3. Tokoh Yang Bertebaran.

9 1 0
                                    


Ini...

Eldoria.

Kerajaan fiksi yang penuh kemakmuran, ketenangan, juga rasa aman bagi setiap rakyatnya. Masalah mungkin silih berganti, namun tak akan pernah membuat Eldoria untuk kalah.

Dibawah kendali Yang Mulia Raja Beghal Vendrok. Semua begitu Damai, sepanjang mata memandang.

"Bahkan ditengah keramaian seperti ini, Eldoria masih terlihat begitu indah."

"Ya... Kau benar."

Shakira tak mengerti. Semua nyata, kereta kuda bisa dipegang, dia bisa merasakan makanan tadi pagi, juga... Ketika dia mandi. Apakah ini masih mimpi? Hal yang Kira pikirkan sedari tadi. Mimpinya terlalu indah, hingga membayangkan hidup menjadi Putri Dahera.

"Silahkan, Tuan Putri."

Jika ini dunia fiksi, maka Alwen tidak akan repot repot membantunya turun. Karena dalam cerita, Alwen merupakan sosok pengawal yang dingin, begitu kaku, juga jarang sekali berbicara dengan orang orang.

Tapi kalian tau? Alwen yang ada dihadapannya begitu murah senyum, mengajak bercanda para pelayan, dan jangan lupakan sikap dia yang.... Begitu lembut memperlakukan Putri Dahera. Tidak seperti di novel yang mengatakan Alwen tak peduli dengan Hera, dia hanya ingin kehancuran Eldoria.

"Guru telah menunggumu, Tuan Putri."

Pintu dibuka begitu lebar, Alwen masuk terlebih dahulu. Mengecek situasi agar aman bagi Tuan Putrinya.

Shakira ataupun Putri Hera masih diam diambang pintu. Memegang dadanya yang tiba tiba berdegup dengan kencang, jantung itu berdetak sangat kuat.

Dia takut... Takut jika semua ini merupakan kenyataan. Takut jika hal hal yang dari tadi dia rasakan bukanlah sebuah mimpi. Nyata. Itulah ketakutannya.

"Putri? Kau tidak apa apa? Wajah Anda begitu pucat," kata Alwen. Rautnya begitu khawatir, apalagi melihat Putri Hera terus memegang dadanya.

"Aku... Tidak apa apa," jawab Hera.

Dengan mantap juga menghela nafas beberapa kali, jiwa Shakira masuk bersama dengan tubuh Putri Hera. Mencoba meredam rasa takutnya dan disimpan nanti.

"Wah wah! Akhirnya... Tuan Putri Dahera telah datang."

Suara itu menyambutnya, membuat Shakira tambah resah ketika mereka memanggilnya berkali kali dengan panggilan itu. Terus menerus hingga membuatnya ketakutan.

"Jaga bicaramu, Guru! Dia Putri dari Kerajaan yang sedang kau datangi," peringat Alwen dengan nada tak suka.

Guru Pradana, ternyata hanyalah seorang kakek tua dengan janggut juga kumis melintang sana sini. Warnanya putih sama dengan warna rambutnya, mata itu sudah sayu termakan oleh usia.

"Tentu saya tau pengawal, maka dari itu saya menyambutnya dengan semangat," ucap Pradana.

"Mari silahkan duduk Tuan Putri." Pradana menarik kursi, mempersilahkan gadis muda ini duduk terlebih dahulu.

Putri Hera berjalan, tidak duduk di kursi yang ditarik Pradana. Melainkan duduk di kursi sebelahnya. Menolak secara halus.

Shakira, ah begitu membingungkan. Mari kita panggil saja dia Tuan Putri Hera merasa kurang nyaman dengan Guru yang menatapnya tajam.

Pradana mengelilingi kursi yang di duduk Putri Hera, dengan tangan terlipat dibelakang, dia berkata begitu angkuh, "Baru pertama kalinya ketika aku mengajar harus menunggu lebih dari 3 jam, bahkan sampai tertidur dengan pulas."

"Dan baru pertama kalinya aku melihat seorang Guru yang datang pagi pagi buta hanya untuk mengajar, kau yakin tidak melakukan hal lain?" balas Putri Hera.

SOUL TRANSFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang