Karsya

22 8 1
                                    

"Gimana bang, setelah menyaksikan seminar tadi?" Tanya Malam-adik gua yang ikut serta menyaksikan seminar fashion siang tadi. "Cukup menarik. Tapi kenapa harus dia yang ngisi materi. Udah tau latar belakangnya bukan di fashion malah ngebahas tentang fashion." Jawab gua dengan kesal karena pematerinya bener-bener enggak sesuai dengan yang ada di undangan.

"Bener si, ya namanya juga dadakan banget. Tadi abang enggak lihat pas pembicaranya masuk terus dia dikasih alat pemandu jarak jauh. Pasti semua ucapan dia itu sudah disetting." Jelasnya sambil meneguk habis minuman soda yang ia beli. Gua hanya mengangguk untuk menanggapi penjelasannya.

Alunan musik berisik dari penyanyi bernama Dere memenuhi suasana mobil. Pertanda ada panggilan yang masuk ke ponsel. Dengan tangan cekatan gua mengambil ipod lalu menggeser panggilan untuk mendengar suara dari sana. "Halo, ada apa Je?" Tanya gua yang masih sibuk dengan pedal mobil. "Iya Sya. Lu udah denger berita belum?" Tanya Jemal dari sana, nadanya memburu seperti habis berlari sepuluh kilo meter.

"Belum, memangnya ada apa? Kayaknya lu habis lari-lari ya?" Tanya gua penasaran. Malam sesekali melirik ke arah gua lalu kembali memfokuskan pandangannya ke arah ipad. "Enggak, gua habis mencari data siapa pembeli Nike terbaru selain kita berempat dan hasilnya nihil! Nama pembelinya disamarkan tapi lokasi pembelinya di Indonesia." Jelas Jemal dengan satu tarikan napas. "Kok lu penasaran banget, memangnya kenapa kalau ada yang beli selain kita berempat?" Gua juga enggak paham kenapa si Jemal sangat penasaran dengan orang yang beli sepatu Nike selain circle kita.

"Masa lu enggak kepikiran. Itu tandanya reputasi kita sebagai duta fashion di Indonesia akan asda sainganya. Lu mau ada saingan? Kalau gua sih ogah ya. Soalnya gengsi gitu." Ucapan Jemal barusan menampar mental gua. Semua perkataannya memang benar adanya, gua enggak akan membiarkan siapapun untuk bisa merebut tahta tertinggi di dunia fashion. Cukup gua dan Jemal saja yang menjadi panutan di dunia tata busana di Negeri Zamrud ini.

"Bener juga!! Gua enggak mau semua itu terjadi. Pokoknya lu cari terus siapa orangnya terus kita rembukin sama-sama. Siapa tahu orangnya bisa diajak kerja sama. Eh iya, datanya lu dapet dari mana?" Tanya gua yang masih heran bagaimana bisa Jemal mendapatkan data siapa saja yang melakukan transaksi pembelian sepatu itu. "Pakai nanya, kalau bukan dari bokap gua. Ya, dari mana lagi." Jawabnya dengan sedikit terkekeh.

"Hahaha. Bener juga lo. Ya sudah, gua mau fokus nyetir dulu. Nanti kalau sudah sampai rumah gua kabarin lo lagi."

Panggilanpun ditutup. Dengan kesadaran penuh gua menaikkan kecepatan mobil ini hingga menyentuh angka maksimum. Hingga pengendara lain hanya bisa melihat dengan menggelengkan kepala mereka. "Tenang aja, abang sudah punya SIM. Lagian polisi mana yang berani sama plat nomer kakak." Ujar gua untuk menenangkan Malam yang mukanya sudah sedikit pucat. Malam hanya mengangguk dan menghembuskan napasnya dengan kasar.

Dibenak gua saat ini adalah sampai rumah secepatnya lalu mencari siapa dibalik pemilik satu pasang sepatu limited edition incaran seluruh umat. Kalau tahu begini jauh sebelum Jemal ngabarin, gua pasti sudah bertindak lebih cepat. Kalau perlu buat Badan Data Pembelian Fashion Internasional biar gua beserta Jemal bisa melihat siapa-siapa saja yang melakukan transaksi pembelian fashion di seluruh dunia. Eh!? "Dek, tolong cari kontak papa. Terus sambungkan ke mobil." Ujar gua dengan semangat menggebu-gebu.

Malam melaksanakan perintah dengan cekatan. Semua yang ia kerjakan sesuai dengan perintah gua. Tak lama panggilan pun diangkat oleh papa. "Halo pa, lagi sibuk enggak?" Tanya gua setelah melihat jam digital yang menunjukkan pukul di mana bokap gua lagi sibuk banget. "Enggak kok, baru selesai meeting sama Pres. Ada apa?"  Bokap gua memang begitu. Enggak ada basa-basi nya sama sekali. Papa berubah semenjak pangkatnya diangkat menjadi aspri (asisten pribadi) Pres.

"Karsya boleh minta bantuan papa enggak? Tolong buatin Badan Data Pembelian Fashion Internasional. Tujuannya agar Karsya beserta Jemal dapat mengetahui seberapa banyak transaksi pembelian fashion di seluruh dunia. Papa mau anak-anaknya kalah saing sama orang lain, harga diri papa mau ditaruh di mana. Masa nama besar Amridara ada di bawah duta fashion, pa. Kalau bisa mama juga bisa bantu secara popularitas." Jelas gua panjang lebar. Semua gua utarakan dengan bahasa formal-sopan-santun. Karena gua tahu papa enggak suka yang menye-menye.

"Bisa. Ya sudah nanti papa kabarin lagi. Tunggu aja satu sampai dua jam ke depan."

Yes!! Beres semua, gua tinggal duduk santai sambil memantau siapa yang berhasil membeli Nike limited edition. "Makasih pa, Karsya sama Malam kangen sama mama-papa. Cepat pulang ya pa." Ujar gua sebelum menutup panggilan. Walaupun gua tahu benar bokap-nyokap gua enggak akan pulang ke Indonesia karena pekerjaan yang menumpuk.

"Buat apa lagi kak?" Tanya Malam sambil melirik ke arah gua. "Biasa, pekerjaan pemerintah yang gajinya dari kita juga. Sengaja abang minta tolong papa, biar tangan kanan papa enggak makan gaji buta." Malam hanya mengangguk tanpa memberikan respon lain.

"Dek, kamu enggak tertarik sama dunia fashion apa?" Tanya gua penasaran, karena kalau menurut pengamatan adek gua ini jarang banget beli baju baru apalagi kalau masalah outher. Dia pasti selalu nolak. Aneh gua juga sama adek gua yang satu ini. Ke mana-mana selalu pakai kemeja. Ya, walaupun gua tahu kemeja yang sering dia pakai itu import  semua masa enggak bosen sama kemeja. "Tertarik-tertarik aja. Ini buktinya aku koleksi kemeja dari brand A sampai brand Z. Semua kemeja udah aku koleksi." Jawabnya beberapa saat setelah dia membetulkan posisi duduknya.

"Tapi kenapa harus kemeja ..." suara dari radio mobil otomatis mengeluarkan suara. "Selamat siang pendengar setia FM 01 Jakarta Fashion, kami kembali lagi untuk menemai lima menit anda ke depan. Kali ini, saya sebagai Perwira Madyathur akan membawa berita terkini akan dunia fashion. Baru beberapa menit yang lalu, Dewan Tata Busana Internasional bernama Mr. Andara Amridara memberitahukan telah berdirinya Badan Data Pembelian Fashion Internasional guna pemantauan pembelian tata busan di seluruh dunia. Badan ini bertujuan agar menyeimbangkan prodak brand yang ada agar tetap seimbang. Menurut pengakuan Mr. Andara Amridara, Badan Data Pembelian Fashion Internasional ini berpusat di Jakarta Pusat dan akan menjadi satu-satunya lembaga resmi yang memantau pembelian tata busana dari belahan dunia manapun. Informasi ini baru saja dikeluarkan oleh pihak fashion pusat lima menit yang lalu. Terima kasih atas pendengar setiap, saya pamit undur diri." Jelas pembawa siaran dengan panjang lebar.

Sungguh fantastis, belum ada enam puluh menit gua menghubungi bokap keinginan gua sudah terwujud dengan cepat. Berarti tugas gua berikutnya tinggal menunggu pengolahan data dari pembelian Nike dua hari yang lalu. "Itu lembaga yang papa buat lagi ya bang?" Tanya Malam dengan wajah polosnya.

Gua hanya mengangguk. Senyum lebar terukir di wajah gua karena ini adalah hari terbahagia gua setelah memiliki sepatu terbatas. Tidak ada yang boleh merebut tahta gua sebagai Panutan Tata Busana di Indonesia.

Dunia hanya butuh aksi, bukan basa-basi!
-Karsya Amridara, Panutan Tata Busana Indonesia-

Bersambung

🔥Kali ini keadaan semakin menegang. Setelah Jemal dan Karsya mengetahui ada seorang yang memiliki sepatu Nike limited edition  di Indonesia. Kedua pemua ini tidak tinggal diam karena mereka tidak ingin reputasi sebagai Panutan-Inspirasi Tata Busana Indonesia akan direbut oleh orang baru yang entah dari mana asalnya. Akankah mereka berdua bertemu dengan orang yang selama ini mereka cari-cari keberadannya hingga menggunakan hak istimewa sebagai anak pemerintahan? Semua jawaban hanya ada di, Gara-Gara Fashion!!🔥

Gara-Gara FashionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang