Jemal

23 11 0
                                    

"Telah terjadi perubahan yang signifikan pada dunia saat ini. Semua orang akan terpaku pada fashion dan melupakan setiap gelar yang mereka capai serta tata krama yang dilupakan. Sekian dari kami." Suara dari salah satu pembicara podcast kesukaan gua.

Di saat seperti ini, di mana keadaan dunia yang sedang tidak stabil datang berbagai banyak masalah global yang cukup mengejutkan masyarakat. Apalagi Indonesia yang kembali terkena dampaknya.

Jujur aja, sebenarnya gua bingung dengan keadaan seperti ini. Mau mundur akan lebih menyakitkan dibandingkan maju melewati semuanya dengan kepercayaan yang gua pegang dengan dari dulu.

Kenapa harus dadakan kayak begini sih, jelas-jelas kabar burung ini hanya beredar dari media sosial yang diangkat menjadi kasus global. Apalagi sudah ada yang melakukan rapat besar-besaran.

Jelas saja ini menambah cuan bagi keluarga gua yang masih tinggal di Canada sana. Selain menambah keuntungan bagi ekonomi penguasa tata busana di Indonesia. Perubahan ini menutupi berbagai macam kasus internasional agar tidak terekspos di luaran sana. Tentu saja siapa dalang dibalik ini semua.

Orang-orang dibuat panik dengan segala isu yang dibuat semakin mencekam. Bahkan belum 1 x 24 jam sudah banyak influencer yang membahas berita ini. Bahkan para artis yang sudah menyiapkan berbagai banyak tata busana agar tidak ketinggalan trend.

Tidak sedikit masyarakat dibuat buta dengan berita yang tersebar. Walau tak semua isi berita itu salah. Sebab dengan dikatakan bahwa "tata krama telah dilupakan" benar adanya.

Sebab, dua menit yang lalu sebelum gua berada di toko baju import ini. Terdapat anak muda berpakaian modis, dari ujung kepala hingga ujung kaki berhiaskan brand luar yang jika ditotal lebih dari dua digit. Sebenarnya semuanya bagus-bagus saja, tetapi yang kurang sedap dipandang ialah ketika ia melewati outlet brand lokal yang memiliki kualitas serupa.

Dirinya membuang air liur tepat di pintu masuk lalu mengacungkan jari tengahnya. Tentu saja ini sudah menjadi perilaku biasa yang sering gua lihat beberapa hari kebelakang.

Ketika mata gua menangkap hal seperti itu. Kaki gua dengan lincahnya menendang tubuhnya yang dibaluti baju Zara. Sontak hal ini menuai banyak perhatian, bahkan tidak sedikit yang mengabadikan hal ini dengan ponsel masing-masing.

Semua orang sudah kenal dengan namanya Jemal Sadina, penerus Sadina Boutique. Bahkan mereka mendukung semua apa yang gua lakukan buat orang-orang brengsek yang dibutakan dengan fashion.

Walaupun gua anak pemilik butik terkenal di Canada, tata krama tetap nomor satu. Bahkan gua enggak segan-segan untuk menghancurkan mereka yang tidak memiliki sopan-santun sedikitpun di lubuk hati mereka.

Keadaan Pondok Indah Mall saat ini menjadi sangat ramai karena seluruh masyarakat sangat antusias dengan berita tadi pagi. Semua berebut atasan hingga bawahan yang entah darimana uangnya.

Sejauh mata memandang, gua belum menemukan dari mereka yang haus akan tata busana memberikan sepeser uang pun kepada orang yang sedang membutuhkan di ujung sana.

Langkah ini ingin menghampiri orang yang berpakaian lusuh di sana. Tetapi langkah itu berhenti. Gua melihat pemuda berstyle casual memberikan uang dengan jumlah cukup besar yang dibaluti dengan amplop berwarna coklat.

Jika dilihat dengan seksama, pria itu mirip dengan Karsya. Sahabat kecil gua yang sekarang satu sekolah sama gua. Kalau iya, ada apa ia datang ke tempat ini.

"Gila bro, semoga Tuhan mengembalikan apa yang telah lo berikan barusan ya." Gua merangkul bahu milik Karsya yang lumayan berotot. "Ini mah enggak seberapa daripada lo yang donasi domestik buat mereka yang lebih membutuhkan." Balasnya.

Gua cukup kagum dengan anak semuda Karsya yang hanya tinggal bersama adiknya sementara kedua orang tuanya tinggal di sana untuk mengatur segala bisnis yang menghidupkan dia dan adiknya. Dan itu terjadi juga di kehidupan gua.

"Nih, kado buat lo." Gua menyodorkan paper bag bewarna hitam legam yang sengaja gua beli untuk menutupi nama brandnya. "Abis berapa nih? Nanti gua ganti kalau udah ujan uang." Ujarnya sambil ketawa renyah. Karsya memang begini jika harinya sedang senang.

"Kayak apa aja lo, udah enggak usah dipikirin. Mending lo anterin gua ke apartemen karena di sini udah sumpek banget. Lo liat sendiri kan? Semua orang benar-benar gila akan tata busana. Semua karena siapa? Karena berita tadi pagi!!." Karsya menatap gua lalu tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya melalang pergi meninggalkan keramaian yang ada.

"Ini mobil baru lo? Kok lo enggak cerita sama gua kalau mau beli mobil baru?" Setau gua ini mobil incarannya selama sepekan terakhir. Sampai-sampai wallpaper ponselnya dipasang gambar mobil ini. Kalau dilihat-lihat memang bodynya cakep. Pantesan aja dia beli ini mobil.

"Bukan gua yang beli. Hadiah dari bokap gua lewat adik gua yang resek itu." Jelasnya dengan raut wajah yang kesal. "Yah ... Berarti hadiah gua kurang wah ya? Ya sudah deh, nanti gua kirimin jet. Hahaha." Tepat saat itu juga mobil milik Karsya kembali melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

Suasana hari ini benar-benar sumpek banget. Kemacetan yang enggak ada habis-habisnya, ditambah semua orang ingin memborong semua pakaian yang sedang trend. Hari yang cukup melelahkan.

Di atas jalan tol ini gua tersadar bahwa ini bukan mengarah ke apartemen gua. Melainkan ini sudah jalur menuju kota Kembang. "Lu ngapain ke Bandung? Mau nyari udara sampai sejauh ini, memangnya di Jakarta udah abis udaranya?" Yang ditanya hanya diam sambil memberikan atensi penuh pada apa yang ada di depannya. "Pegangan yang kuat!!" Ujarnya sebelum menancap gas hingga menyentuh angka maksimal.

"Lu gila ya Kar? Sumpah jantung gua naik turun. Enggak-enggak lagi gua naik mobil ini bareng lu. Bisa mati kalau keseringan begini." Kayaknya dia lagi pengen membebaskan diri dari hiruk pikuk kota metropolitan. "Kapan lagi coba bisa diajak kayak gini kalau bukan pas lagi libur. Jarang-jarang gua bawa mobil sendiri, biasanya juga supir gua. Seharusnya lo bersyukur punya sahabat kayak gua, yang multitalenta. Hahaha." Jelasnya sambil membetulkan kemejanya yang sedikit berantakan.

"Ya gua sebagai sahabat seneng-seneng aja kalau lu juga seneng. Tapi jangan yang mengancam nyawa gitu dong. Nanti yang melanjutkan perusahaan bokap lu siapa?" Karsya terdiam setelah mendengar perkataan gua barusan. "Lu bener Je, gua harus bisa nerusin semua bisnis bokap gua. Sekarang temenin gua nyari outlet yang bisa diajak kerja sama buat tahun depan." Ujarnya sebelum menambah kecepatannya kembali.

Hari ini benar-benar diluar perkiraan gua sebelumnya. Padahal seusai gua belanja kebutuhan sehari-hari, gua berniat untuk pergi makan sam adik gua di Margonda. Tapi apalah daya kalau Karsya yang minta harus gua turutin.

Bersambung

✨ Terima kasih sudah mau baca sampai akhir, semoga kisahnya menghibur, ya. Kalian pada penasaran enggak nih sama kelanjutan dari kehidupan Jemal? Saksikan terus kisah Gara-Gara Fashion, hanya ada di Wattpad✨

Gara-Gara FashionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang