He's such a sociopath.
Kalimat Umay terngiang-ngiang di kepala Tita sampai-sampai dia meringis pelan saat naik ke lantai 7 untuk menemui salah satu arsitek senior yang sedang ramai dibicarakan di forum diskusi arsitektur.
Handaru Bhaga sepertinya bukan seseorang yang mudah diajak bekerjasama karena gunjingan yang tersebar adalah tentang betapa kasarnya sikapnya kepada orang lain, meskipun dia pernah memenangkan penghargaan arsitektur muda beberapa tahun yang lalu, tetapi gosip miring di forum mungkin akan menghancurkannya jika tidak ditangani dengan cepat.
Namun jika benar dia seorang sosiopat, ketidakpeduliannya dan sikap kasarnya terdengar masuk akal bagi Tita. Entah sosiopat atau apapun, yang perlu Tita garis bawahi adalah kebenarannya sehingga dia bisa mengatasi masalah ini sesegera mungkin.
"Mbak, kalau mau ketemu Pak Daru ke mana ya?" Tita bertanya pada seorang karyawan perempuan yang berpapasan dengannya.
"Mas Alan!" Perempuan itu berseru ke arah pria berambut cepak, yang dengan cepat berjalan menghampiri Tita dan menuntunnya ke ruangan lain.
"Sudah ditunggu di ruangannya, bisa langsung masuk aja." ucapan itu sontak membuat Tita mengernyit, bagaimana orang ini tahu kalau Tita akan menemuinya? Apakah dia sudah menduga bahwa perilakunya menimbulkan masalah besar di departemennya?
Alan mengetuk pintu kaca dan mendorongnya, memberi Tita isyarat untuk masuk dengan sopan.
Sebagai ucapan terima kasih Tita melempar anggukan kecil yang dibalasnya dengan senyuman saat pria bernama Alan itu menutup kembali pintu ruangan atasannya.
Netranya mengamati sekeliling dengan singkat. Ada sebuah meja besar dengan komputer yang terpasang dan beberapa dokumen yang ditumpuk asal, ada juga meja lain dengan kertas berserakan. Di belakangnya rak berisi buku yang tersusun rapi membuat Tita penasaran untuk melihatnya satu persatu, hingga tatapannya berakhir pada meja gambar di sisi lain yang biasanya dimiliki seorang arsitek. Oh, tentu saja tidak lupa pelaku yang sudah membuat divisinya ketar-ketir pagi ini yang tengah berkutat dengan gambar di depannya.
"Halo, saya — "
"Saya tahu kamu siapa," potongnya.
Tita mengerutkan keningnya, dia ini dukun atau sejenis apa?
"Ah... Okay," gumam Tita. "Jadi Bapak sudah paham, ya, maksud saya datang kemari siang ini."
Daru memakai kemeja berwarna biru muda yang senada dengan celana jeansnya hari ini. Dia tinggi, kemejanya yang digulung hingga siku memamerkan bulu halusnya yang tumbuh di sekujur kulit pucatnya. Rambutnya yang hitam pendek tergerai sedikit di dahinya saat Tita mengawasinya dari samping, Tita pikir dia mengerti kenapa lelaki ini dijuluki sosiopat yang tampan.
"Ada yang perlu saya jelaskan ke kamu."
Tita mengangguk dengan perasaan lega, ternyata bicara dengan seorang Daru tidak sesulit apa yang rekan kerjanya khawatirkan. Handaru Bhaga sepertinya tidak seburuk apa yang Tita bayangkan.
YOU ARE READING
fvck u, goodluck.
RomanceSuatu hari Tita menyadari bahwa setiap klise romantis yang terjadi padanya berasal dari satu orang yang tidak disukainya: Handaru Bhaga. ●●● Sebagai si paling anti romantis yang kerap bersikap kasar, siapa yang mengira bahw...