The DC Girl & The Fort Boy

606 83 42
                                    

Satu tahun kemudian

"Jadi, sekian laporan kami hari ini. Saya, Valentine Soedibyo, mengabarkan dari Washington DC, Amerika Serikat. Kembali kepada anda di studio.."

Valen mengakhiri liputannya dan menunggu Chiko, si juru kamera, untuk memberikan aba-aba bahwa siaran sudah berakhir. Chiko mengacungkan jempolnya dan Valen pun menghela nafas lega sambil berjalan menghampiri Chiko.

"Good work, Len." puji Chiko sambil mengambil microphone dari tangan Valen, Valen pun tersenyum berterimakasih.

Valen menatap ke arah White House di belakangnya dan memperhatikan para pengunjuk rasa yang terus menyampaikan protes mereka. Kondisi politik di Amerika Serikat saat ini sedang tidak baik. Semenjak pemilu kemarin, banyak sekali masyarakat yang protes akan terpilihnya James Guiller sebagai presiden. Banyak dari mereka yang berpendapat bahwa terpilihnya James Guiller adalah sebuah kecurangan.

Selama satu tahun bekerja di VoA, baru kali ini Valen diminta untuk meliput sesuatu yang penting. Biasanya, kantornya akan lebih memilih reporter yang lebih berpengalaman untuk meliput kegiatan seperti ini. Sedangkan Valen hanya akan meliput sesuatu yang tidak begitu penting, seperti beberapa acara kecil yang diadakan di Amerika atau jika ada orang Indonesia di Amerika yang membuka bisnis baru atau mendapat sebuah penghargaan. Sedikit membosankan memang, terkadang ia juga merindukan masa-masanya di Lingkar Indonesia.

"Mau langsung balik, Len?" tanya Chiko yang menyadarkan lamunan Valen, Valen menatap ke arah Chiko sambil berpikir sebentar.

"Mau ngopi dulu nggak? Gue agak ngantuk soalnya," Valen balik bertanya pada Chiko.

"Boleh," jawab Chiko sambil memakai tas nya yang berisikan kamera dan alat-alat siaran, "Kurang tidur semalam? Mikirin yang di Indonesia ya, Lo?"

Valen memutar bola matanya dengan lelah. Ia agak menyesal karena menceritakan tentang masalahnya kepada Retha, karena sepertinya teman satu kantornya sudah mengetahui masa lalunya dengan Teddy. Jangan salah sangka, Valen memilih untuk menceritakan tentang Teddy dikarenakan di kantor beredar rumor yang mengabarkan bahwa Valen menjalin hubungan dengan Gilang. Dan tentu saja, Valen tidak suka dirumorkan seperti itu.

"Apa sih.." sahut Valen dengan nada lelah dan berjalan meninggalkan Chiko, terdengar langkah kaki Chiko menyusul Valen.

"Ya elah, Len. Bercanda doang, serius banget." sahut Chiko sambil terkekeh, Valen tersenyum tipis dan memeriksa ponselnya. Tidak ada notifikasi apapun, baik dari kantornya ataupun dari teman-temannya.

"Oh iya, besok kita jadi kumpul di rumahnya Retha?" tanya Valen masih sambil menatap ponselnya.

"Jadi lah, Retha udah semangat banget mau ngomongin masalah community gathering nanti. Mentang-mentang dia mau ketemu sama gebetannya," jawab Chiko sambil terkekeh, Valen menaikkan alisnya dengan bertanya-tanya.

"Baru lagi? Si Azka dulu gimana nasibnya?" tanya Valen lagi dengan heran. Setahu Valen, Retha sudah lama dekat dengan Azka yang dikenalnya dari situs kencan online. Tapi mengingat sifat Retha, tidak aneh jika dia sering bergonta-ganti pasangan. Chiko bahkan pernah berkata tidak akan ada yang tahan dengan sifat Retha, dan Valen menyetujuinya.

"Nyerah kayaknya, padahal baru sebulan." jawab Chiko, Valen mengeratkan blazernya karena udara dingin yang menerpa tubuhnya. Entah kenapa belakangan ini cuaca sangatlah dingin, mungkin karena akan memasuki musim dingin. "Kalo Lo gimana, Len?"

"Apanya?" Valen menatap Chiko lagi, Chiko menatap Valen dengan tatapan meledek. "Teddy lagi??"

"Iyalah, siapa lagi. Apa sekarang beneran sama si Gilang?" sahut Chiko sambil memutar bola matanya dengan kesal.

Lost in America ( Sequel to Safe Haven )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang