BB - Bagian Dua

162 30 25
                                    

Ryujin itu sangar. Dan Asahi mengakuinya. Dia terpesona dengan gadis itu yang dapat terlihat tegas dan menunjukkan jika 'aku lah yang lebih berkuasa disini'. Tentu saja dalam konteks baik, seperti saat ini.

Gadis itu kini tengah memberikan hukuman pada sekumpulan murid yang berjumlah 5, tanpa takut dengan tampilan murid-murid tersebut. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya dulu.

Iya, yang tengah dihukum sekarang adalah Jihoon dan kawan-kawan. Mereka berlima ketahuan telat dan tengah memanjat pagar belakang sekolah. Sial sekali nasib mereka karena ada anggota OSIS yang berpatroli disana hingga mereka berakhir seperti sekarang.

Tapi ada yang aneh. Asahi bisa melihat dengan jelas jika kelima cowok itu nampak menikmati hukuman mereka. Seolah memang sudah tahu jika akan berakhir seperti sekarang.

"Tolong awasin ya, Sa! Gue cari Heeseung dulu buat minjem buku hitam."

Buku hitam. Tidak ada yang khusus dari buku itu. Hanya saja bagi murid yang bermasalah, itu adalah bencana karena nama mereka akan tercatat apik disana. Dan yang memiliki catatan terbanyak, siap-siap saja menerima konsekuensi yang ada.

Anggukan pasrah Asahi berikan pada Ryujin yang langsung pergi. Entah kenapa dia sedikit menyesal karena menolak tawaran Somi untuk keliling bertiga. Alhasil dia sekarang harus sendirian mengawasi mereka berlima.

Ingat, Asahi belum seberani itu jika 1 lawan 5! Apalagi dengan tubuhnya yang memiliki besar tak seberapa ini.

Satu-persatu dari mereka mulai menepi setelah menyelesaikan 5 putaran lari keliling lapangan. Dapat Asahi lihat jika keringat nampak memenuhi wajah mereka. Bahkan seragam mereka pun menjadi sedikit basah. Tidak heran, sih. Meskipun baru pukul 08.24, matahari sudah bersinar cukup panas.

"Kakak-kakak sekalian bisa istirahat sebentar sebelum kembali ke kelas." ucap Asahi tak enak. Aduhh, lihatlah wajah lelah penuh keringat itu! Menggerakkan hati mungil Asahi untuk mengasihani!

"Aman! Cuma, haus banget nih! Ada air ngga?" pinta Junkyu yang dengan santai nya duduk di dekat Asahi dan menyandarkan kepalanya di kaki.

Hampir saja Asahi refleks menarik kakinya jika tidak ingat kalau Junkyu adalah anak berandalan. Bisa-bisa dia habis dimakan Junkyu akibat membuat cowok itu terjatuh setelah menarik kakinya.

Oke, lupakan Asahi dengan pikiran hiperbola nya.

"Bukan ngga mau ngasih," Asahi menggaruk leher nya canggung. "Tas aku di kelas, kak." lanjutnya.

"Yah ..." desahan kecewa keluar dari mulut Junkyu.

"Lo ngga kasihan Sa, sama kami? Panas banget, gila! Haus pula!" keluh Jihoon sambil mengibas-ngibas kan seragam depannya. Cowok itu duduk selonjor dengan sebelah tangan menopang ke belakang.

Asahi itu lemah. Lemah dalam artian tidak tega jika ada orang kesusahan di dekatnya. "Ya terus gimana ... masa aku balik ambil tas? Ryujin udah amanatin aku buat awasin kalian."

Paham dengan maksud Jihoon, Junkyu ikut menambahi. Ikatan batin serta pikiran dua orang itu memang tidak main-main.

"Sumpah, Sa! Haus banget ini, rasanya kayak dehidrasi." Junkyu mencoba terlihat lemas. Dia membuat nafasnya sedikit berat membuat Asahi panik.

"Ughh ... air ..." lirih Junkyu lemah.

Aku ngga mungkin dituntut karena ngebiarin orang kehausan kan?! batin Asahi.

"Tuh Sa, lo ngga liat si Hyunsuk, Yoshi, sama Jeongwoo yang diem aja?" tunjuk Jihoon. Ketiganya yang paham, segera membuat diri mereka terlihat 5L.

"Mereka bener-bener cape, butuh minum."

Bertolak Belakang [Jeongsahi/Woosahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang