𖦹09⋆.

153 20 7
                                    

⋆𖦹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆𖦹. "Kau mencintainya, Machiel?"

Machiel menggeleng pelan. Kedua matanya memanas menahan tangis, usapan lembut Cecilia di punggungnya tak mampu menutupi kerapuhan hatinya. Tubuhnya mulai menggigil kedinginan sebab terguyur hujan tadi.

"Kau bisu? Aku ingin mendengar, bukannya melihat jawabanmu, Machiel. Kau mencintainya atau tidak?"

Suara berat itu menggema ke seluruh penjuru rumah sederhana ini, meruntuhkan keberanian Machiel dan Cecilia. Gemuruh petir serta derasnya hujan di luar sana berlomba-lomba dengan suara mr. Remo.

Mr. Remo berdiri dari duduknya, memasukkan kedua telapak tangan dinginnya ke saku jas kerjanya yang menempel di tubuhnya sedari pagi. Menatap tajam pada Machiel dan juga Cecilia yang tengah duduk di hadapannya sambil menunduk.

"Ayah... Biarkan Machi-"

"Cecilia."

Baiklah, Cecilia menyerah. Gadis berambut merah itu dengan berat hati meninggalkan Machiel dengan ayahnya di ruang tengah dan beralih masuk ke dalam kamar sambil menahan tangis.

"Kau mempermalukan kedua orang tuamu, Machiel. Seharusnya kau malu!"


°
°
°


"Ayo cepat naik, sebelum tokonya ramai."

Machiel tersenyum lalu mengangguk, mendudukkan bokongnya di boncengan sepeda tua milik Danielle. Pagi tadi Harold datang ke kamarnya untuk mengajaknya pergi ke pusat kota untuk membeli beberapa alat lukis yang Harold perlukan. Dengan senang hati Machiel mengiyakan permintaan temannya itu, dengan bantuan Jeroen akhirnya mereka berdua bisa pergi menggunakan sepeda milik Danielle.

Machiel menutup seluruh wajahnya menggunakan tudung mantelnya, berharap tidak ada satupun yang mengenalinya.

Harold menarik kedua tangan Machiel, melingkarkanya di pinggangnya sendiri.

"Keselamatan itu yang utama. Peluk tubuhku erat, Machiel."

Senyuman di wajah Harold kian melebar saat merasakan Machiel memeluknya erat, sesuai dengan keinginannya.

Saat sepeda itu mulai menjauh dari lingkungan sekolah, barulah Machiel melepaskan tudung mantelnya yang membuat wajahnya berkeringat dan sesak.

Dunia masih belum bangun sepenuhnya, jalanan yang biasanya ramai kini terlihat sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang terlihat. Toko-toko di pinggiran jalan belum sepenuhnya buka, membuat Harold serta Machiel kesulitan untuk membeli sarapan.

Harold mengayuh sepedanya lebih cepat karena perutnya mulai terasa lapar, sedangkan Machiel, ia menengok ke sana kemari untuk mencari toko yang sekiranya cocok untuk mereka kunjungi.

Ketemu.

Machiel menunjuk pada sebuah toko roti di seberang sana, dengan cepat Harold membawa sepedanya ke seberang jalan. Memarkirkan sepeda tua itu di depan tokonya, dan tak lupa menarik tangan Machiel-nya, membawa cintanya ke dalam untuk membeli sarapan.

Mijn Laatste Liefde [HyuckMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang