setuju

4 0 0
                                    

Hello.

Jangan lupa votmen yaa.

Happy reading.

🐰

Keinginan seperti apa yang lo harapkan dari kakak lo?”

“Bebas. Kebebasan. Gue mau jadi diri gue sendiri tanpa ada campur tangan dari dia. Gue juga mau pilih baju sendiri kalau ada pesta atau acara kaya gini. Gue juga punya warna favorit, makanan kesukaan gue, hal yang gak gue suka. Makanan yang buat gue alergi. Dia gak tau itu semua.!!” Jelas Clarissa meletup – letup seperti popcorn.

Gavin kini ikut berjongkok di hadapan gadis itu. “Terus kenapa enggak lo jelasin sama dia apa yang lo suka atau enggak ke kakak lo.”

“Udah.”

“ Apa jawabannya?”

“Dia bilang, gue jangan jadi pemilih.” Ia menghembuskan nafas kasar. “Sebenarnya dia bilang kaya gitu karena ada bibi Merry di sampingnya.” Lanjutnya sambil memeluk lutut.

“Mungkin dia mengatakan itu tidak sepenuhnya dari hati. Bisa jadi karena terpaksa ada bibimu di sana.” Jelas Gavin mencoba meluruskan.

“Aah bodo amat. Gue nggak peduli. Terserah. Gue tetep kesel sama dia.!!”

Gavin berdiri ia menjulurkan tangannya agar Clarissa ikut masuk ke dalam.  “Masuklah. Udara di sini dingin.”

“Lo aja duluan sana. Gue mau di sini lima menit lagi.” Ketusnya.

Lelaki itu menarik kembali lengannya.
“Baiklah. Gue harap lo temuin jawaban yang tepat soal ini.”

“Hmmm.”

Setelah beberapa saat. Akhirnya Clarissa kembali masuk ke dalam restauran dan duduk. Wajahnya sedikit tenang dari sebelumnya. Ia melipatkan kedua lengannya.

“Aku terima tawaran itu.” Ucapnya pelan.
Cafta dan David yang sedang minum pun langsung tersedak secara bersamaan.

Uhuukk..

Uhuukk..

Sedangkan Gavin dia shock berat dengan jawaban akhir dari gadis ini. Padahal di awal dia sudah menolak mentah – mentah perjodohan ini. Bahkan sampai menangis histeris.

Tapi, kenapa sekarang dia mengiyakan usulan gila itu.

“Apa lo udah pikirin baik – baik ??” tanya Gavin tak percaya.

“Euumm.”

“Kau serius Clarie??” tanya Cafta dengan senyum mengembang.

Gadis itu kembali mengangguk.
“Waah. Bagaimana bisa anda berubah pikiran secepat itu noona??” tanya David seraya menatap tak percaya.

“Aku harus memberikan kesepakatan sebelum menyetujuinya.”

“Apa itu?” sahut David dan Cafta kompak.

“Pertama, aku ingin pernikahan ini di rahasiakan. Agar aku dan Gavin masih bisa leluasa melakukan aktivitas tanpa ada orang yang mencela terhadapku. Secara dia cukup terkenal di sana. Aku tidak mau jadi santapan binatang buas yang lapar.!!” Tuturnya menatap tajam kearah lelaki di hadapannya.

“Lalu kedua. Aku tidak mau ada cincin yang menonjol. Agar orang – orang di kampusku tidak curiga. Buat ukirannya berbeda agar terlihat seperti cincin aksesoris.”

“Dan ketiga—“

Gavin memutarkan bola matanya malas. “Banyak banget aturannya.!!! Kenapa tadi gak lo tolak aja.!!” Gerutunya sedikit kesal.

i hate you but still with you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang