Sumpah! Sebenarnya Zivilia udah kelewat mager karena udah tiduran. Tapi, kalau seorang Naka tidak di ladenin, di pastikan laki-laki itu bakalan berisik dan meneror dirinya.
Zivilia dengan ogah-ogahan bangkit dari kasurnya dan berjalan gontai untuk membuka pintu. Saat pintu itu terbuka, langsung terlihat Naka dengan setelan layatnya. Alias, hitam-hitam. Dari ujung kepala sampai ujung kaki serba hitam.
"Apa?" Tanya zivilia kala melihat laki-laki itu menyodorkan tote bag padanya.
"Martabak. Gue, tau lo lagi badmood. Ini, di makan. Martabak telor pakai daging sapi, sosis, dan jamur. Alias, paket komplit."
Zivilia menerima tote bag dan membuka nya, di dalam tas itu berisi beberapa kotak susu kesukaan nya, ciki-ciki, cokelat, dan sekotak bekal berisikan martabak telor komplit.
"Makasih," ujarnya.
Naka memicingkan matanya, merasa jengkel sendiri dengan jawaban Zivilia yang acuh tak acuh, "udah? Gitu doang? Makasih doang? Nggak ada yang lain gitu?"
"Ck! Lo mau apaan emangnya? Mau gue gimana?" Tanya Zivilia jengah.
Naka yang merasa menang, tersenyum lebar. Sangat manis.
"Emangnya, kalau gue bilang, lo mau?"
Ya, kan, dia harus make sure dulu. Takut-takut ntar si penerima perlakuannya nggak nyaman gimana.
"Mau apa?" Tanya Zivilia.
Jujur aja nih ya. Zivilia udah nethink banget, nggak bohong. Takut si Naka memintanya yang aneh-aneh. Naka merentangkan kedua tangannya, Zivilia menatap heran, kenapa pula laki-laki di depannya merentangkan tangannya?
"I need a hug. Can i?"
Zivilia speechless. Tolong dong tolong! Zivilia nggak kuat! Dia nggak kuat dengan ekspresi Naka yang udah sendu banget, kaya mau nangis. Naka yang tak menerima jawaban, menurunkan tangannya.
Dia tersenyum manis pada Zivilia, mengelus surai hitam yang di gerai, "sana, masuk. Jangan lupa di makan martabak nya ya. Gue, mau pulang."
Naka berbalik, berjalan kearah motornya dan sudah menggunakan helm full face nya. Saat ingin menjalankan motornya, "Aka!" Panggilan masa kecilnya itu berhasil memberhentikan dirinya, tak jadi melajukan motornya.
Naka menoleh, kearah Zivilia yang masih berada di depan pintu dengan menatapnya.
"Kenapa, Ziv?"
Zivilia bimbang, haruskah? Haruskah dia memberikan pelukan pada laki-laki itu? Seorang Nakatama yang dia kenal selalu gembira, kali ini benar-benar terlihat sangat butuh itu, sebuah pelukan.
"A little hug?" Tanyanya. Ntahlah, Zivilia hanya memastikan permintaan Naka dan memastikan perasaannya sendiri.
Naka terkejut dengan ucapan Zivilia, apakah wanita itu terpaksa karena melihatnya tadi? Jika iya, Naka tak ingin menerima pelukan itu.
"Nggak. Gue, tau lo nggak nyaman. Gapapa. Gue baik kok, ziv. Nggak usah khawatir," ujarnya dengan kekehan di akhir.
Zivilia menggeleng, "nggak, gue lebih gapapa. You can hug me," Zivilia sudah merentangkan tangannya.
Tanpa kata, Naka turun dari motornya tanpa mematikan mesin. Berlari kearah Zivilia dan dengan cepat menenggelamkan wanita itu dalam dekapnya. Zivilia tersenyum kecil, Naka memeluknya sangat erat, bahkan laki-laki itu sama sekali tak melepaskan helm nya.
Zivilia mengelus punggung yang terbalut hoodie biru tua itu, "kalau butuh sesuatu, bilang gue ya. Gue, emang nggak bisa bantu banyak. Selagi gue mampu, gue bantu. Yah, walau bukan soal materi sih. Gue bisa meluangkan waktu kapanpun, kalau lo mau. Gue, nggak kemana-mana Aka. Gue. Disini. Di rumah yang sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bungsu
FanfictionBenar, benar adanya. Seharusnya Zivilia tak berada disini, di dunia yang penuh dengan mahluk menakutkan yang memiliki banyak kepribadian. "Alah, udahlah, nyerah aja gue. Cape banget, jadi bungsu rasa sulung," keluh wanita yang berumur 18 tahun itu d...