CHAPTER 2 - DAY 2

246 48 6
                                    

Pukul 8 malam...

Art mendengus kesal, kejadian pagi tadi bahkan masih terus memenuhi emosinya.

"Hei Art, sudahlah." Leon menggelengkan kepala. Sejak tadi, teman satu kamarnya itu memang tidak berhenti mengeluh.

"Aku pikir, anak baru itu memang menarik seperti yang Grey katakan."

"Diam kau Leon!" Tegas Art, ia tak suka.

"Ohooo, sudahlah Art. Itu salahmu sendiri, menantang anak baru itu yang kini justru menjadi boomerang untukmu sendiri." Leon turun dari atas ranjangnya, mendekat dan menepuk pundak milik Art.

"Jika saja itu pertandingan game, sudah aku pastikan anak itu menangis dan kembali ke rumahnya." Art penuh penekanan, ia masih sangat kesal. Bagaimana bisa Miu memberi pertandingan seperti pagi tadi, bukan battle dalam game, melainkan ilmu pengetahuan seputar eSport.

Bukannya Art bodoh dalam hal itu, hanya saja Kana lebih cepat dalam menjawab pertanyaan. Art masih tak terima atas kekalahannya.

"Berhenti kesal, ayo ikut aku."

"Kemana?" Sinisnya, menatap malas pada Leon.

"Sudah, ayo ikut saja. Aku yang traktir." Menarik tangan Art, ia ingin temannya itu berhenti mengeluh, terlalu berisik pikirnya.

.
.
.

Di ruangan lain...

Kana melirik ke arah senior pendiam yang sedang asik bermain game di atas sofa, itu Gun— salah satu anggota PIERCE yang di kenal pelit ekspresi dan jarang bicara.

Tempat ini luar biasa, batinnya. Kana menoleh ke sekitar ruangan yang kini akan menjadi tempat bersantainya untuk beberapa waktu ke depan.

Grey?
Di mana dia?

"Tadaaam!!!"

Kana sedikit terkejut, seorang remaja lainnya dengan ekspresi ceria datang tiba-tiba. Ahh, dia adalah Win, anggota team utama PIERCE yang terkenal akan sikap uniknya.

"Hei Kana." Grey melangkah tenang, ia baru tiba bersama Win rupanya.

Kana mengangguk pelan.

"Phi Gun." Win mendekat pada anak pendiam itu, usai memberikan beberapa paper bag berisi camilan untuk Kana dan lainnya. "Phi Gun..." Manjanya, duduk merapat pada tubuh mungil milik Gun.

"Win." Datarnya, penuh arti.

"Phi, aku bawa banyak camilan untuk kita." Win bersemangat, ia selalu saja seperti itu. Meski tau bagaimana sifat teman pendiamnya yang satu ini.

Gun kembali fokus pada tablet di tangannya, di mana Win kini melebarkan senyuman.

"Aaaa... Itu!" Win segera menutup mulutnya, bersamaan dengan helaan nafas kasar seorang Gun.

"Win!" Ada penekanan dalam suara datar yang khas tersebut, Gun kalah rupanya dan itu salah Win.

Grey menahan tawa, menggeleng pelan atas pemandangan yang tak asing ia lihat. Win selalu seperti itu, entah mengapa anak itu suka sekali mengganggu Gun.

WE ARE PIERCE || Versi Lengkap Di PDF ✓ ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang