Floral yang mau menuruti keinginannya juga.

Floral tersenyum. Tangannya langsung beralih ke tangan Freyan yang sedikit hangat itu, ia menggenggam tangan itu lalu menariknya menuju pintu. Tentunya ia melakukan itu secara perlahan-lahan agar tak terlalu membuatnya risih. Pintu kamar itu terbuka begitu lebar dan mereka segera keluar dari situ. Ruangan yang sekarang mereka berdiri saat ini tampak begitu sepi, sehingga menimbulkan pertanyaan dibenak seorang Freyan. Namun hal itu tak terlalu dihiraukan nya.

Floral kembali menarik tangan nya menuju ke arah kanan yang tepat disana ada ruangan makan dan dapur yang sudah menjadi satu. Setibanya di situ Freyan disuruh duduk, sedangkan Floral mencari-cari bahan yang bisa ia buatkan bubur. Nah disaat mencari itu, salah satu lemari yang ia buka ternyata ada semangkuk bubur yang terasa masih hangat. Floral pun langsung mengambilnya dan meletakkannya di atas meja makan. Freyan yang melihat makanan itu langsung menjauhkan mangkuk tersebut.

" Frey.. " ucap Floral. Namun sama sekali itu tak di gubris oleh Freyan. Freyan berpura-pura tuli dengan panggilan Floral itu.

" kamu mau makan atau aku pulang? " ancam Floral seraya menatap kesal pada laki-laki ini. Sang Empu yang mendengar jelas ucapan itu langsung menoleh kearah Floral dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.

" makan ya? Ini kan demi kamu, " ucapan Floral itu benar, tidak salah sama sekali. Kalau bukan karena dirinya sakit, manamungkin ia mau memakan makanan aneh ini.

" suapin, "

Kata-kata itu mampu membuat mata Floral membulat sempurna. Apa maksud orang ini!? Di pikir nya Floral adalah babunya? Yang bisa ia suruh-suruh setiap detik. Namun tatapan mata Freyan terus-terusan menghipnotis Floral untuk mengikuti kemauannya. Entah sadar atau tidak sadar, Floral mengangguk kan kepalanya. Freyan seketika menimbulkan senyuman nya yang paling bahagia.

Floral pun memegang sendok yang ada di mangkuk itu, lalu di ambilnya bubur tersebut menggunakan sendok. Sendok itu langsung diarahkannya kedepan mulut lelaki itu. Tanpa menunggu drama apa-apa lagi, Freyan membuka mulutnya lebar-lebar lalu melahap suapan dari Floral itu.

" enwwakk! " entah apa yang diucapkan oleh Freyan tapi dari acungan jempol nya, seperti nya dia mengucapkan kata-kata pujian untuk makanan tersebut.

Baru kali ini Floral melihat dan merasakan bagaimana Freyan sangat membutuhkan perhatian ketika berada disampingnya. Biasanya juga Floral menjadi orang yang paling manja dan butuh perhatian dari Freyan.

***

Ditengah kesunyian pada sore itu. Seorang lelaki remaja menuju dewasa itu sedang berdiri di balkon kamarnya. Namun di ketenangan nya menyendiri itu sambil menikmati dinginnya angin yang terus menghantam ke tubuhnya, seseorang yang lebih tua darinya langsung memasuki kamarnya.

" Adam Jarendra Riyadi, " panggil orang tersebut yang membuat sang lelaki bernama Adam itu menoleh. Memang ya kalau ketenangan itu hanya berlangsung beberapa menit saja. Setelahnya sudah banyak masalah sedang menantinya.

" ada apa ayah? " balas Adam kepada seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya sendiri. Kehadiran ayahnya dirumah ini memang begitu jarang, karena banyak nya urusan sang ayah di luar kota.

" dimana adik kamu? " Adam yang mendengarnya jelas mengangkat kedua bahunya, " pergi main sama temennya, udah izin sama ayah juga kok lewat chat, " ucap Adam.

" ohh ayah belum sempat baca. Kamu kok dirumah aja? Biasanya juga jalan sama Lyora, " ucap sang Ayah. Namun Adam malah acuh akan hal itu. Pandangannya kembali terarah ke luar.

" lagi ada masalah ya? Yaudah deh, ayah ga bakal nanya lagi. Kalau butuh apa-apa ambil aja kartu ayah di tempat biasa, " lanjut sang Ayah seraya menguatkan nada bicaranya. Ia berbalik badan lalu keluar dari kamar anak bujangnya itu.

Pintu kamarnya ditutup oleh sang ayah. Adam mendecih, ia mengambil bungkusan rokok dan korek api dari saku celananya. Ia meletakkan rokok itu di tengah apitan jari telunjuk dan jari tengah. Setelah itu langsung ia nyalakan rokok itu pakai korek api. Ia pun memulai menghisap rokok nya.

" Lyora, kamu apa kabar? "

Bersambung..

Haduhh udah pasti berkelahi lagi ini mah..

Yoww guys! Terima kasih sudah membaca bab ini, sekiranya ini menghibur dan menemani kalian yaa! Jangan lupa like nya yaa, mohon bantuannya! Jika ada kritik ataupun saran kalian bisa langsung hubungi;

On Instagram : @iamnot_unyill
On Tiktok : @Raiders_JKT
On Saluran WhatsApp :

https://whatsapp.com/channel/0029VagoUW7KAwEhH31Lu60e

My Two Brother S2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang