🔥{Four}❄️

445 47 69
                                    

Menggelap bercak darah yang membekas di wajahnya, manik amber yang menyala terang di bawah gelapnya bayangan gedung itu menatap rendah kumpulan tubuh yang sudah hangus tak terbentuk di depannya itu.

*Menjijikkan.*Batin nya sambil melempar sarung tangan hitam yang sudah penuh dengan cairan merah kental sembarang, tak ingin itu bertengger di tangannya lebih lama.

Busuk dan amis dimana-dimana, memenuhi indera penciuman nya hanya dengan bau yang memuakkan. Siapa pun bisa muntah karenanya.

Jas luar nya dia bakar habis, sudah ternoda oleh darah busuk mereka. Tidak peduli dengan berapa harganya, uang bukan masalah baginya.

Asalkan bau mereka tidak membekas, tidak menganggu indera penciumannya yang berharga. Apapun itu harus musnah tak tersisa, layaknya daging didepannya ini.

"Tuan muda Novaza."

Dia mendengus, tahu milik siapa suara yang baru saja datang. Sedikit menyebalkan karena itu artinya sang kakak sulung kemungkinan sudah mengetahui apa yang dia perbuat.

"Apa?" dia berbalik menghadap orang itu dengan decakan kecil, tanda dia tidak ingin diganggu lama-lama.

Biasanya itu cukup membuat orang-orang bungkam, dan segera pergi dari hadapan nya. Tapi kemudian, orang berambut kuning pendek dan mata biru ini jelas pengecualian, tak ada dari bawahan kakaknya itu yang akan tunduk di depan mereka berenam, apalagi kalau memang ada hal yang perlu di sampaikan.

Blaze rasa bekerja di bawah perintah raja iblis memang membuat mereka berbeda tingkat soal nyali. Haruskah dia beri sedikit simpati? Tak, mereka saja mungkin sudah meninggalkan hati mereka.

"Tuan muda Voltreza meminta anda untuk menghadap nya di kantor." Ucapnya dengan amat tenang, walau sudah melihat abu gosong hasil perbuatan Blaze. Matanya tidak menaruh rasa takut maupun ngeri, sudah terlalu biasa menghadapi tingkah saudara tuan nya.

Blaze hanya memutar bola matanya malas, namun tetap melangkahkan kakinya menuju mobil yang si kuning bawa.

"Kau urus sisanya kalau begitu. Cek juga CCTV di sekitar, Ode." ujarnya tanpa rasa bersalah, menepuk pundak si kuning saat lewat.

"Mereka diluar target, Tuan Novaza." Odette hanya bisa pasrah, mau gak mau dia harus membereskan kekacauan ini. Bisa bahaya kalau publik mengetahui apa yang tuan muda keluarga Eleazare perbuat di gang sempit ini, "Anda seharusnya tidak perlu mengamuk perihal masalah kecil begini dari awal."

"Coba ulangi sekali lagi, Ode. Masalah sepele katamu?"

Blaze tidak salah saat berkata orang-orang Halilintar itu gila. Bahkan saat dia melempar sebuah kaleng bekas minuman soda yang dia bakar ke arah Odette yang masih membelakangi nya, orang itu tidak bergeming sedikit pun

Tahu dirinya tidak akan menjadi samsak, Selama dia datang membawa perintah Halilintar.

"Apapun alasannya, anda tidak seharusnya menyerang warga sipil." lanjut Odette tanpa berbalik menghadap Blaze, mengeluarkan ponselnya menelpon tim pembersih, "Setidaknya, jangan di tempat umum, Tuan Voltreza bilang."

"Ck, akan kuingat lain kali." Decak Blaze dengan setengah hati,"Itupun kalau mereka belum hangus setelah berani membicarakan milik ku dengan mata keranjang mereka."

Setelah berucap begitu, Blaze langsung masuk ke dalam mobil dan menyuruh sopir untuk agar segera jalan, tak peduli bagaimana Odette akan pulang.

*Masa bodoh mereka penggemar nya atau apapun itu.*Batin Blaze menatap luar jendela kaca mobil, pemandangan nya mulai berganti seraya mereka melaju pergi,*Lidah mereka tidak pantas mengucapkan namanya.*

Froren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang