•••
Bisa dikatakan selama hidupnya, tidak ada perubahan yang signifikan. Selain, bagaimana dia memahami bahasa tubuhnya sendiri? Dan bagaimana dia mengetahui segala pembicaraan dengan orang lain adalah suatu kebahagiaan tersendiri di hidupnya.
Day memejamkan matanya dengan kuat, merasakan nyeri di pipinya dan rasa perih di dada yang bergulir semakin rendah, hingga membuatnya tak nyaman untuk tetap merebahkan diri di ranjang. Day berdiri menatap suasana kamarnya yang cukup suram, mungkin bisa dia dengar sebuah alunan musik, namun itu akan sangat mengganggu jika dirinya tak benar-benar menerjemahkan musik itu.
Oh ya, Day sering mendengarkan musik melalui gerakan alat musik dan terjemahan suara yang membuatnya menikmati musik itu seperti manusia pada umumnya, yang mendengarkan musik melalui earphone ataupun melalui sistem yang sangat mudah didengarkan.
Sedikit ada kehampaan dan keraguan di hidupnya, jika mendengarkan musik melalui terjemahan. Setelah tidak ada irama dan rima yang membawanya untuk menikmati musik itu menjadi lebih baik, dan akan berpikir bahwa musik adalah sebuah kecenderungan manusia untuk mengungkapkan isi hatinya melalui kata-kata yang tidak berguna.
Namun, salah, mungkin bagi orang yang kehidupan normal, mereka akan beranggapan bahwa menjadi tunarungu dan tunawicara adalah sebuah kesalahan. Karena apa? Jika ditulis lebih lanjut banyak orang yang tidak menyukai hal tersebut apalagi tentang orang dengan kebutuhan khusus yang harus menjadi poin utama dan yang harus menjadi prioritas, mungkin orang-orang akan iri dengan itu.
Jadi, alunan musik pun akan berguna bagi orang-orang yang mengalami masalah pendengaran. Day sudah bukan 1 tahun 2 tahun, namun dia sudah hampir 19 tahun hidupnya itu dengan kehampaan tanpa adanya rasa bersalah dalam hatinya.
Day terhanyut dalam kesendiriannya tak ada untaian kata yang bisa terucapkan, selama dia berdiri diam dengan hatinya yang terus mendatangkan akan sebuah kesalahan yang mungkin sudah dia lakukan berkali-kali dan akan terus ia lakukan sampai saatnya dia berhenti.
Tidak ada banyak yang bisa dia lakukan, selain menunggu, bagaimana dirinya akan kembali menjadi manusia bodoh? Yang tidak tahu tempat dan tidak tahu asal muasal keheningan itu tercipta.
Satu hari dari sekarang adalah waktu yang tepat untuk dia mempersiapkan diri, sebelum dirinya pergi dan menjalani hidupnya seorang diri. Rasa sakit yang ada di pipinya tidaklah seberapa, hanya saja kebohongan ataupun kehendak yang tidak terucapkan membuatnya merasa menjadi orang paling bodoh dan sangat sakit.
Day membuka matanya lebar-lebar, menatap cahaya yang begitu indah, satu pemikiran lantas berkabung dalam kepalanya. Jangan sampai, jika pada akhirnya dia akan kembali menemukan hal yang menyakitkan, ketika dirinya berhasil menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dengan pejaman mata yang kuat, dia mulai membongkar satu persatu baju berbaju untuk di bawanya pergi ke tempat, dimana dia akan mendapatkan kebahagiaan dari keheningan yang tercipta. Tak berselang lama, Ibunya datang membawa secangkir coklat panas, yang mungkin akan menenangkan dia.
“Ada coklat panas di sini,” dia berbicara melalui tatapan mata, tidak hanya suara tapi Day tidak mengerti.
Dia hanya mengangguk, menandakan bahwa coklat panas itu untuknya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tak ada ucapan terima kasih dan ucapan lainnya. Day masih melipat baju dan memasukkannya ke dalam koper.
Satu hal di malam itu, ibunya merasa sangat sedih. Dia merasa seperti orang tua yang gagal mendidik anaknya untuk bisa mendapatkan kebahagiaan dari dirinya, namun satu hal yang bisa terjadi, jika semuanya adalah orang-orang seperti dia, maka tak khayal bahwa kehidupan orang lain pun akan sama seperti dia. Mungkin akan lebih buruk.
Ibunya tidak terlalu banyak basa-basi, selain hanya meletakkan coklat panas di atas meja, dia meninggalkan putranya sendiri lagi.
Waktu berlalu cukup cepat, dia menutup koper itu dengan kata lain dia sudah menyelesaikan packing. Melepaskan beberapa pegal yang ada di tubuhnya. Lantas, Day kembali berdiri dan mencoba untuk kembali datang ke ruang tamu.
Di sana dirinya punya beberapa kenangan manis yang ada, tempat di mana dia bisa berbicara dengan dunia dan tempat di mana dia bisa menemukan kebahagiaan tanpa adanya orang lain.
Yang mungkin akan ia lakukan adalah berdiri mematung menatap kakaknya yang asik bermain ponsel tanpa menatapnya sama sekali, itu memang bukan hal yang luar biasa tapi itu ada hal biasa yang sering sekali dia jumpai di setiap waktu. Dan yang paling menjadi puncak adalah dia harus menjadi tempat bersalahnya atas apa yang tidak dia lakukan.
Maksudnya, Day harus menanggung resiko dari apa yang telah kakaknya lakukan itu memang menjadi satu hal yang sangat menyedihkan dan menyakitkan. Tentu saja, tapi bagi Day, kakaknya adalah satu-satunya jalan untuk membawanya kembali mendengar dari satu sisi ke sisi lain.
Dia bingung harus melakukan apa, setelah melihat ekspresi wajah kakaknya yang sangat datar, seolah kehadirannya cukup mengganggu dan membuatnya haruslah pergi dari sana.
Mungkin tak akan ada ekspresi kehilangan ketika dia harus pergi menjauh dari kehidupan kakaknya dan ibunya, hanya saja dia tidak ingin menjadikan hal buruk itu kembali datang dan membuat keluarganya berkabung dan merasakan kesedihan yang serupa.
Day menarik nafas panjang ,seolah udara di sekitarnya akan habis di saat itu juga, dia memikirkan satu hal, 'Sebenarnya apakah aku masih diizinkan untuk bahagia oleh Tuhan? aku tidak akan kembali pulang selama beberapa tahun ke depan dan aku tidak ingin menjadi penghalang dari segala hal yang membuat keluarganya harus jatuh, aku tak ingin itu terjadi.'
Day hanya bisa mengungkapkan dalam pikirannya, otaknya hanya bekerja mungkin sekian persen untuk membuatnya bisa tertawa atau membuatnya menangis sampai waktu mengatakan bahwa keheningan dan kebisuan tidak akan menghentikan segalanya.
“Kenapa kau masih berdiri di situ? Masih mau ku pukul hingga wajahmu rata dengan tanah?” walaupun suara itu menggema di sana, namun tak ada sedikit nada yang membuat Day bergetar.
Hanya sebuah pertanyaan yang bisa menyiarkan keheningan itu di dalam kepalanya, 'Apa katanya? Apa yang telah hilang? Apa yang telah hancur?'
Itukah yang akan terus menjadi pertanyaan. Day tak mengatakan apa-apa, berdiri lantas meninggalkan ruangan, meninggalkan beberapa kenyataan bahwa orang dengan tatapan tajam dan penuh kebencian itu adalah kakak satu-satunya yang selalu ia sayang.
Dia sudah ingin menangis, tapi dia tidak ingin melakukan itu di depan kakaknya. Yang faktanya, kakaknya benar-benar membenci dirinya. Sejauh ini, selain ibunya yang selalu membuatnya tenang, ada seorang kakak yang membuat Day benar-benar bisa bertahan dan merasa nyaman serta aman.
Day tidak ingin menjadi salah satu penyebab runtuhnya kenyamanan itu dari keluarga, namun apalah daya dia tidak bisa berbicara, dia tidak ingin mengatakan sesuatu dan yang mungkin akan terlihat sekarang adalah tulisan dengan penuh tanda tanya dengan banyaknya pertanyaan yang ada dalam pikirannya.
Itu adalah Day yang sekarang. Day yang mungkin akan menjadi satu-satunya orang yang merasa tersakiti di antara ribuan orang yang merasakan hal yang sama sepertinya, tak bisa mendengar, tak bisa mengucapkan.
Mungkin suatu saat Day ingin melengkapinya dengan satu kegelapan diantara jutaan cahaya, tapi jelas hatinya dia menolak keras. Kebutaan adalah hal yang paling di hindari oleh seluruh manusia.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENCE
Fiksi RemajaA remake of the story from @bnnrshnn 'Hening' rewritten by @LoVeLG23 'Silence' .... Pernah kamu mendengar, bagaimana keheningan dunia yang sesungguhnya? Merasa sepi di tempat ramai, tidak berbicara dan tidak mendengar. Satu hal yang bisa menjalanka...