Semoga

752 84 20
                                    

Di sebuah perumahan elit di pinggiran kota yang dipenuhi dengan pepohonan besar dan jalanan yang terawat rapi, berdirilah sebuah rumah mewah yang tampak seperti istana modern.

Dari luar, rumah ini memukau dengan arsitektur kontemporer yang mencakup dinding-dinding kaca tinggi dari lantai ke langit-langit.

Cahaya matahari senja memantul memperlihatkan warna-warna keemasan dan perak dari material bangunan yang mahal.

Taman yang mengelilingi rumah ini di desain dengan kombinasi yang menyatu antara keindahan alami dan desain lanskap yang sangat terpelihara dengan baik.

Di belakang rumah, sebuah infinity pool tampak menggantung di udara, terlihat seolah-olah menyatu dengan langit biru yang tak berawan di atasnya.

Memasuki rumah melalui pintu masuk utama, dihadapkan dengan foyer yang mengesankan.

Langit-langit tinggi menjulang di atas kepala, dihiasi dengan lampu gantung kristal besar yang menciptakan permainan cahaya yang menakjubkan di sekitar ruangan.

Lantai marmer putih yang mengkilap memberi kesan kemewahan dan keanggunan yang tak tertandingi. Di salah satu dinding, terpajang mural artistik yang menampilkan pemandangan alam yang memikat, menambah kesan dramatis dan eksklusif.

Foyer ini mengarah langsung ke ruang tamu utama, sebuah ruangan yang begitu luas dan terbuka sehingga membuat siapa saja merasa seperti berada di dalam istana modern.

Perabotan mewah dari kulit Italia dan kayu mahoni dipilih dengan hati-hati untuk menciptakan harmoni antara keindahan dan kenyamanan.

Sebuah perapian mewah berukuran besar, terbuat dari batu granit hitam yang dipahat dengan detail yang luar biasa, menghiasi salah satu dinding ruangan.

Di atasnya tergantung lukisan-lukisan dari seniman ternama yang menggambarkan keindahan alam dan kehidupan modern dengan detail yang luar biasa.

Sofa-sofa besar dan nyaman ditempatkan di sekitar ruangan, diberi sentuhan lembut dengan bantal-bantal sutra berwarna-warni yang melengkapi suasana hangat dan menyambut.

Meja kopi besar dari kaca dan logam dengan desain yang artistik berada di tengah-tengah ruangan, dihiasi dengan buket-buket bunga segar yang menambah aroma harum dan keindahan visual.

Namun, di balik semua kemewahan itu, terdapat ketegangan yang tak terlihat oleh mata biasa. Ketenangan ruang tamu itu mendadak terpecah oleh suasana tegang antara dua pemuda yang duduk berhadapan.

Oniel, dengan wajah yang menunjukkan kegelisahan, duduk dengan sedikit menunduk di salah satu sofa kulit. Punggungnya nampak basah, karena keringat dingin yang mengucur deras dari tubuhnya. Dia merasakan beban berat di dadanya, seolah ada sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Di depannya, Floran, temannya sejak kecil, juga tampak gelisah. Dia terus-menerus menggerak-gerakkan jari-jarinya di atas meja kopi, menciptakan ritme tak beraturan yang mencerminkan kekalutan pikirannya.

"Malem pas kita mabuk terakhir" ucap Floran dengan suara berat, memecahkan ketegangan di antara mereka berdua.

Oniel menyeka keringat di dahinya, menunggu dengan harap bahwa apa yang akan diucapkan oleh Floran bukan sesuatu yang dia takutkan.

Floran menatap ke arah jendela besar yang menghadap ke taman belakang rumah itu, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya.

Cahaya senja yang masuk melalui dinding kaca memancarkan warna-warna magis di sekelilingnya, menciptakan aura yang hampir irreal di dalam ruangan yang seharusnya penuh dengan kedamaian.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti berabad-abad, Floran akhirnya kembali menoleh ke arah Oniel, dan bertatap mata dengannya. "Gara-gara itu, sekarang gue kalo boker lancar banget, Niel"

Tubuh Oniel melemas seketika, dunianya serasa runtuh setelah mendengar kata-kata Floran.

Oniel mengambil nafas dalam-dalam, mengumpulkan semua sisa tenaga yang berada di tubuhnya.

Setelah terkumpul sempurna, Oniel berdiri dari duduknya, kemudian berlari menuju kamarnya secepat yang dia bisa. Tiap langkahnya terasa seperti jalan panjang menuju penyesalan.

"Anjing! Babi! Monyet! Bangsat!"

Sedangkan disisi lain, Floran yang masih setia duduk di tempatnya, kini dia di datangi oleh 5 bidadari?. Yang sejak tadi mengintip dari balik pintu kamar, menikmati drama yang baru saja terjadi.

"Anjir, akting lo bagus banget, Flo. Gue sampe pikir kalo kalian beneran ngelakuin itu"

Floran tersenyum miring. Merasa bangga bisa membuat temannya itu panik. Dia sandarkan tubuhnya di sandaran sofa, kemudian dia angkat kedua kakinya, bermaksud menaruh kakinya di meja. Namun tak sampai, kakinya terlalu pendek untuk menyampai meja.

"Kalo soal beginian, serahin aja ama gue!" Ucap Floran menepuk dadanya bangga, sambil kembali duduk dengan tegak, sebuah usaha untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Gue beneran makasih, Flo. Gue yakin setelah ini, Oniel-Oniel itu gak bakalan berani mabuk lagi" ucap salah satu dari mereka, Sisca, yang di angguki ke 4 wanita lainnya.

"Tapi asli. Muka dia tadi lucu banget"

Kelima wanita itu tertawa terbahak-bahak, menikmati momen keberhasilan mereka dalam mengerjai pria gak tau diri itu. Namun, tentu saja tetap dengan suara yang pelan. Takut Oniel akan mendengarnya.

"Tapi, kalian yakin masih disini?. Gak mau nyamperin Oniel?"

Kelima wanita itu seketika menghentikan tawanya. Menaiki alis, melemparkan raut wajah penuh tanya ke arah Floran.

"Lah ngapain juga kita nyamperin Oniel?. Biar dia nangis-nangis tuh di kamar"

"Kalian yakin?. Dia itu udah pusing karena harus nikahin psikopat kayak kalian berlima, dan sekarang di tambah dia dapet fakta kalo dia udah ngesex sesama cowok. Kalo gue ada diposisi Oniel sih, gue langsung bunuh diri sekarang"

Seketika kelima wanita itu panik kalang kabut. Bahkan mereka tidak peduli kalau perkataan itu juga sedikit menyinggung mereka.

Mereka berlima berlari secepat kilat menuju kamar Oniel untuk mengeceknya. Bisa gawat kalau laki-laki brengsek itu beneran bunuh diri.

Floran hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengan nasib yang menimpa teman baiknya tersebut.

Floran berdiri dan merapikan pakaiannya. Dia mengambil jaket kulit hitam yang tergantung di sandaran kursi, lalu mengenakannya dengan gaya yang khas.

Floran berjalan keluar dari rumah mewah itu, sambil memutar-mutar kunci mobilnya. Dia membuka pintu depan dan merasakan hembusan angin senja yang sejuk, memberi kesan kebebasan yang menenangkan.

"Semoga lo gak mati muda, Niel"

.

Bersambung

.

Gimana pembukaannya guys?
Bagus gak?

Kan di ending cerita sebelumnya saya buat Floran itu korban keenamnya Oniel

Tapi gak jadi
Nanti saya yang susah kalo buat cerita mereka berdua pas keluar

Karena karakter Floran sangat dibutuhkan sebagai pendukung kalo Oniel lagi ada masalah

.

Semoga Oniel tidak mati muda, dan semoga cerita ini tidak menghilang di tengah-tengah

Sampai jumpa di bab selanjutnya
👋👋👋

.

Mohon maaf kalau ceritanya gak nyambung dan gak jelas.

Beruntung Atau Buntung?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang