Bab 2

328 17 0
                                    

Kaivan Matteo Elgino, adalah seorang blasteran Inggris dan Sunda. Kaivan lahir di Inggris, tepatnya di Manchester dan mengikuti kewarganegaraan ayahnya, Matthew Rowan Elgino. Masa kecilnya ia habiskan di kota kelahirannya sampai dengan lulus junior high school. Kemudian ia dan keluarganya pindah ke Jakarta, Indonesia dan melanjutkan pendidikan SMA di sekolah internasional.

Kaivan adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ia memiliki kakak perempuan yang sudah menikah dan menetap di Inggris. Eleanora singkatnya dan Kaivan tidak suka berurusan dengan kakaknya. Perempuan itu selalu menjahilinya sejak kecil bahkan ketika keduanya sudah memiliki pasangan masing-masing.

Kaivan juga memiliki seorang adik yang usianya terpaut lima tahun lebih muda darinya. Berbeda dengan Eleanora yang sangat bule, tindak tanduk serta tutur kata Marshall sangat menuruni ibu mereka yang berdarah Sunda, Isyana Pramoedya. Mungkin karena masa SMP dan SMA Marshall lebih memilih sekolah negeri dibandingkan dengan Kaivan yang masuk ke SMA internasional. Jiwa Marshall pun sudah lebih tercampuri dengan hal-hal berbau lokal.

Sejak kecil, Matt dan Isyana menerapkan pola asuh dengan dua bahasa. Jika bersama Matt maka semua anaknya akan berbicara bahasa Inggris. Sementara jika bersama Isyana, semua harus berbahasa Indonesia. Sehingga ketika pindah ke Indonesia, anak-anak sudah tidak kaget dengan perbedaan bahasa.

Keluarga Kaivan merupakan keluarga dengan darah pengusaha yang kental. Semua anggota anggota keluarga yang tubuh berisi darah Elgino menjadi pengusaha sukses di berbagai bidang. Termasuk tokoh utama cerita ini yang selalu sibuk di manapun dan kapanpun.

Sejak sebelum meninggalkan apartemen mewah yang disinggahi di Manchester hingga ketika ia sudah berada di kelas bisnis pesawat yang terbang menuju Indonesia, Kaivan terus disibukkan oleh tabletnya. Istri cantiknya pun seolah menjadi orang asing yang duduk di sebelahnya.

Tidak ada yang lebih membosankan dari perjalanan udara dari Inggris ke Indonesia. Laurin sudah berkali-kali berganti tayangan tapi, ia tidak menemukan satu pun yang menarik minatnya.

Sementara suaminya sejak tadi sibuk berkutat dengan tablet dan menghiraukan kesepian istrinya.

"Tadi aku tawarin mau pakai pesawat pribadi nggak mau," tutur Kaivan kemudian. Pesawat yang dimaksud adalah pesawat milik Matt yang memang ditawarkan untuk membawa mereka pulang ke Indonesia karena Matt dan Isyana masih ingin tinggal di Manchester lebih lama.

"Bukan gitu. Aku cuma bosen," bela Laurin.

"Terus kamu mau apa?" tanya Kaivan.

Laurin menggeleng tidak tahu. Kaivan pun mendengus dan akhirnya memilih menutup tabletnya.

"Then.. talk to me."

"Nggak tau mau ngomong apa."

Keduanya diam cukup lama hingga Kaivan menoleh kembali pada sang istri.

"Aku harus pergi setibanya kita di Indonesia."

"Maksudnya?" tanya Laurin.

"Kita berpisah di bandara."

"What?"

"I am sorry, Baby."

Laurin menggeleng. Ia tidak ingin dengar apa-apa. Setelah kemarin ia ditinggal di butik dan membatalkan rencana mereka untuk pergi bersama kini ia akan ditinggal lagi begitu mendarat.

Kaivan memang seperti itu. Pria paling sibuk sedunia. Pulang malam, pergi pagi, suka membatalkan janji seenaknya demi sebuah pekerjaan yang Laurin tidak tahu.

"I wish I can hate you, Mas Kai," ujar Laurin untuk menutup percakapan itu.

Ia menyesali keputusannya mengeluh bosan tadi. Jika bisa memilih ia lebih baik mati kebosanan daripada mendengar hal itu tadi.

SERAYU RAGU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang