Chp.9 ✧

245 34 6
                                    

Bel sekolah berbunyi nyaring melintasi seluruh isi sekolah. Pertanda waktunya pulang. Anak-anak bergegas merapihkan barangnya dan segera keluar.
Kelas Souta ternyata selesai lebih dahulu. Jadi ia dan yang lain menunggu kelas Arion selesai.

Tak lama kemudian, terdengar ketua kelas memimpin untuk memberi salam pada guru. Mereka yang tadi berkumpul mengerombol, buru-buru pergi ke tempat yang lebih lapang agar tidak menggangu yang lain.

"Rion!" teriak Istmo ketika melihat Arion keluar dari kelas diikuti yang lain, kecuali Harris dan Selia. Mereka berjalan mendekat. "kok kalian belum pulang sih?" sapa Gin dengan pertanyaan. "kita belum iuran buat beli bawaan ke rumah riji sama krow, gin gobloy" Souta menjawab malas. Entah kenapa ia merasa kesal dengan Gin tiba-tiba. "lah iya juga yaa" jawab mereka kompak. "kan gobloy semua kan" Souta menghela nafas lelah.

"yaudah ini iuran sekarang biar nanti gausah nunggu beli dulu" usul Shannon-
"eh kenapa nih kumpul-kumpul?" kata Selia menghampiri, bersama Harris di sampingnya tentunya. "iuaran bro".

Setelah membahas akan membeli apa saja dan memperkirakan berapa kira-kira harga totalnya, Mia dengan skill menghitung dan memberikan hasil akhir uang iuran yang harus mereka keluarkan.

"oke udah, sekarang siapa yang mau beli?" ujar Mako. "aku aja deh" Harris mengajukan diri. "kalo gitu gw juga" susul Arion. "2 lagi Key sama Selia aja gimana? yang beda tempat. gapapa kan?" Harris mengusulkan ide yang ada di kepalanya. "boleehh". "gapapa kok miihh". "yaudah langsung aja gass" -Arion.

Mereka berempat pergi membeli buah tangan di supermarket. Arion berboncengan dengan Key, Harris dengan Selia. Sedangkan yang lain langsung pulang untuk berganti baju dan kegiatan pribadi lainnya.

.
.
.

Butuh waktu yang lumayan banyak untuk mereka semua berkumpul. Mereka memutuskan untuk berkumpul di depan sebuah supermarket yang besar, jalan tengah antara kediaman Riji  dengan Krow.

Dilihat dari kondisi Riji yang lumayan parah juga karena orangtuanya sedang dinas di luar negeri, Harris meminta Arion agar pergi ke rumah Riji terlebih dahulu. Sesuai yang suda dibicarakan, mereka dipisah menjadi 2 kelompok.

/toktoktok
Selia mengetuk pintu. "permisi...". "sakedap" terdengar suara wanita berumur yang menyauti. "eh si neng" sapa bi atun pada Selia, ia mengenal Selia karna Selia memang cukup dekat dengan Riji. "iyaa bi, ini banyak temen-temen jugaa" balas Selia. Mereka semua pun bersalaman. "jadi gini bi, riji hari ini ga berangkat sekolah, katanya karna lagi sakit kan bi? nah tujuan kita kesini mau jengukin riji. siapa tau abis dijengukin langsung sembuh gitu kan" Kini Arion berdiri paling depam di samping Selia, mewakilkan teman-temannya. "iyaa betul sakit si aa teh. sok mangga, masuk aja sini sini" suruh bi atun membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan mereka duduk di sofa.

"ini bi, sedikit dari kita buat riji" Harris memberikan bingkisan yang sudah dibeli bersama tadi. "yaallah repot-repot. sakedap nya, bibi buatin minuman dulu, kalian kalo mau nengok riji, langsung aja keatas aja gapapa sok, nanti minumnya bibi bawa ke kamar" Bi Atun sungguh ramah, ia menyambut siapapun teman Riji yang datang dengan maksud baik. Benar-benar memperlakukan tamu seperti raja.

Setelah diizinkan, mereka dengan tenang naik menuju kamar Riji. Mengetuk dan membuka pintu dengan pelan, terlihat Riji tengah menutup matanya, sepertinya matanya sangat berat, namun raganya tak mau tertidur.

"ji..." panggil Selia lirih. Riji segera membuka mata dan menengok pada sumber suara. "selia?". Pintu kamar Riji dibuka lebih lebar menampakkan 8 orang temannya yang berdiri di depan kamarnya. "astaga... kalian ngapain kesini?" Riji menghela nafas pelan. "loh kenapa? ga boleh kah? yaudah yok pulang aja lah pulang" canda Arion. "bercanda heh. maksudnya kalian tau gw sakit trus kalian kesini biar ikut ketularan kah?" aaah... Riji khawatir teman-temannya akan tertular flunya ternyata.

"alah~aman ajaa" ucap Arion dengan santai. "yaudah terserah lah. masuk.duduk, bisulan pantat kalian? mau berdiri disitu sampe kapan?" kata Riji dengan suara bindeng. Mereka pun segera duduk di karpet sebelah ranjang riji.
"riji gimana? mendingan?" tanya Harris dengan lembut. "gatau ris, dari semalem gini-gini aja, gaada perubahan, gabisa tidur sama sekali. lambungnya nolak terus kalo dimasukin makanan, jadinya lemes begini dah" Jelas Riji dengan pelan. "sekarang belum makan berarti ji?" giliran Gin bertanya. Gelengan kepala Riji menjawab pertanyaan Gin. "astaga ji... makan anjir, nanti kek mayat hidup kau" sahut Shannon.
"trus minum obatnya gimana ji?" Mako bertanya-tanya. "ga minum". Astagaa anak ini, pantas saja sakitnya tak membaik, rupanya susah makan tak minum obat pula.

"permisi.." seseorang berbicara dari seberang pintu. Istmi yang dekat dengan pintu membukanya. "ini cemilannya, maaf adanya cuma ini" Istmo membantu membawakan nampan. "eh gapapa bi, malah jadi ngerepotin kitanya. ini aja udah cukup kok" Arion kembali mewakilkan. "sok dimakan diminum nyaa".
"eh bi ini rijinya belum makan?" Bi Atun menghentikan langkahnya tak jadi keluar mendengar pertanyaan dari Harris. "belum itu, batu banget dibilangin. katanya gara-gara semalem makan malah muntah jadi gausahakan aja sekalian" tuturnya. "oalaah. minta tolong ambilin makanan aja bi, biar kita yang urusin" usul Mako. "oiyaa siapp bibi ambil dulu ya".

"yang lain pada kemana?" tanya Riji tiba-tiba. "jenguk kak Krow. kan sakit juga dia" kali ini Mia yang menjawab. Hanya dibalas anggukkan dari yang bertanya. Setelah itu mereka menikmati makanan yang disediakan, sedangkan riji kembali menutup matanya yang berat dengan satu tangannya. Harris memperhatikan Riji beberapa saat. Ia terlihat berkeringat, namun terus menarik selimutnya seakan mencari kehangatan. Juga terlihat bernafas menggunakan mulutnya.

Harris mendekat, duduk di samping Riji, mengangkat satu tangan yang menutupi wajah Riji, lalu menempelkan telapak tangannya ke dahi dan lehernya. "Ji? ini badan kamu panas banget!". Sontak yang lain langsung menatap keduanya. Arion dan Selia yang tak jauh dari Riji juga memegang kaki dan lengan Riji, ikut mengecek. "sumpah gila! ini lo demam tinggi ji" Ucap Arion. "Coba mintain air anget sama handuk kecil ke bibi deh" suruh Harris. Mako pun bergegas turun. Sementara Harris memberi Riji air minum.

"Ini ris" Mako memberikan sebuah baskom. "makasih Mako". Segera Harris memeras handuk itu dan menempelkannya ke dahi Riji secara berkala.

Tak lama setelah Riji makan dan minuk obat, ia tertidur. Beberapa orang sudah meninggalkan kamar Riji sebelum ia tertidur. Hingga tersisa Harris, Arion, dan Selia di kamar. Mereka turun ketika sudah memastikan Riji nyaman tertidur.

"gimana ris?" tanya Shannon ketika melihat mereka bertiga turun dari tangga. "aman, udah minum obat, udah tidur anaknya" jawab Harris. "syukurlah. Trus kalian mau ke Krow sekarang?" tanya Gin setelah melihat jam pada ponselnya. Yang lain akhirnya ikut melihat jam mereka. "oiyaa udah jam 4 lebih gile" Arion menyahuti. "eh? yaudah cewe-cewe kalo mau pulang duluan aja, takut kesorean. Trus kalian kalo mau pulang malem, jangan lupa ngabarin ortu. Mending kalian pulang kalo Riji udah bangun aja, biar ga nyariin. Jangan gangguin Riji dulu!" Harris memberikan petuah pada mereka untuk jaga-jaga.

Setelahnya Arion dan Harris berpamitan, mereka segera menaiki motor menuju rumah Krow.

•°★•°★•°★•°★•°

tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

✧in another life✧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang