𖦹11⋆.

107 14 2
                                    

⋆𖦹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆𖦹."Sepertinya besok aku sudah bisa mulai mengikuti pelajaran kembali, Paman. Kaki ku sudah tak terasa sakit."

Mr. Remo menggeleng tanpa menatap keponakannya yang kini tengah berdiri di sampingnya, matanya fokus membaca setiap berita lokal yang tertulis jelas di selembar koran yang selalu ia baca setiap paginya.

Machiel menyerah, sekeras apapun ia membantah ataupun merayu sang paman, tidak akan membuahkan hasil.

Lebih baik ia kembali duduk dan melanjutkan acara membacanya sambil mengubur rencana untuk masuk sekolah minggu ini. Sudah terhitung dua minggu Machiel terkurung di rumah sang paman, ia hanya di izinkan berada di lingkungan rumah yang tak terlalu luas ini. Bahkan kembali ke asrama saja pamannya melarang, Machiel menjalani hari-harinya dengan bosan karena Cecilia tengah sibuk dengan perlombaan di sekolahnya.

Tidak ada satupun yang menemaninya di rumah ini, pamannya pergi sebelum ia bangun dan pulang saat ia tertidur. Lagipula saat libur seperti sekarang, Machiel tetap merasa bosan karena mustahil mengajak pamannya berbicara.

Mengingat masalahnya yang sudah jauh berlalu belum sepenuhnya mr. Remo maafkan.

Sungguh! Machiel sangat membenci suasana seperti ini! Jika di asrama ataupun di sekolah ia bisa berkebun atau bermain dengan Remi untuk menghilangkan rasa bosannya.

Ketukan pintu terdengar beberapa kali, memecah keheningan serta kenyamanan paman dan keponakannya yang sama-sama tengah membaca sesuatu. M.r Remo hendak berdiri, namun pergerakannya di tahan oleh Machiel dan pria dewasa itu menurut untuk kembali duduk, membiarkan keponakannya yang membuka pintu.

Machiel menarik knop pintu perlahan, sepasang sepatu penuh noda lumpur terpampang jelas di bawah sana. Aroma pekat yang cukup familiar berlomba-lomba masuk ke area penciumannya, otaknya berkerja dan berusaha mengingat siapakah pemilik aroma pekat tersebut.

"Jeroen."

Tubuh tinggi nan kokoh itu berdiri tegap di hadapannya, mimik wajah yang tak pernah berubah, selalu tegang dan kaku menjadi ciri khas bagi si Hansman.

"Mr. Remo memintaku untuk datang, boleh aku masuk sekarang? Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk berdiri di sini, terlebih lagi sambil menatap wajah melasmu itu."

Machiel memejamkan matanya sekilas, memberi sinyal pada pikirannya untuk berpasrah dan menahannya untuk tidak meladeni sikap ketus Jeroen padanya.

"Dia ada di ruang tengah, masuklah." Machiel menggeser tubuhnya ke samping, memberi jalan untuk Jeroen masuk. Setelah Jeroen berjalan melewatinya, Machiel kembali menutup pintu dan tak lupa untuk menguncinya.

Dari sini Machiel bisa melihat kedekatan diantara mereka berdua, Machiel tidak pernah tau bahwa Jeroen sedekat itu dengan pamannya.

Machiel memutuskan untuk kembali ke sana untuk mengambil bukunya yang masih terbuka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mijn Laatste Liefde [HyuckMark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang