NIKAH?!

Parno

Parno.

Hal itulah yang sedang Halilintar alami setelah pulang dari bioskop, menemani sang istri menonton film ipar adalah bangke.

"Sayang, kamu kenapa diem aja dari tadi? wajah kamu kayak masam banget ?" (name) yang khawatir kenapa sang suami menjadi diam mendadak. Iya sih halilintar memang pendiam tapi gak biasanya diam kayak gini.

"Mulai hari ini kamu, kalo pergi harus sama aku, terus adik-adikku gak boleh lagi main kerumah kita"

loh, loh, loh, terang-terangan banget nih mas.

'jangan bilang ini gegara film tadi' batin (name) dirinya jadi tak bisa bermain dengan duri maupun taufan, padahal mereka sahabat sejati dunia akhirat (name).

"Loh? kok gitu sih kenapa?"

"Kalo aku bilang gak boleh pokoknya gak boleh" halilintar pun pangsung pergi kekamar mereka, wah parah banget ini pikir (name).

Saat malam harinya, ketika hendak tidur (name) yang memperhatikan halilintar tampak gelisah sedari tadi, bahkan sampai keringat dingin.

"Kamu kenapa?" (name) mengusap pelipis halilintar yang basah akan keringat.

halilintar menatap sang istri, lalu memeluknya dengan erat.

"Kamu, kalo kemana-mana aku anterin ya, gak boleh orang lain meskipun itu gempa, kalo keluar kota juga aku siap anter demi kamu, kalo aku pergi juga kamu harus ikut." halilintar bener-bener parno setengah mati.

tangan (name) mulai mengelus rambut sang suami dan tertawa kecil gemas dengan tingkah suami yang lagi mode parnoan parah.

"Kamu kayak gini pasti gara-gara kita nonton film tadi kan?"

halilintar hanya mengangguk sambil malu-malu

"Emang sih, itu kisah nyata tapi gak bakal kejadian ke kita kok."

Halilintar tetep keukeuh gak percaya dengan perkataan sang istri.

"Apa jaminan kalo itu gak bisa terjadi ke kita?"

"Kan itu adeknya si istri bukan adek suami."

"Tetep aja sayang, adikku banyak mana mereka seumuran dgn ku apalagi si solar, anak itu malah mantan kamu, pokoknya gk boleh."

(nama) pasrah untuk beberapa hari kedepannya dengan halilintar uang selalu menempel tak mau lepas.