𖦹05⋆.

179 21 3
                                    

⋆𖦹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆𖦹. "Harold!"

Harold menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah kanan saat mendengar seseorang meneriaki namanya beberapa kali.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat Remco tengah melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar. Saat Remco melangkah mendekat padanya, Harold dengan cepat melangkahkan kakinya menjauh dari sana.

Remco yang melihat Harold kembali berjalan ia segera mempercepat langkahnya agar bisa menyusul Harold yang sudah cukup jauh darinya. Karena Harold melangkah terlalu cepat, Remco memutuskan untuk berlari.

Hingga akhirnya punggung lebar itu berada tepat di depannya.

"Harold-" Panggil Remco seraya menarik lengan kanan Harold. Dengan berat hati Harold menoleh ke belakang, menepis tangan Remco yang masih memegang lengan kanannya.

"Ada apa?" Tanya Harold. Remco tersenyum lembut, merasa senang karena Harold masih mau bicara padanya. Semenjak Harold menolongnya waktu itu, Harold seperti menghindarinya.

Pemuda jangkung di hadapannya ini seperti lenyap begitu saja.

"Ayo pergi bersama besok malam, aku tidak mempunyai teman untuk-"

"Tidak bisa."

Belum sempat Remco menyelesaikan perkataannya, Harold sudah menolaknya lebih dulu.

Tapi Remco belum menyerah!

"Maksudku, ijinkan aku pergi bersama kalian besok malam. Sudah lama kita bertiga tidak-"

"Ku dengar Jeroen akan pergi bersama Danielle, dan aku sudah memiliki janji dengan orang lain. Kau pergi dengan yang lain saja."

Janji dengan orang lain katanya? Jika Jeroen pergi dengan Danielle, itu sudah di anggap biasa karena mereka berdua pernah menjadi teman sebangku saat tahun pertama. Namun Harold? Yang Remco tau, Harold tidak mempunyai teman dekat kecuali Jeroen.

"Aku tau kau tengah berbohong, Harold. Aku akan datang ke kamarmu besok malam, ya?"

Harold menatap malas mantan kekasihnya itu. Harold tampak berpikir sejenak, ia memutar otaknya untuk mencari cara agar Remco berhenti untuk mengganggunya.

Dan akhirnya ide bagus itu muncul secara acak di pikirannya.

"Datang saja jika kau mau. Aku harus segera pergi, pelajaran terakhir akan di mulai sebentar lagi."

Bukannya merasa janggal karena tiba-tiba Harold menyetujui permintaannya, Remco malah memekik senang. "Baiklah jika begitu, semangat untuk hari ini!"

Mijn Laatste Liefde [HyuckMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang