Strange Feeling

427 70 24
                                    

Valen meletakkan piring-piring kotor di mesin pencuci piring sementara Jenna dan Retha merapikan sisa-sisa makanan yang masih ada di meja makan. Para lelaki memutuskan untuk berkumpul di ruang TV untuk menonton sebuah pertandingan olahraga sehingga Valen, Retha, dan Jenna memilih untuk tidak mengganggu waktu mereka. Dua pasangan yang lain sudah lebih dulu pulang karena besok mereka harus kembali ke Indonesia.

Jenna memasuki ruangan dengan membawa beberapa piring kotor dan memberikannya pada Valen, Valen pun menerimanya dan memasukkan piring-piring tersebut ke dalam mesin pencuci piring.

"Jadi... kamu udah lama kenal sama Gilang?" tanya Jenna sambil bersandar di dinding dan memperhatikan Valen, Valen menggeleng pelan.

"Aku baru kenal sama dia waktu aku ngeliput kegiatan pemilu tahun lalu, Jen. Kita juga jarang komunikasi," jawab Valen, Jenna tertawa pelan.

"Gilang banyak cerita tentang kamu, Len." sahut Jenna, ia lalu mengambil sebotol wine dan menuangkannya ke dua buah gelas. Jenna lalu memberikan satu gelas kepada Valen. "Aku sampe mikir kalian punya hubungan spesial,"

"Kita nggak ada apa-apa," ucap Valen sambil mengambil gelas tersebut, Valen lalu menyesap wine tersebut. "Tapi dia orang baik, dia banyak bantu aku."

"Teddy kayaknya nggak suka sama Gilang, ya?" tanya Jenna lagi, kali ini dengan suara yang agak pelan. "Aku bisa lihat tadi waktu kita ngomongin Gilang, ekspresi dia langsung berubah."

"Ya kamu tahu lah, Jen. Cowok kan kadang protektif ke ceweknya," sahut Valen sambil tertawa kecil, Jenna ikut tertawa. "Kabar dia gimana sekarang?"

"Sepengetahuan aku dia baik-baik aja. Selalu sibuk, kamu mungkin tahu dia lumayan workaholic." ujar Jenna, Valen mengangguk pelan. "Kamu udah nggak pernah hubungin dia lagi?"

"Aku lumayan sibuk semenjak pindah kesini, Jen. Kamu tahu lah.. harus ngurus berkas-berkas, izin tinggal, belum lagi aku juga banyak banget kerjaan." sahut Valen, Jenna mengangguk setuju.

"Iya sih, jadi jurnalis itu berat. Jadi jurnalis di Indonesia aja berat, apalagi disini." canda Jenna sambil tertawa, Valen mengangguk setuju.

"Kalau nanti Gilang kesini... kamu mau ketemu dia kan, Len?" tanya Jenna sambil menatap Valen dengan serius, Valen hanya diam dan memainkan gelas berisi wine nya. "He misses you, you know?"

"Siapa?" tanya sebuah suara yang tidak asing bagi Valen. Ya, suara Teddy. "Siapa yang kangen Valen?"

"Pak Bambang," sahut Valen dengan cepat, ia menatap Jenna sebentar sebelum akhirnya berjalan mendekati. "Dia udah lama nggak ke kantor, makanya mungkin kangen sama aku."

"Urusan di Indonesia banyak, Len. Makanya dia belum bisa ke kantor dulu, kemarin dia sempet nanyain kamu." sahut Jenna dengan santai. Wah, dia pembohong yang handal.

Teddy mengernyitkan dahi dan menatap Valen dengan curiga, "Kamu nggak nonton sama yang lain?" tanya Valen sambil menatap wajah Teddy, Teddy menggeleng pelan.

"Udah malem, rencananya aku mau ajak kamu pulang. Besok kamu juga harus kerja, kan?" jawab Teddy, Valen menengok jam tangannya yang kini sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Iya sih.." gumam Valen sambil memperhatikan jam nya, Valen lalu kembali menatap Teddy. "Retha kemana?" tanya Valen kemudian karena sedari tadi ia tidak melihat Retha.

"Lagi sama Andre di depan," jawab Teddy, ia lalu mengambil gelas berisi wine dari tangan Valen dan meletakkannya. "And enough alcohol for today, or it will be a long night."

Valen memutar bola matanya sambil tersenyum kecil, ia suka saat Teddy sedikit protektif kepadanya.

"Ya udah, Jen. Kayaknya kita harus balik dulu, makasih banyak udah undang kita malam ini." ucap Valen kepada Jenna, Jenna tersenyum dan mengangguk.

Lost in America ( Sequel to Safe Haven )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang