08

0 0 0
                                    

Lelaki itu mengubah pandangannya dari senja yang akan tenggelam sebentar lagi menjadi wajah kusutku. "Kenapa?"

Akhirnya aku limbung di pelukannya sembari meringis kesakitan di bagian pergelanganku, lelaki itu panik sejadi-jadinya. "Tanganmu infeksi Jingga!"

"Maaf, aku rasa dengan ini bisa menikmati rasa sakitku, maaf, maaf."

"Jangan, tidak boleh, tidak boleh Jingga!" Lalu di saat itu senja –yang menjadi candu bagi lelaki yang memelukku– tenggelam bersama lenyapnya diriku.

+++

"Jangan, JANGAN BEGITU JINGGA! TIDAK BOLEH!" Saat itu senja yang tak ingin kulewatkan sedetikpun berbeda haluan, kini ia tenggelam di mata Jingga.

"Tidak... Tidak boleh Jingga!" Aku membawanya dipelukanku, kuberikan kehangatan agar tubuhnya lebih hangat sehangat senja. Berlari menyelusuri bibir pantai akan kubawa dia kembali, namun sayangnya aku benar-benar kehilangan.

"Aaaarg... Argghh!"

Nyatanya hanya senja yang datang kembali esoknya tapi Jingga tidak. Kemudian dengan adanya Jingga yang hanya sementara dalam hidupku mengajarkanku artinya bersyukur apapun yang terjadi, yang terjadi di rumahku tidak seburuk yang terjadi pada Jingga, jadi aku memutuskan untuk tetap tinggal di rumah bersebelahan dengan rumah Jingga.

'Senja Tenggelam di Matamu, Jingga'

Senja Tenggelam Di MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang