"Hanz, lu ikut gak nongkrong bareng anak-anak?" Tanya Rendy.
"Emang ada siapa aja?" Hanz menatap teman kelasnya.
"Jenovan, Jerry sama Miren. Ikut kaga?" Hanz tersenyum samar sebelum mengangguk.
"Oke, lagian gua juga gabut nih"
Mereka berjalan beriringan menuju kantin kampus, setelah sampai Rendy terlebih dahulu duduk disamping Miren, yang tersisa hanya bangku disamping Jenovan.
Hanz melirik sebentar pada Jenovan baru setelahnya duduk, Jenovan itu dingin, tak banyak bicara, jika ia tak suka akan sesuatu pasti rautnya akan lebih datar dari biasanya. Namun syukurlah kehadiran Hanz disamping Jenovan tak membuatnya marah atau tak suka.
"Nghh~"
Semua mata tertuju pada Jenovan, tepatnya pada suara laknat yang tadi ia keluarkan. Siapa yang tak kaget saat Jenovan yang sedari tadi diam tapi sekarang malah mengeluarkan desahan?.
"Gimana keadaan lu pada? Masih belum gila ngerjain skripsi?" Hanz mulai mengobrol, mengubah suasana canggung akibat suara tadi, sengaja pura-pura tak mendengarnya.
"Ya lu pikir sendirilah, kalo gua mah udah ditahap bicara sendiri terus kaga tidur 4 hari" tutur Rendy.
"Anjayy... Wkwk, itu si lebih dari gila" Hanz tergelak menyaksikan muka masam Rendy.
"Yang sabar, Ren" Jerry mengelus pundak Rendy.
"Bacot! Kek elu bisa ngerjain aja sat!"
"Bisa, kan ada pacar gua tersayang. Iyakan baby?" Jerry tersenyum lebar menatap Miren.
"Iya say-"
"Ahh~"
Ucapan Miren terhenti ketika suara merdu Jenovan keluar kembali, mereka kembali melirik Jenovan. Lalu mata mereka saling tatap sebelum pura-pura tak mendengarnya lagi.
"Oh ya! Lu berdua gak pesen makan?" Miren berusaha mengindahkan suara Halus tersebut, membuang jauh-jauh pikiran negatifnya.
"Anjirr! Gua lupa! Lu pengen pesen apa, Hanz? Sekalian gua pesenin nih" tawar Rendy.
"Samain kek elu aja" Rendy mengangguk lalu pergi.
Kini dimeja makan hanya ada obrolan antara Jerry dan Miren, mereka asik ngebucin berdua. Tak menghormati kehadiran Hanz dan Jenovan yang masih jomblo.
"Heh! Lu pada kalo pengen ngebucin tau tempat lah njirr! Hormatin gua kek! Lu pikir enak jadi obat nyamuk?!"
"Cari pacar Cok! Gak baik punya penyakit iri hati! Noh, sama Jenovan, lu berdua kan sama-sama jomblo" suruh Jerry.
"Emang Jenovan mau sama Hanz?" Tanya Miren.
"Gak tau, tapi kayany-"
"Engh~"
Kali ini ucapan Jerry yang dipotong desahan Samar Jenovan, mereka secara terang-terangan menatap Jenovan yang hanya diam, datar sekali, seperti tak pernah mengeluarkan suara aneh tersebut.
Saat tahu ditatap semua orang Jenovan balik menatap mereka, lalu meninggalkan kantin. Pergi begitu saja tanpa menjelaskan apapun pada mereka setelah selesai makan.
Mereka mulai berbicara lagi, kembali berpura-pura tak mendengarnya hingga tak terasa makanan yang dipesan Rendy habis tak bersisa. Niatnya Hanz akan kembali ke kelas sendirian karena Rendy sudah terlebih dulu masuk kelas namun urung ketika di persimpangan koridor bertemu Jenovan yang berdiam diri menatapnya.
Hanz hampiri Jenovan, merasa heran akan tingkahnya "Kenapa Jen?"
Bukannya menjawab Jenovan malah menarik tangan Hanz menuju gudang bekas gedung olahraga, ia dorong Hanz kedalam lalu mengunci pintu masuk.