𖦹07⋆.

151 19 8
                                    

⋆𖦹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆𖦹. "Kau mengatakan apa pada Remco?" tanya Jeroen.

Harold mengangkat bahunya acuh.

Mendapat respon menyebalkan dari Harold merubah ekspresi wajah Jeroen, kini wajahnya menekuk kesal. "Katakan padaku sialan! Remco sepertinya menghindarimu, pasti ada sesuatu yang terjadi diantara kalian."

Harold terkekeh, mengingat hal apa yang ia perbuat hingga mantan kekasihnya itu benar-benar menjauh darinya.

"Aku hanya mengatakan...."

"Kau lihat seseorang yang di sana itu?" tunjuk Harold.

Remco mengangguk sambil menatap seseorang yang Harold tunjuk. "Ya, aku mengenalnya. Ada apa dengan Machiel, Har?"

Sudut bibir Harold terangkat, ia tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan Remco.

"Machiel adalah kekasihku."

Remco terbahak saat mendengar pengakuan Harold. "Berhenti membual, Har. Tidak ada seorangpun yang menyukai dirinya, kau tau rumornya kan?"

Kedua tangan Harold terkepal kuat, siap untuk meninju mulut kotor mantan kekasihnya itu.

Harold berusaha menahan emosinya, ia sudah berjanji pada Machiel bahwa malam ini akan menjadi malam yang sempurna bagi Machiel.

"Kau ingin mengetahui sesuatu lagi, Remco?"

Remco mengangguk. "Katakan padaku."

"Aku merasa menyesal karena pernah mencintaimu walaupun dalam waktu yang singkat, cintaku pada dirimu adalah sebuah kesalahan besar. Selain pintar menyakiti diriku, kau juga pintar menyakiti orang lain yang bahkan kau tidak mengenalnya. Hatimu busuk seperti yang lainnya, Remco. Harusnya aku menyadarinya dari awal, agar aku tidak terperosok jauh dan merasakan rasa sakit yang mendalam." 

Tubuh Remco melemas, ia tidak menyangka mantan kekasihnya itu akan mengatakan hal seperti ini. Matanya memanas menahan rasa sesak serta tangis, Harold masih menatapnya bengis.

"Tuduhan buruk darimu tidak akan membuatku membencinya, Remco. Machiel terlalu sempurna untuk tuduhan murahan seperti yang beredar, dan hanya orang-orang berhati busuk yang akan mempercayai rumor murahan itu."

Perkataan Harold berhasil memecahkan bendungan air mata yang Remco tahan sedari tadi. Air matanya berlomba-lomba untuk membasahi pipinya.

"Maafkan aku, Harold."

"Kau memang sialan, Har!"

Harold menggeleng sambil terkekeh geli.

"Jadi, kapan kau akan mengakui perasaanmu pada Machiel?"

Harold terdiam sejenak, menatap ke sembarang arah guna mencairkan pikirannya.

"Ntahlah, Jer. Sepertinya Machiel masih ingin membuat jarak diantara kita berdua, aku tidak mempunyai celah." Suara berat Harold terdengar putus asa.

Mijn Laatste Liefde [HyuckMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang