Prolog

299 34 0
                                    

"Nindia.." Nindia memperkenalkan dirinya dengan penuh percaya diri. Senyuman terbaiknya pun diperlihatkan. Dia menampilkan dirinya bak ibu peri. Baju feminim berwarna biru muda, rambut yang digerai agak bergelombang dengan wajah yang di beri make up tipis-tipis. "Kamu Ikbal kan?." Lanjut Nindia. Selama ini dia  hanya tau kalau ibu tirinya itu punya dua anak, tapi Nindia tidak pernah mau untuk bertemu dan melihat langsung ibu tirinya atau siapapun yang berhubungan dengannya. Jadi, saat ini adalah hari pertama Nindia menginjakkan kakinya dirumah baru Pak Jaka dan selingkuhannya yang sudah sah jadi istrinya.

Pria berkacamata yang ada dihadapannya hanya mengangguk sekilas.

"Salam kenal. Aku anak pertama dari Pak Jak.. Sorry maksudnya ayah." Koreksi Nindia yang tidak sengaja memanggil ayahnya dengan panggilan nama dan Nindia merasa cukup kesal karena harus menyebut Pak Jaka dengan sebutan ayah. Rasanya janggal dan tidak nyaman. Sudah 15 tahun dia tidak memanggil ayah pada Pak Jaka.

"Oh ya. Tunggu aja ayah sama ibu lagi ke supermarket." Hanya itu tanggapan dari Ikbal kemudian berlalu pergi masuk ke dalam mobilnya untuk bekerja, sebelum akhirnya Hani-ibu Ikbal datang dari belanja menghampiri anak kesayangannya.

"Mau berangkat mas?. Hati-hati ya jangan lupa makan." Dan adegan selanjutnya yang sungguh sebenarnya Nindia enggan untuk melihatnya, akhirnya terlihat juga. Ikbal yang tadi berwajah masam dan jutek, langsung berubah hangat pada ibunya. Tampak sekali Ikbal tumbuh dengan penuh kasih sayang. Nindia benci itu. Dia tidak merasakan hal sehangat itu lagi dari ibunya. Tanpa sadar Nindia menitikkan air mata, tapi kemudian dalam berapa detik Nindia segera hapus air mata itu dengan tangannya sendiri.

"Aku berangkat dulu ya, mah. Jangan cape-cape."

Wanita yang dianggap nenek sihir oleh Nindia tersenyum bahagia kemudian mengusap wajah anaknya. "Iya, mas tenang aja. Oh ya hari ini jangan lupa ya buat ajak Mila makan malem bareng. Sekalian kan kita harus ngomongin buat acara lamaran nanti."

"Iya mah."

Lalu disana Nindia akhirnya semakin yakin untuk menghancurkan kebahagiaan ibu tiri dan kakak tirinya itu. Keadaan di rumah yang dipijakinya saat ini berbanding terbalik dengan keadaan di rumahnya selama 15 tahun terakhir ini.
**

Semua Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang