BB - Bagian Lima

174 37 37
                                    

Selain di sekolah, Asahi tidak pernah bertemu dengan Jeongwoo ㅡ baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Bahkan, berapa kali mereka berpapasan pun dapat dihitung dengan jari.

Asahi sibuk dengan pembelajaran serta organisasi nya, sedangkan Jeongwoo entah melakukan apa. Mereka juga tidak ada kepentingan apa pun yang mengharuskan untuk bertemu. Jadi, adalah hal yang normal jika mereka tidak semakin dekat.

Namun entah harus dibilang sial atau beruntung karena Asahi melihat Jeongwoo yang tergeletak di atas trotoar dalam keadaan babak belur dan hampir hilang kesadaran.

Ini masih sangat pagi, bahkan matahari belum memancarkan sinar nya. Tapi cowok itu sudah menjalani hari berat dengan hampir sekarat di pinggir jalan?? Bahkan di jam seperti ini sangat sangat sedikit sekali orang yang lewat, berbeda ketika matahari telah nampak.

Memang akan ditemukan, tapi apa sempat di tolong?

"Jeongwoo?" panggil Asahi sambil menendang pelan betis Jeongwoo dengan kaki nya. Ia ingin memastikan apakah cowok itu masih sadar atau tidak.

"Hmm ..." sahut Jeongwoo sangat lirih. Asahi lantas berjongkok kala mendengar suara yang seperti desauan angin itu.

Keadaan Jeongwoo cukup parah. Wajahnya benar-benar penuh dengan lebam. Bahkan ada beberapa luka yang masih mengeluarkan darah seperti di sudut bibir, hidung dan pelipis.

Sebenarnya apa yang terjadi pada cowok itu?

"Aku bantu." kata Asahi yang merasa kasihan. Dia mengangkat pelan lengan Jeongwoo untuk dikalungkan pada lehernya. Ia lantas berdiri pelan-pelan hingga akhirnya dapat memapah Jeongwoo dengan benar.

Satu tangan Asahi memegang pinggang cowok itu sedangkan satu yang lain memegang pergelangan tangan Jeongwoo yang berada di pundak nya. Dia berjalan dengan kepala Jeongwoo yang berada di pucuk kepala Asahi akibat perbedaan tinggi badan.

Asahi membawa Jeongwoo ke rumahnya dan melupakan tujuan awal ㅡ pergi ke pasar atas perintah Bunda.

👥️👥️👥️

Bunda menggeleng-gelengkan kepalanya tak paham dengan kelakuan sang anak. "Perasaan tadi Bunda suruh kamu ke pasar untuk beli sayuran. Tapi bukannya pulang sama pesanan Bunda, kamu malah bawa calon mantu?"

"Bunda??!!" Mata Asahi refleks melotot mendengar kalimat terakhir Bunda. Beliau bercanda nya tidak tepat waktu!

"Ini Jeongwoo, anaknya tante Park. Masa Bunda ngga tau sih??!"

"Tau, kok. Ya udah sana, obatin dulu itu. Kasihan. Nanti Bunda yang bilang ke tante Park kalau anaknya ada di rumah mertua nya." kata Bunda dengan senyum jahil.

"Bun!!?" seru Asahi yang mendapat kikikan geli dari si Bunda.

Tanpa menghiraukan Bunda lagi, Asahi segera membawa Jeongwoo untuk berbaring di sofa ruang tamu. Dia mengambil kotak P3K lantas duduk bersimpuh di samping kepala Jeongwoo yang tengah terpejam.

"Kasih aku kode kalo kerasa sakit." ucap Asahi sebelum mulai mengobati Jeongwoo. Cowok itu hanya membuka matanya tanpa menjawab.

Selama Jeongwoo diobati oleh Asahi, dia hanya diam mengamati. Tapi sebenarnya ia merasa agak perih juga ketika obat merah yang Asahi berikan mengenai luka-luka nya. Namun bagaimana mau protes jika untuk menggerakkan bibir saja ia masih kesulitan. Alhasil Jeongwoo hanya dapat menahannya.

"Yeyy, selesai ..." sorak Asahi pelan dengan senyuman serta tepuk tangan kecil. Dia terlihat bangga dengan hasil pekerjaannya dan membuat Jeongwoo hampir mengangkat sudut bibirnya jika tidak ingat sedang terluka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bertolak Belakang [Jeongsahi/Woosahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang