Jiva menekan tombol bell, ia berdiri dengan senandung kecil didepan pintu yang masih tertutup. Menunggu sang pemilik rumah membukakan untuknya. Hari ini Jiva akan bertemu dengan teman kuliahnya dulu, Muji.
"Ya, dengan siapa?" Tanya Jordi, sang tuan rumah yang berada diambang pintu. Jordi adalah orang tua Harsa, sedangkan Muji, istri Harsa, menantu dirumah mewah tersebut.
"Saya Jiva om, temennya kak Muji sama Mas Harsa" Jiva tersenyum kecil.
"Ohh! Yaudah masuk dulu, nanti saya panggilkan Muji dan Harsa" suruh Jordi.
"Iya om, makasih" Jiva membuntuti Jordi menuju ruang tamu, ia duduk saat Jordi menyuruh.
Tak berselang lama Harsa datang sendirian setelah Jordi pergi memanggilnya, ia duduk berseberangan dengan Jiva.
"Mana kak Muji nya, Mas? Kok Mas sendirian?"
"Muji lagi kerumah papinya, Jiv. Kamu gak dikasih kabar? Soalnya tadi papinya bilang butuh bantuan, kemungkinan baliknya tengah hari nanti" Ini baru pukul 8 karena memang janjinya jam segitu, masih terlalu lama bagi Jiva jika terus menunggu.
"Yahh... Gitu ya Mas? Aku pulang aja deh, kelamaan kalo nunggu, takutnya ganggu Mas Harsa"
"Gaklah, Mas gak ngerasa diganggu. Tunggu aja disini, Lagian Mas kan Juga temen kamu, bukan cuma Muji" akhirnya Jiva mengangguk.
"Iya, aku nunggu sini aja"
"Mantep, gitu kek dari tadi, haha" Harsa tertawa pelan bersama Jiva.
Lama mereka saling bertukar cerita, tertawa dan jujur. Mengingat tentang Masa muda dijaman kuliah, sambil minum dan makan cemilan yang disediakan Harsa.
"Mas, aku pengen ke toilet. Dimana ya?"
"Kamu lurus, belok kiri terus pas ketemu dapur kamu masuk aja ke pintu warna putih, itu toiletnya" tunjuk Harsa pada lorong.
"Oke" Jiva berjalan pergi, tanpa tau ada yang mengikuti dari belakang.
Sesaat sesudah menyelesaikan buang air kecilnya Jiva pun keluar, ia tersentak kaget ketika menemui Harsa telah berdiri didepan pintu Toilet.
"Mas Harsa ngapain? Oh! Pengen ke toilet juga? Yaudah Mas, silakan" Jiva menyingkir, ingin berjalan meninggalkan Harsa yang hanya diam.
Tak!
Tangan Jiva ditangkap Harsa, lalu diseret masuk kedalam Toilet. Tak lupa Harsa mengunci pintunya, membuat Jiva panik.
"M-mas Harsa, ki-kita ngapain di-didalam sini?" Degup jantung Jiva bertalu kencang, takut akan tatapan sayu Harsa.
Harsa mengurung Jiva, memenjarakannya diantara dua tangan. Ia mendekat, hidung mereka hampir bergesekan.
"Kamu pikir kita mau ngapain hm?" Harsa meniup bibir pink Jiva.
"Pipis?" Jiva berusaha tetap berpikir positif.
"Ya, bener. Mas pengen pipis..." Jiva mengangguk pelan, ia merasa lega sebelum perkataan Harsa berikutnya mampu membuat Jiva menegang, "...Didalam Memek kamu"
"Enggak! Aku gak mau! Lepas! Lepasin Aku!" Jiva memberontak kasar, tangannya terus mendorong dada Harsa walau tak ada gunanya.
"Mau gak mau, kamu harus tetep puasin kontol Mas pake Memek kamu" Harsa terkekeh dalam, suaranya menjadi Serak. Hasratnya membumbung tinggi melihat percobaan Jiva melarikan Diri.
"Enggak! Lepas! Tolonggg! Siapapun diluar Tolongin aku!"
"Berisik pepek perek! Telinga mas rasanya mau budek!" Harsa bungkam Mulut Jiva dengan satu tangan.