**Selamat Membaca**
=====Gracia dan Olla kini bersiap untuk berangkat kuliah, kedua gadis itu terlihat cantik dan mempesona. Terutama Gracia wajah nya yang rupawan dengan senyum gingsul nya menambah nilai plus pada wajah nya.
Jarak dari kos mereka dan kampus tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan 5 menit untuk sampai di kampus. Selama perjalanan dari kos ke kampus, Gracia terus merekam perjalan nya bersama Olla, ia memperlihatkan wajah Olla yang juga mempesona.
Ternyata video tersebut juga dilihat oleh Shani, dokter muda itu memicingkan matanya. Entah apa yang ada dipikiran nya saat ini, kesal bercampur emm cemburu mungkin.
"Shan." Shani menoleh dan meletakan ponsel nya kala namanya dipanggil.
"Fen, ada apa?" Tanya nya.
"Lagi ngapain? tengang banget mukanya."
"Tegang gimana, nggak ah biasa aja."
"Masa sih." Shani mengangguk untuk menjawab Feni.
Shani dan Feni sama-sama lagi bersiap pulang kerja, hari ini begitu melelahkan untuk Shani. Lebih lelah lagi saat ia melihat Gracia bersama gadis lain.
Dalam perjalanan pulang nya, Shani banyak memikirkan hal-hal tak normal yang belakangan ini ia rasakan. Dan perasaan itu datang setelah ia mengenal Gracia, hanya pada Gracia ia merasakan hal ini.
"Aku gak mungkin cemburu kan" Batin Shani yang mulai menebak apa yang ia rasakan.
Shani sampai dirumah nya segera menyimpan tas nya diatas kasur kemudian melepaskan semua pakaian nya, saat ini ia ingin segera menyegarkan kepala nya yang penuh teka-teki tentang apa yang saat ini ia rasakan.
Shani melihat dirinya didepan kaca, lagi-lagi ia sedang berfikir dan mencari tau apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Ia mulai merangkai satu persatu momen saat ia bertemu Gracia, memang benar ada yang berbeda saat ia bertemu Gracia.
Shani tersenyum miris pada dirinya sendiri, bagaimana mungkin hal ini bisa ia rasakan. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi pada dirinya, selama ini ia memang pernah dekat dengan orang seperti Gracia tapi tak merasakan apa yang ia rasakan pada Gracia saat ini.
"Aku jatuh cinta sama kamu Gracia." Ucap Shani dengan penuh kesadaran.
***
"Ci, dimakan lah kenapa diaduk aja." Tegur Adel pada Shani.
Saat ini Shani dan Adel sedang menikmati semangkok bakso, punya Adel sudah habis lebih dulu. Ia tak sabar ingin Shani segera menghabiskan bakso nya, karena sang kekasih tengah menunggu dirinya.
"Del." Panggil Shani yang membuat Adel menganggukkan kepalanya.
"Kenapa ci, kenapa?"
"Aku rasa, aku udah jadi seperti kamu."
"WHAT!!"
"Jangan kenceng ngomong nya." Kesal Shani pada Adel.
Adel mengaduh dan mengusap kepala nya yang baru saja dipukul Shani menggunakan sendok, sementara Shani tidak peduli sama Adel apakah rambut gadis itu sudah akrab dengan kuah bakso yang tadinya ada di sendok tersebut.
"Maksud cici, ci Shani belok?" Tanya Adel hati-hati.
"Seperti nya begitu." Jawab Shani yang membuat Adel menutup mulutnya.
"Siapa orang nya ci? Siapa orang yang buat cici jadi belok?"
"Aku juga belum yakin sama perasaan ini del, tapi anehnya perasaan ini muncul hanya sama dia." Jelas Shani yang menjeda sebentar ucapan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Yang Menyatukan
FanfictionMelodi Cinta Yang Mengalun Ditengah Keheningan