The Bracelet & The Sweater

479 73 30
                                    

Teddy berjalan keluar dari Reagan Washington Airport dengan satu tangan menarik kopernya dan satu tangan memegang tas ranselnya. Ia langsung mencari taksi untuk mengantarnya ke hotel tempatnya akan menginap sampai seminggu kedepan, ia tidak langsung pulang karena ia masih harus mengurus beberapa hal sebelum ia kembali. Ditambah lagi, Andre selalu memaksanya untuk mengunjunginya selama beberapa hari.

Begitu Teddy mendapatkan taksi, ia pun langsung memasukinya. dan segera menuju ke hotelnya. Rencananya sehabis beristirahat sebentar di hotel, ia akan langsung bertemu dengan Andre. Andre sudah berjanji untuk mengajak Teddy makan malam di salah satu tempat favoritnya, dan tentu sebagai sepupu yang baik Teddy pun menyetujuinya.

Beberapa menit berlalu sampai akhirnya Teddy sampai di hotelnya. Teddy berencana untuk hanya menaruh barang-barangnya di hotel dan langsung keluar untuk makan siang, ia mendengar di daerah sini ada sebuah rumah makan khas Indonesia yang terkenal enak dan Teddy tertarik untuk mengunjunginya. Setelah berbulan-bulan tidak menikmati makanan Indonesia, sepertinya ini saat yang tepat untuk memenuhi keinginannya.

Setelah selesai melakukan check in dan menaruh barang-barangnya, Teddy pun kembali keluar untuk makan siang. Ia memperhatikan langit yang sedikit mendung dan udara yang semakin dingin, untungnya Teddy mengenakan baju yang lumayan hangat. Sweater coklat pemberian Valen.

Teddy masih ingat alasan kenapa Valen memberikan sweater itu padanya, alasannya sedikit unik memang. Valen membelinya hanya karena sweater itu mengingatkannya pada Teddy Bear, dan karena namanya adalah Teddy, Valen pun memutuskan untuk membelinya. Teddy tertawa kecil mengingatnya, Valen memang sedikit aneh. Aneh dan lucu.

Teddy berjalan menyusuri padatnya jalanan Metropolitan Ave dengan langkah cepat, mencari sebuah rumah makan bernama Artha Rini. Dan tak lama, Teddy pun menemukannya. Teddy langsung sumringah dan masuk ke dalam rumah makan tersebut.

Begitu masuk, Teddy benar-benar langsung teringat akan Indonesia. Di dalamnya terdapat beberapa pajangan berbentuk wayang, kursi-kursi kayu, dan tembok dengan corak batik yang sudah menyambut Teddy. Teddy tersenyum lebar dan duduk di salah satu kursi di sana, tak lama seorang pelayan wanita menghampiri Teddy dan memberikannya sebuah buku menu. Teddy pun membukanya dan segera melihat pilihan-pilihan makanan disana.

"Loh, mas nya ajudannya Pak Prasetyo yang viral dulu bukan?" tanya pelayan tersebut yang membuat Teddy menoleh ke arahnya, terlihat wanita tersebut memandangi Teddy dengan tatapan tidak percaya.

"Eh.. iya.." jawab Teddy dengan canggung sambil menatap ke sekitar dan semua pandangan mata tertuju ke arah Teddy sekarang, Teddy merasa tambah canggung.

"Aduh maaf, Mas. Saya kaget soalnya, teman-teman saya disini pada ngefans sama Mas Teddy." sahut pelayan tersebut sambil tersenyum meminta maaf, Teddy tertawa canggung.

"Oh, nggak apa-apa." ucap Teddy, wanita tersebut tersenyum malu dan langsung menunduk menatap catatan di tangannya.

Teddy pun langsung kembali memperhatikan buku menunya dengan mata yang sesekali menatap ke sekitar untuk mencari tahu apakah orang-orang lain masih memperhatikannya, dan ternyata masih. Teddy menghela nafas panjang, rencananya untuk makan dengan tenang dan damai sepertinya tidak berjalan mulus.

"Saya mau pesen rawon aja sama Teh Botol, terima kasih." sahut Teddy kemudian sambil memberikan buku menu tersebut kepada wanita itu, wanita itu mencatat pesanan Teddy dan segera mengambil buku menu yang disodorkan Teddy.

"Oke, tunggu sebentar ya, Mas." ucap wanita itu lalu ia pergi meninggalkan Teddy.

Teddy mendesah pelan dan memeriksa ponselnya, terdapat pesan dari Andre yang memberinya kabar bahwa nanti malam ia akan menjemput Teddy di hotel untuk makan malam bersama. Teddy membalas pesan Andre dan kemudian membuka sosial medianya.

Lost in America ( Sequel to Safe Haven )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang