•••
Cahaya mentari senja yang mulai tenang, menyisakan beberapa panas yang masih menyengat. Dua langkah selanjutnya adalah dimana dia tiba di jalan raya, tempat ribuan orang berlalu lalang tanpa banyak bicara. Itu memang benar, ibunya berjalan tak jauh dari tempatnya berdiri. Sudah hampir ketiga kalinya, dirinya menatap jalanan yang sama dan dengan orang yang sama.
Tidak ada keluh kesah dan penolakan yang terjadi, namun setidaknya dia masih dalam keadaan yang sama, tidak akan pernah berubah sampai waktu pun berhenti.
Kakinya kembali melangkah, melirik kecil pada keadaan yang tenang dan sunyi. Dia melihat bagaimana orang tertawa, dia menyaksikan bagaimana orang berbicara. Namun, dia tidak bisa menyaksikan bagaimana dirinya mendengar suara.
Tepukan kecil mendarat di bahunya, “Apa kau akan meninggalkan ibumu lagi?”
Suara itu terdengar oleh beberapa orang yang berlalu lalang, tapi tidak dengannya, dia hanya menoleh dan melihat bagaimana bibir itu mengucapkan kalimatnya. Pria itu bernama Day, begitu orang-orang memanggilnya.
Wajahnya seperti pria pada umumnya, tinggi dan tampan. Wajahnya sedikit menunjukkan bahwa dia adalah pria yang sempurna, tapi tidak, dia tak bisa berbicara bahkan mendengar.
Day menggeleng, begitu menanggapi apa kalimat yang keluar dari bibir ibunya. Dia hanya menerjemahkan dalam satu kata, tinggal, banyak kemungkinan ibunya mengatakan hal lain. Namun, Day menggeleng, dia mengerti akan maksud dari kalimat itu.
Ibunya berjalan mendahuluinya, menarik satu lengan Day dan membawanya berjalan bersama. Day melirik sekitaran, sudah sangat terbiasa bagaimana dirinya mendapatkan lirikan mata dari orang lain. Selama delapan belas tahun hidupnya, hampir setiap orang akan meliriknya.
“Hari ini adalah pemeriksaan terakhir mu, Ibu berharap kau akan baik-baik saja. Bagaimana dengan kuliah mu nanti? Ibu tidak ingin kau mendapatkan hal yang buruk.” ucap Ibunya, tapi tak ada yang terdengar satu kata pun pada Day. Dia hanya bisa menatap, bahwa ibunya sedang membicarakan suatu hal tentang dirinya.
Rasa panik dan cemas, dulu masih selalu ada di dalam hati Day. Dia takut untuk mencoba bertemu dengan orang lain, dia takut jika orang lain akan menertawakannya. Dia juga takut, jika orang tuanya akan malu memiliki anak sepertinya.
Namun, anggap saja semua itu sudah terpatahkan. Dia bisa menyelesaikan sekolah pada tingkat Akhir dan saat dirinya akan memasuki universitas. Sebuah pencapaian yang luar biasa hebat, orang tua Day tidak akan pernah melupakan perjuangan besar dari putranya.
Day menatap klinik tempat dirinya diperiksa selama beberapa hari terakhir dan saat ini adalah waktu penentuan bagi Day. Dua hari dari sekarang, dirinya akan pergi ke universitas. Dengan pemeriksaan ini, dia juga berharap mendapatkan hasil yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENCE
Novela JuvenilA remake of the story from @bnnrshnn 'Hening' rewritten by @LoVeLG23 'Silence' .... Pernah kamu mendengar, bagaimana keheningan dunia yang sesungguhnya? Merasa sepi di tempat ramai, tidak berbicara dan tidak mendengar. Satu hal yang bisa menjalanka...