BB - Bagian Empat

182 32 27
                                    

Pada akhirnya, Jeongwoo kalah dengan sang Mama. Kini dirinya tengah berdiri di luar kelas Asahi untuk mengembalikan tupperware kemarin.

Terhitung sudah setengah jam lamanya Jeongwoo menunggu tapi batang hidung Asahi belum nampak sama sekali. Bahkan dia sampai melewatkan kelasnya akibat patuh pada Mama untuk memastikan tupperware itu kembali ke pemiliknya.

Tapi lama-lama kebas juga kakinya jika berdiri terus.

Baru hendak duduk lesehan, suara yang seperti cicitan menyapa pendengaran Jeongwoo. Akhirnya, orang yang ditunggu sedari tadi muncul juga.

"Dari mana?" tanya Jeongwoo sambil menatap Asahi. Dia melirik sekilas seorang siswa yang berdiri di sisi cowok manis itu.

"Hah? Eh, itu, dari rapat OSIS." jawab Asahi sedikit linglung. Kenapa juga Jeongwoo menanyakan dirinya dari mana? Memangnya mereka ada urusan apa? Atau, dirinya tanpa sengaja membuat masalah pada Jeongwoo?

"Ini," Jeongwoo menyodorkan sebuah tas kecil berisi tupperware. "Kata Mama, suruh kembaliin ke Bunda." katanya.

Asahi blank. Dia seketika terlihat bingung. Mama? Bunda? Tunggu! Sejak kapan Jeongwoo memanggil Ibunya dengan Bunda?? Dan sejak kapan dirinya memanggil Ibu Jeongwoo dengan Mama?? Sungguh, kenapa kalimat Jeongwoo terasa ambigu seolah mereka memiliki hubungan yang dekat hingga memanggil Ibu mereka dengan sebutan itu.

Tapi Jeongwoo mana sadar. Dia tidak bermaksud sama sekali. Ia hanya mengikuti ucapan Mama nya yang mengatakan untuk mengembalikan tupperware itu pada Bunda. Iya, hanya Bunda. Tanpa menyebut siapa nama beliau. Jadi bukan salah Jeongwoo jika Asahi salah paham. Bahkan siswa yang berdiri di sampingnya juga.

"Sa," panggil Jeongwoo sabar. Tangannya terasa lelah karena terus terulur tanpa disambut.

"Ah, maaf." Asahi segera menerima tas kecil tersebut dan Jeongwoo segera berlalu tanpa mengucap apa pun lagi. Cowok itu pergi begitu saja, seperti sebelumnya.

Ihh, aneh?!! jerit Asahi tak paham.

Tepukan di bahu segera menyadarkan Asahi, "gilaa!! Jeongwoo nungguin lo, Sa?? Demi apa?!" tanya Beomgyu nyaris heboh.

Cowok itu menatapnya penuh minat, seakan menunggu bahan gosip yang mungkin ia dapatkan ketika Asahi berbicara. Dirinya sudah tidak sabar untuk membeberkan berita hangat ini pada Somi dan Chenle. Judulnya nanti 'Si Berandal Menunggu Si Manis untuk Memberikan Barang'.

Asahi melirik sinis pada Beomgyu. Dia masih kemusuhan dengan cowok itu meskipun tidak salah sepenuhnya. Yaa Asahi kan memang cuma mencari pengalihan karena tidak mau mengakui jika dia cukup malu ketika bayangan itu sering melintas di otaknya. Ia blushing setiap mengingat itu.

"Spill, Sa! Kenapa Jeongwoo bisa nungguin lo?! Bahkan dia lebih milih ngasih sendiri daripada di titipin ke temen kelas! Apa ngga patut dicurigai??" tanya Beomgyu lagi.

Namun Asahi tak menggubris, ia melengos begitu saja. "Kepo!" serunya. Ia mengetuk pintu kelas dan meminta ijin pada guru pengajar untuk masuk.

Setelah dipersilahkan, Asahi segera duduk di bangku. Tapi Beomgyu masih setia merecokinya hingga Asahi ingin memplester mulut itu agar diam.

"Dia cuma ngembaliin tupperware nya Bunda!" kata Asahi akhirnya. Dia susah konsentrasi jika Beomgyu masih saja cerewet.

"Ah, masa?" Beomgyu menggeleng tak percaya. "Kalo cuma tupperware, harusnya bisa dititipin. Atau, bisa nanti pas istirahat kalo emang lo ngga ada di kelas. Tapi lo sendiri bisa lihat, dia nungguin elo! Bahkan kita ngga tau udah selama apa dia nunggu!"

Mau tak mau ucapan Beomgyu membuat Asahi kepikiran. Cowok itu ada benarnya. Jika memang hanya untuk mengembalikan, kenapa harus menunggu hingga bertemu dirinya? Kenapa tidak dititipkan? Kenapa tidak saat istirahat? Kenapa?

Bertolak Belakang [Jeongsahi/Woosahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang