Di suatu malam, di tengah hutan belantara di salah satu daerah di negara Banteng yang kalah sama pilihan rakyat, lima wanita bersembunyi di balik pohon, mata mereka berkilat-kilat dalam kegelapan. Mereka adalah Sisca, Indah, Shani, Gita, dan Chika, yang masing-masing memegang senjata khas mereka.
Sisca, dengan gergaji mesin kecil khususnya, berdiri di depan, mengamati pergerakan musuh dari kejauhan. "Kita harus hati-hati. Mereka lebih banyak dari yang kita perkirakan" bisiknya, memberi instruksi kepada lainnya.
Shani mengangguk dan mulai memanjat pohon terdekat dengan lincah. Tangannya yang kuat dan terlatih memegang erat batang pohon, sementara kakinya mencari pijakan yang aman. Dalam beberapa detik, dia sudah berada di posisi yang cukup tinggi untuk mendapatkan pandangan yang jelas dari perkemahan musuh di bawah.
Cici Shani yang sempurna dan anggunly manjat pohon.🗿
Dari ketinggiannya, Shani mengamati pergerakan musuh dengan teliti. Melalui teropong sniper-nya, dia melihat delapan penjaga bersenjata patroli di sekitar area bangunan besar yang berdiri kokoh di tengah hutan.
"Ada sekitar delapan penjaga di sekitar. Lima di sekitar bangunan, dan tiga di depan pintu utama. Kita harus bergerak dengan cepat dan efektif" bisiknya melalui alat komunikasi di telinga mereka.
Indah, yang memegang pisau di tangannya, mengangguk pelan. "Aku akan menyusup lebih dulu. Kalo aku udah selesai sama penjaga di depan, kalian bisa maju"
Gita, dengan tongkat besi panjangnya, mengatur napasnya dan memastikan dia siap untuk bertarung. "Gue bantu, Ndah"
Indah dan Gita bergerak cepat, meluncur di antara bayang-bayang hutan dengan kecepatan dan ketepatan seorang ahli, menuju ke tempat lima penjaga yang berada dibagian depan.
Mereka mengendap-endap, menghindari suara dan gerakan mencolok. Indah menandai dua penjaga yang berdiri dekat satu sama lain sementara Gita mengincar tiga lainnya yang sedikit tersebar.
Dengan gerakan cepat, Indah meluncur ke depan dan menikam salah satu penjaga di leher, membuatnya terjatuh tanpa suara. Sebelum penjaga kedua bisa bereaksi, Indah sudah menghujamkan pisaunya ke perutnya, membuatnya terkapar di tanah.
Sementara itu di sisi lain, Gita menggunakan tongkat besinya untuk menghantam kepala penjaga pertama dengan kuat, menjatuhkannya seketika. Dua penjaga lainnya mendengar suara dan berbalik, tetapi Gita dengan cepat mengayunkan tongkatnya lagi, mengenai dada salah satu penjaga dan melumpuhkannya.
Penjaga terakhir mencoba menarik senjata, tetapi Shani dengan cepat menembak penjaga terakhir itu dari posisinya di atas pohon, pelurunya tepat mengenai kepala penjaga tersebut, membuat lubang yang besar.
Sinyal akhirnya datang. Indah memberi tanda kepada Sisca dan Chika bahwa jalan sudah aman.
Sisca dan Chika maju, bergabung dengan Indah dan Gita. Mereka merayap lebih dalam, hati-hati menghindari deteksi. Dengan penjaga depan sudah tereliminasi, mereka fokus pada penjaga di area tengah.
Shani, dari posisinya di atas pohon, terus mengamati pergerakan musuh. Dia melihat tiga penjaga yang berjaga di depan pintu utama gedung. "Tiga penjaga di depan pintu utama. Aku bisa ambil dua dari sini, tapi yang satu harus kalian urus secara langsung" bisik Shani melalui alat komunikasinya.
Sisca mengangguk. "Chika, lo urus yang satu itu. Inget. Langsung bunuh"
Chika mengangguk, menggenggam erat kapaknya. Dengan langkah yang cepat namun hati-hati, dia meluncur ke depan, menyelinap di antara pepohonan dan semak-semak, mencari rute terbaik untuk menyusup, mendekati penjaga yang dimaksud.
Shani membidik dengan saksama, memastikan tidak ada kesalahan. Dalam hitungan detik, dia menembak dua penjaga yang berjaga di sekitar tenda besar, membuat mereka jatuh tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beruntung Atau Buntung?
FanfictionSequel '5 Kesalahan Semalam' dari cerita 'Oniel Short Story (With Members)'