Hacim!!Debu debu yang bertebaran sana sini membuat hidung Shakira Anjasmara begitu gatal hingga bersin tanpa henti.
Membersihkan gudang rumah tak segampang yang dibayangkannya, setelah kepergian sang Ibunda beberapa bulan lalu kehidupan Shakira mulai terombang ambing. Beberapa pekerjaan rumah sering lalai karena kegiatan Shakira yang begitu padat di sekolah, tanpa sadar juga memancing amarah Ayah.
Jadi dihari minggu, Shakira memilih menjauh dari kamar. Mencoba membersihkan seluruh ruangan rumah dari pagi hingga tengah hari, tepatnya sebelum jam pulang kerja sang Ayah tiba.
"Buset, nih ruangan udah kayak gak pernah disentuh," cetus Shakira.
Kotak kotak coklat yang berukuran lebih tinggi dari Shakira itu membuatnya jengah, untuk apa coba kotak kotak ini? Hanya membuat sempit saja.
"Lebih baik dibuang."
Shakira kembali mendorong kotak kotak itu, menyingkir nya sedikit demi sedikit agar mempunyai ruang yang lebih banyak.
Setelah mengangkatnya satu satu, Shakira mengambil kemoceng juga sapu. Untuk membersihkan debu debu yang sangat merusak mata jika diperhatikan terus menerus.
"Sepet bener mata gue ngeliat lo, bu."
"SHAKIRA!"
"IYA SUGAR DADDY?! eh."
Kira langsung menepuk mulutnya sendiri, kelepasan menjawab yang tidak tidak atas panggil sang Ayah dilantai bawah sana.
"Astagfirullah, mulut gue."
Tak mau menunggu sangat Ayah marah. dia segera meninggalkan gudang yang masih sangat kotor, bergegas turun kebawah untuk memenuhi panggilan sang Ayah yang berkaca pinggang.
"Darimana kamu?"
Suara bariton itu membuat langkah Kira berhenti, tangannya menunjuk ke arah langit langit lebih tepatnya ke lantai dua.
"Dari atas, habis beresin gudang," jawab Kira.
Ayah memutar bola matanya malas, dia mendekat ke arah Shakira membersihkan debu yang menempel tepat di rambutnya.
"Sudah Ayah bilang. kita menyewa pelayan saja, tidak mungkin kamu bisa mengurus rumah ini dengan benar," ujar Ayah dengan nada ketus tapi tidak dengan tangannya yang terus mengusak rambut Shakira lembut.
Anak gadisnya menggeleng, tidak setuju dengan ujaran sang Ayah. "Nggak usah, Yah. Aku bisa kok ngurus rumah ini, Ibu aja bisa masa anak gadisnya gak bisa."
"Karena kamu pemalas."
Shakira memegang dadanya dramatis. "Terpotek hati mungil ku, baginda Raja."
"Eh, iya. Ayah udah makan belum? Ayah mau makan apa? Nanti aku masakin," kata Shakira semangat empat lima, tangan kanannya menggenggam erat tangan lebar juga berurat milik sang Ayah.
Pria kepala empat itu menggelengkan kepalanya. "Tak usah nanti kau membakar dapur lagi, seperti kemarin. Masak telur sampai menghanguskan satu panci."
"Itu gak sengaja, Ayah. Aku sambil nonton drakor soalnya."
Meskipun tatapan matanya menyiratkan kekosongan, juga wajah datar dengan ucapan sepedas cabe. Ayah tetap menyanyangi Shakira lebih dari apapun, dia sengaja berkata dengan ketus agar Shakira tidak melakukan pekerjaan rumah. Bagaimana nanti jika tangannya tergores, bagaimana jika dia terkena penyakit, bagaimana jika tangannya terbakar, hal hal menakutkan itu selalu menggerayangi pikiran Sang Ayah yang meremehkan Shakira ketika bersih bersih rumah.
Kasih sayang antara Ibu dan Ayah terlihat berbeda. Jika Ibu biasanya menunjukkan terang terangan, maka berbeda dengan Ayah yang biasanya jarang menunjukan tapi lebih kepada perlakuannya di beberapa kesempatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL TRANSFER
Acak[SOUL TRANSFER #1] [UPDATE? SETIAP RABU DIMALAM HARI.] Transmigrasi? Dan masuk dalam novel buatan sang ibu? Oke, Kira harus mulai mengontrol mulutnya juga sikap sikap bar bar dimasa lalu. Sekarang, Shakira Anjasmara telah berubah menjadi Tuan Putri...