𖦹06⋆.

179 26 15
                                    

⋆𖦹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆𖦹. "Melelahkan sekali..."

Hari ini menjadi hari yang cukup berat bagi Machiel. Tugas sekolah yang ia kerjakan seminggu yang lalu hancur lebur sebelum di kumpulkan, bukunya tenggelam di kubangan lumpur. Semalam hujan turun cukup deras mengakibatkan beberapa area halaman asrama becek serta berlumpur.

Keadaan Machiel sore ini sungguh kacau, kedua sepatunya basah kuyup serta berlumpur dan jangan lupakan seragam putih bersihnya yang sama kotornya dengan sepatunya.

Machiel terduduk pasrah di tepi danau, tempat kesukaannya. Mengeluh tanpa henti sambil menatap sendu buku pelajarannya yang sudah tak berbentuk.

Sejak hari di mana orang-orang tau bahwa ia dekat dengan Harold, teman sekelasnya semakin banyak mengganggunya. Semua orang melihat dirinya di tarik oleh Harold malam itu, ntah apa yang salah dari kejadian itu hingga dirinya di tindas setiap hari.

Beberapa kali ia menemukan ranselnya di tong sampah, sepatunya yang hilang sebelah dan masih banyak lagi. Jika pamannya tau, sepertinya sebagian siswa di sekolah ini habis karena di keluarkan.

"Biarkan waktu yang menghukum mereka."

Machiel selalu berusaha menerima perlakuan buruk dari teman-temannya, ia di tindas seperti ini dari tahun pertama.

Sudah menjadi makanan sehari-harinya, namun ntah mengapa terasa berat semenjak ia menjauh dari Harold.

Machiel beberapa kali bertemu Harold di lorong asrama. Setiap kali mata mereka bertemu Harold selalu memalingkan wajahnya, seperti enggan menatap mata Machiel. Sudah terhitung 2 minggu mereka berdua berjauhan seperti ini.

Cukup menyiksa, namun Harold cukup pantas untuk menerimanya.

"Jika paman tau keadaan ku sekarang, pasti ia akan-"

"Akan apa?"

Machiel membeku sekaligus terkejut saat mendengar suara yang cukup familiar di pendengarannya.

"Semoga bukan dia, semoga bukan dia," Batin Machiel penuh harap.

Namun harapannya sirna saat ia menoleh dan melihat siapa yang berdiri di sebelahnya.

"Je-"

"Pergilah. Aku ingin bersantai di sini sampai matahari di lahap langit malam."

Suara ketus serta kasar itu sangat cocok dengan wajah angkuhnya. Pantas saja hanya Harold dan Daniele yang mau berteman dengannya.

"Tapi, Jeroen. Aku-"

"Kau tuli atau bagaimana? Pergilah."

Jeroen mendudukkan dirinya tak jauh dari tempat Machiel duduk. Machiel tampak diam beberapa saat, sebelum ia memutuskan untuk pergi dari sana.

Sepertinya menghindari Jeroen dan menurut dengan perkataannya adalah hal yang benar.

"Kalian berdua saling mencintai, ya?"

Mijn Laatste Liefde [HyuckMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang