CHAPTER 5 - SENIOR MENYEBALKAN

142 40 15
                                    

Kedua alis Kana bertemu, saat indera pendengarannya menangkap suara aneh.

"Akhhh yeah... faster... Mphh... Akhhh."

Kedua matanya menyipit, Kana bergegas untuk melangkah ke arah sumber suara.

Hingga kemudian...

"Shiiiaaa!!!" Kana membulatkan kedua bola matanya, membuat Bass yang ikut terkejut seketika menoleh ke arahnya.

"Bass!"

Remaja imut bernama Bass itu menampakan deretan gigi rapihnya, tersenyum bagai tak berdosa.

"Apa yang kau lihat?!" Kedua mata Kana masih melotot, terkejut.

"Kemarilah, ini sangat seru."

Kana menggeleng cepat, "tidak mau!"

"Hei, ini adalah hiburan, kemarilah."

"Tidak." Kana menggeleng cepat.

Di waktu yang sama, pintu kamar mandi terbuka, menunjukan si polos Nunu yang baru selesai mandi.

Nunu melangkah mendekat, penasaran akan apa yang tengah terjadi di antara Bass dan Kana.

"Apa yang kalian lakukan?" Polosnya, seraya menggosok rambutnya dengan handuk.

"Apa lagi jika bukan nonton film akh akh..." Ucap Albert, yang sedang duduk di atas ranjang, seraya asik bermain game di ponselnya.

"Akh Akh?" Nunu mengerutkan kedua alis dengan polos.

Memang, di antara yang lain, Nunu terhitung paling lambat dalam mencerna hal semacam itu.

"Kemarilah, mari kita tonton bersama." Ucap Bass antusias.

Kana menggeleng cepat, menatap Nunu untuk tidak mengikuti Bass.

Namun sekali lagi, Nunu yang polos dan penasaran, dengan santainya justru duduk di samping Bass.

"Kana, ayolah." Bass menaik turunkan kedua alisnya.

"Tidak mau."

"Ayolah, tidak akan ada yang tau. Percayalah, setelah ini, pikiranmu akan lebih relax."

"Apakah ini semacam terapi?" Tanya Nunu polos, mendapat tawa dari Albert.

"Ya, terapi yang akan membuatmu sering menghabiskan sabun atau lotion. Itu yang Bass lakukan sejak aku mengenalnya di sekolah dulu." Sahut Albert lagi.

Ya, Albert memang pernah satu sekolah dengan Bass, mereka adalah sepasang sahabat. Baik Albert ataupun Bass, mereka saling memahami satu sama lain.

"Sabun? Lotion?" Nunu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencerna maksud penjelasan Albert barusan.

"Nunu! Aku sarankan, jangan ikut menontonnya." Kana memberi peringatan.

"Ahh... Kau ini. Bukankah wajar bagi anak laki-laki menonton film semacam ini?" Albert meninggalkan gamenya di atas ranjang, beranjak dan kini merangkul pundak Kana.

WE ARE PIERCE || Versi Lengkap Di PDF ✓ ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang