RTF15 - Benarkah Dia Gila?

15 13 0
                                    

•••Happy Reading•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••Happy Reading•••

•••

Psikiater yang beberapa hari lalu datang untuk bertemu Reyner, hari ini datang lagi. Sama seperti sebelumnya, dia melakukan konseling dengan Reyner di dalam kamar bahkan dengan pintu yang ditutup rapat. Sudah hampir dua jam lebih psikiater itu berada di dalam sana, dan hal itu membuat Arina merasa sangat penasaran ingin mengetahui apa saja yang dilakukan oleh psikiater dan pasiennya itu di dalam kamar.

Arina berinisiatif untuk melihat apakah kegiatan mereka sudah selesai. Ia naik ke lantai dua untuk memastikan. Namun saat ia hendak naik tangga, suara kaki seseorang dari atas terdengar seperti hendak menuruni tangga. Buru-buru Arina berbalik badan dan mengurungkan niatnya untuk naik tangga. Dia malah berjongkok bersembunyi di kolong tangga.

"Kurang lebih seperti itu, Pak, laporan dari bagian keuangan. Perusahaan memang sedang mengalami banyak pengeluaran."

"Iya, saya paham." Suara Reyner terdengar menimpali.

"Dan untuk jadwal terdekat ini, hanya ada rapat dengan dewan direksi saja."

"Iya, iya, kamu sudah mengatakan itu berkali-kali. Saya belum pikun, jadi masih ingat. Tenang aja."

Arina yang mendengar dari bawah kolong tangga hanya bisa bungkam dibuat tidak paham dengan obrolan Reyner dan psikiater itu. Ia heran, apakah masuk akal jika obrolan seorang psikiater dan pasiennya malah membahas masalah perusahaan. Ia merasa ini sangatlah tidak nyambung.

Akhir-akhir ini, Arina memang menemukan banyak sekali kejanggalan pada sikap Reyner dan seluruh kegiatannya. Sikapnya perlahan menunjukkan seperti orang yang tidak benar-benar gila. Beberapa kegiatan Reyner yang tidak sengaja Arina pergoki pun sangatlah tidak masuk akal jika itu bisa dilakukan oleh orang yang mengalami gangguan jiwa. Arina semakin tertantang untuk menyelidiki ini lebih lanjut.

•••

Setengah jam sebelum jam pulang tiba, Arina mengganti penampilannya. Pakaian biasa yang ia pakai diganti dengan pakaian formal. Wajahnya yang natural, ia baluri dengan make-up. Siapapun yang melihat pasti heran jika ada seorang pembantu yang pulang bekerja malah berpakaian formal bahkan berdandan rapih seperti orang yang baru saja akan menuju tempat kerja.

Arina melakukan itu karena setelah pulang dari sini ia akan mampir di kantor untuk bertemu atasannya. Dia tidak mungkin datang ke kantor dengan penampilan kumal akibat seharian menjalankan pekerjaan rumah. Untuk itu lah sebelum pergi, ia mengubah penampilannya serapih mungkin.

Tepat saat jam menunjukkan pukul empat, Arina selesai berdandan. Ia segera keluar dari rumah Reyner untuk pulang. Namun sialnya, di ruang tamu ia malah berpapasan dengan Jevano yang baru saja datang dari luar.

"Rin, ini beneran kamu?" Laki-laki itu hampir tak berkedip melihat penampilan Arina yang jauh berbeda dari biasanya. Pakaian longgar khas seorang pembantu tak lagi dipakainya. Wajah kusam karena seharian bergelut dengan pekerjaan tak nampak di raut wajah Arina. Yang nampak saat ini adalah penampilan rapih dengan wajah berbalut make-up hingga wajahnya terlihat sangat cantik.

Reveal The FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang