Ondah - Mau Makan Kok Ribet

351 71 12
                                    

"Mau makan apa?"

"Terserah"

Oniel menghela nafas berat, mengangkat bahunya dengan frustrasi. Sudah kesekian kalinya jawaban 'terserah' keluar dari mulut Indah yang kini duduk di kursi sebelahnya.

Mereka telah berkeliling kota selama hampir setengah jam, mencoba memutuskan di mana mereka akan makan.

Tapi, setiap kali Oniel bertanya apa yang wanita itu ingin makan, Indah hanya menjawab dengan jawaban yang sama, 'terserah'.

"Mau sushi?" tanya Oniel, mencoba menawarkan ide yang menurutnya bisa menarik.

Indah menggoyangkan kepalanya. "Gak mau. Aku lagi pingin makanan lokal, Niel"

Oniel mengernyit, mencoba memahami selera Indah yang terus berubah-ubah. "Gimana kalo masakan Padang?"

Namun, Indah lagi-lagi menolak. "Gak mau. Berminyak, Niel. Gak sehat"

"Yaudah, gimana kalo kita ke warung soto yang terkenal di Jalan Merdeka?. Katanya enak dan terkenal"

Indah tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng. "Soto ayam juga gak, Niel. Aku lagi gak pingin yang berkuah-kuah"

Oniel mulai kehabisan ide. "Trus mau makan apa?"

"Terserah"

Oniel menahan diri untuk tidak mengeluh. Rasanya mereka terjebak dalam siklus yang tak berujung.

Merasa putus asa dengan jawaban 'terserah' yang terus diulang, Oniel memutuskan untuk mengambil tindakan drastis.

Tanpa memberi tahu Indah, dia membelokkan mobilnya ke arah gang yang terpasang janur kuning melengkung yang terpasang di gapuranya.

Indah, yang sedang sibuk dengan ponselnya, tidak terlalu memperhatikan hingga mereka tiba di sebuah rumah dengan dekorasi meriah.

Saat mereka mendekat, Indah menyadari bahwa mereka berada di tempat pernikahan. "Niel, ngapain kita kesini?" tanyanya dengan alis terangkat.

Oniel mengulum senyum misterius. "Ya makanlah"

"Makan disini?. Kamu kenal sama yang lagi nikah?"

"Nggak sama sekali. Tadi di depan gang ada janur kuning, ya aku belok kesini aja"

Indah menatap Oniel dengan mata terbuka lebar, terkejut dengan keberanian—atau mungkin kenekatannya. "Serius?. Kita mau makan di pesta pernikahan orang yang kita nggak kenal?" tanya Indah, setengah tidak percaya.

Oniel mengangguk dengan ekspresi yang lebih seperti seorang konspirator daripada tamu yang tak diundang. "Tadi katanya terserah. Disini juga pasti makanannya enak dan banyak. Nanti kamu tinggal pilih-pilih aja"

Indah menggigit bibirnya, jelas-jelas merasa tidak nyaman. "Gak, aku gak mau. Nanti malah jadi masalah" protesnya dengan nada khawatir.

Namun, Oniel tidak bergeming. Dengan lembut tapi tegas, dia menarik lengan Indah, memaksanya untuk keluar dari mobil.

"Udah ayo cepet"

"Kita makan sushi aja deh, Niel. Atau masakan Padang aja gakpapa"

"Udah telat. Keburu mati kelaperan aku nanti"

Indah terus memandang sekeliling dengan gelisah saat Oniel menariknya menuju ke dalam tempat resepsi. Sebenarnya, dia bisa saja memberikan perlawanan, tapi mengingat suasana sekitar sangat ramai, dia urungkan niatnya.

Saat mereka akhirnya masuk ke halaman, suasana meriah dengan dipenuhi dekorasi khas pernikahan, seperti bunga-bunga, kursi berbalut kain putih, dan musik tradisional yang mengalun lembut. Para tamu terlihat sibuk berbincang dan menikmati makanan.

Beruntung Atau Buntung?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang